“Salah satu naskah Motivasi terbaik ke-1 dalam Challenge ke-2 NarasiPost.Com dengan tema “Valentine dalam Perspektif Islam”
Oleh: Ismawati (Pemerhati Isu Remaja)
NarasiPost.com - Valentine Day biasa disebut dengan hari kasih sayang di mana mereka yang sedang jatuh cinta membuktikan cintanya dengan perayaan tertentu. Di Indonesia, perayaan valentine oleh muda-mudi dirayakan dengan memberi coklat, kado, bunga bahkan mirisnya bisa dengan berhubungan intim.
Dalam sejarahnya, Valentine’s Day bermula dari seorang pendeta asal Roma di abad ke-3 Masehi bernama Santo Valentine yang diam-diam menikahkan penduduk Roma sehingga dia dipenjara dan akan dibunuh. Karena dahulu, Kaisar Claudius II melarang orang untuk menikah. Alasannya, karena di zaman itu para pria wajib ikut militer dan akan dikirim untuk berperang. Sehingga larangan menikah diberlakukan agar mereka tidak perlu memikirkan keluarga. Sebelum dibunuh, St. Valentine sempat menulis surat pada tanggal 14 februari yang berisi ucapan selamat tinggal kepada putri dari penjara yang membuat Santo jatuh hati.
Di sisi lain, Hari Valentine bermula dari tradisi Romawi yang dikenal dengan Festival Lupercalia. Festival ini dirayakan pada 15 Februari setiap tahun sebagai bentuk penghormatan kepada Faunus (Dewa Kesuburan) dalam tradisi Romawi. Di mana pada tradisi ini akan dilakukan perjodohan, yaitu seorang pria akan menarik secara acak nama wanita yang akan bersama selama festival berlangsung. Wanita itu yang akan diajak untuk berhubungan seksual. Nau’dzubillah .
Apabila kita melihat sejarah Valentine Day ini, maka akan dapat ditarik kesimpulan bahwasanya perayaan Valentine Day tidak sesuai dengan syariat Islam. Bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Islam. Sehingga, umat Islam dilarang ikut-ikutan perayaan ini. Sebagaimana disebutkan dalam hadis, dari Ibnu Umar, Nabi Saw bersabda:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad : 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ : 1 : 269 mengatakan bahwa sanad hadist ini jayyid / bagus.
Dengan demikian, merayakan Valentine Day sama saja menyerupai orang-orang kafir. Mengikuti tradisi mereka dan dapat merusak akidah dan amalan mereka. Sebenarnya, telah banyak para ulama dan aktivis Islam yang mendakwahkan bahwa, haram hukumnya mengikuti perayaan valentine day ini. Namun, malah semakin banyak umat Muslim yang merayakannya. Berikut adalah tipe-tipe orang dalam menghadapi hari Valentine ala penulis.
Pertama, Tipe Ikbal (Ikut ke manapun orang beramal), adalah tipe manusia yang menyambut valentine days dengan merayakan. Biasanya persiapan menyambut valentine sudah dilakukan jauh-jauh hari. Ya, notabene adalah mereka yang pacaran. Mempersiapkan ritual valentine sudah jauh-jauh hari seperti membeli bunga, boneka, coklat ter-enak dan kartu ucapan serba pink untuk sang do’i.
Kedua, Tipe TTM (Tahu Tapi tidak Mampu), tipe ini adalah tipe Muslim yang tahu kalau Valentine itu haram, tidak boleh dikerjakan. Namun, karena masih punya do’i alias non jomblo. So, mau tidak mau harus merayakan. Tak mampu meninggalkan, karena sudah dituntut oleh sang pacar, begitu. Mengingat, masih banyak millenial Muslim yang melakukan aktivitas pacaran.
Ketiga, Tipe BoMat (Bodo Amat) adalah tipe Muslim yang bodo amat alias tidak ikut-ikutan dan hanya sekadar tahu saja dan tidak merayakannya. Tutup telinga karena tidak ikut nimbrung dalam perayaan dan tidak peduli dengan pro kontra soal valentine. Menurutnya, kasih sayang itu tidak harus dirayakan satu hari tapi setiap hari. Namun, kalaupun si tipe bomat ini diajak acara khusus valentine ia oke-oke saja.
Keempat, Tipe TTMD (Tahu, Tidak Merayakan dan Mendakwahkan) Nah, untuk tipe keempat ini adalah tipe Muslim yang dia tahu jika Valentine Day itu haram. Tidak ikut merayakannya karena dia paham akan hukum merayakannya dalam Islam. Kemudian dia berdakwah. Menyampaikan kepada seluruh umat bahwa budaya kafir seperti ini harus ditinggalkan.
Dari keempat tipe ini, yang paling baik adalah tipe TTMD. Kenapa? Karena seharusnya pemuda Muslim hari ini adalah pemuda yang lantang menyuarakan kebenaran dan hukum Islam. Tidak menjadi pemuda pembebek (ikut-ikutan) yang lagi tren, meskipun itu melanggar syariat Islam. Menyedihkan memang. Hari ini pemuda Muslim banyak yang tidak memahami Islam secara sempurna.
Agama Islam hanya dipandang sebagai agama ritual yang mengatur ibadah ritual saja. Sementara dalam perbuatan, bebas melakukan apa saja sesuai kehendak sendiri. Inilah akibat dari paham sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan) sudah menjangkiti pemuda Muslim hari ini. Oleh karenanya, tak jarang pemuda Muslim merasa mudah apabila melakukan hal yang haram.
Lalu, bagaimana kiat agar kita bisa jadi pemuda Muslim dengan tipe TTMD? Ada beberapa tips dari penulis sebagai berikut:
Pertama, Senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Karena dengan keimanan dan ketakwaan inilah benteng utama sebagai pelindung diri dari hal-hal yang dapat menghantarkan yang haram.
Kedua, menghabiskan waktu dengan banyak mengkaji Islam. Ikuti kajian intensif sepekan sekali untuk meningkatkan tsaqofah Islam. Bergabung dalam komunitas dakwah agar setiap aktivitas yang kita lakukan senantiasa bernilai pahala dan bermanfaat bagi orang lain.
Oleh karena itu, menjadi pemuda pejuang Islam yang senantiasa berdakwah di tengah arus kemaksiatan saat ini tidaklah mudah. Seperti menghindari pacaran, gaul bebas, bahkan ikut-ikutan merayakan Valentine adalah hal yang susah bagi kaum muda hari ini. Tapi, dengan dakwah kita akan bisa membentengi diri dari hal-hal yang diharamkan Allah Swt.
Wallahu a’lam bishowab.
Picture Source by Google