Negerimu Sedang Diuji, Sudahkah Berkontribusi?

Jika dakwah adalah satu-satunya wasilah menyampaikan ajaran Islam. Demi memahamkan dan menyadarkan umat untuk kembali berjuang. Masih adakah alasan untuk menunda melaksanakan? Bukankah dengan menunda maka penderitaan umat semakin meningkat?


Oleh : Lilik Yani

NarasiPost.com - Tahun 2020 sudah dilalui. Banyak kejadian menimpa negeri ini. Ajaran Islam dibully, ulama dieksekusi, pandemi tak kunjung henti. Perekonomian mengalami inflasi, pemilu pilkada dilakukan di tengah suasana pandemi, hutang meningkat tak terkendali, dana bansos dikorupsi dan segala macam ujian menghantaui. Kemudian ditutup dengan berita besar pembubaran FPI.

Pemimpin Negeri Tak Peduli

Kebijakan demi kebijakan dibuat pemimpin negeri, namun tak berpihak pada rakyat sendiri. Mengapa hal itu terjadi? Negeri yang menerapkan sistem kapitalis demokrasi. Di mana jargon yang diusung katanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Benarkah itu terjadi?

Rakyat hanya dihargai sesuai situasi dan kondisi. Ketika akan diadakan pesta demokrasi, suara rakyat berharga tinggi. Rakyat dikejar-kejar agar mau memilih calon pemimpin yang ditunjuk panitia sendiri. Bukan sesuai kata hati. Demokrasi yang katanya bebas memilih dan bersuara ternyata tak terbukti.

Ketika rakyat yang sudah muak karena sering dibohongi tak mau memilih lagi. Lantas mereka diiming-imingi. Uang angpo diselipkan agar rakyat datang dan memilih kandidat yang sudah dibisikkan. Kondisi negeri yang sedang diuji pandemi, uang bagaikan barang berharga yang dicari. Membuat rakyat yang kelaparan menggadaikan iman di hati. Sungguh suatu yang memprihatinkan. Bukankah sebenarnya kebutuhan umat itu ditanggung negara?

Ahh, mana ada kapitalis demokrasi mempedulikan umat? Azas manfaat yang diemban. Benar atas nama rakyat dan untuk rakyat. Namun rakyat yang mana dulu? Ya, betul. Rakyat yang memberikan manfaat pastinya. Rakyat yang menguntungkan negara. Rakyat yang memberikan dukungan atas dipilihnya menjadi pemimpin bangsa. Rakyat yang mana itu? Tiada bukan kecuali mereka yang berlimpah harta. Mereka yang menjadi pengusaha kaya raya. Mereka yang bermodal besar sanggup membiayai pesta demokrasi yang mahal. Seberapa banyak pemilik modal besar itu? Ehm, hanya segelintir orang saja, dibanding hampir seluruh rakyat yang menjerit kelaparan karena efek pandemi.

Pandemi Tak Teratasi

Sudah hampir setahun pandemi menimpa negeri. Bukan salah makhluk kecil yang menyerang hampir seluruh bumi. Ia hanyalah wasilah yang didatangkan Allah agar manusia kembali. Kembali ke mana? Kembali ke jalan Allah yang diridloi. Kembali menjalankan ketaatan sesuai aturan Rabbul Izzati.

Namun apa yang terjadi? Pemimpin abai pada peringatan ini. Virus Covid-19 dianggap biasa tak perlu peduli. Aktivitas dan hubungan luar negeri tetap jalan setiap hari. Baru sadar ketika virus sudah menyerang seluruh negeri. Ya, akibat suka meremehkan hal kecil, tak tahu jika dibaliknya terselip kekuatan Illahi.

Saat penyebaran virus tak terkendali, hingga menyebar ke seluruh penjuru negeri. Jadilah wabah pandemi yang seharusnya cepat ditanggulangi. Ehm, bikin gemas hati. Pemerintah hanya membuat kebijakan demi kebijakan partial yang tak sanggup mengatasi. Kebijakan yang banyak dilanggar sendiri, kurang sosialisasi, bahkan jika ada pelanggaran tak ada sanksi. Sudah bisa ditebak apa yang terjadi. Virus semakin berkembang, menyasar ke segala arah, termasuk istana juga dikunjungi. Departemen Kesehatan ujung andalan solusi juga diterjang virus ini. Bahkan para elit politik yang nekat mengadakan pesta demokrasi, juga disasar virus corona tanpa kompromi. Hingga para ulama juga menjadi korban virus corona akhir-akhir ini.

Kebijakan yang membuat terheran-heran tanpa henti. New normal diterapkan, padahal kondisi masih dalam pandemi. Sungguh pemimpin apa ini? Tak peduli nyawa umat yang terpaksa terjun ke kancah perjuangan demi sesuap nasi. Ya, mereka harus berangkat kerja, mengais rezeki demi penuhi tuntutan perut keluarga yang menanti. Apa yang terjadi? Jumlah korban semakin meningkat tak terkendali.

Kebijakan PSBB diterapkan berkali-kali. Dianggap bisa mengatasi pandemi. Tak ada penurunan justru naik lagi. Sungguh manusia begitu sombong dan bangga hati. Berkali-kali membuat kebijakan namun tak ada perubahan berarti. Justru jiwa umat ribuan jumlahnya tak tertolong lagi. Meninggal dengan sebab terpapar virus corona yang tak terkendali. Dokter, tenaga kesehatan, para medis tak terkecuali jadi sasaran serangan virus ini.

Mengapa Tak Jadi Bahan Evaluasi?

Kebijakan demi kebijakan pemimpin negeri sudah diterapkan namun tak ada solusi. Mengapa tak menjadikan kita semua bersama para pemimpin juga ulama untuk evaluasi? Bukan untuk saling menyalahkan lagi, namun jadikan ini muhasabah diri. Apalagi tahun sudah berganti. Hari demi hari akan menuju ajal yang sudah pasti menghampiri.

Tak pahamkah jika kehadiran virus corona ini untuk pengingat diri? Mengapa manusia masih kekeuh dengan ego tak mau tundukkan hati? Bukankah Allah Maha Pencipta itu Sang Pengendali? Mengapa kita tak mau berserah diri?

Ya, Allah menciptakan kita hanya untuk ibadah menyembahNya. Allah menciptakan kita untuk berserah diri. Bukan untuk sombong dan membanggakan diri. Tak mau diatur dengan hukum Illahi. Sok pintar membuat aturan siang malam tiada henti. Habis biaya untuk membuat aturan tapi tak bisa menjadi solusi. Umat tetap terdzalimi karena pemimpin tak peduli.

Bencana alam sudah datang bertubi-tubi. Hampir menimpa seluruh negeri. Namun semua itu tak membuat kita sadar diri. Hingga Allah menurunkan virus corona untuk pengingat diri. Namun manusia abai tak peduli. Kesombongan semakin menjadi-jadi. Seakan nekat menantang perang dengan Allah Rabbul Izzati. Astaghfirullah.

Kontribusi Buat Negeri

Sahabat, jika kondisi negeri sudah semakin parah tak terkendali. Semua karena kedzaliman penguasa tak mau menerapkan sistem Illahi. Apakah yang bisa kita perbuat untuk memperbaiki kondisi? Sebagai bentuk kontribusi kita untuk negeri?

Ya, segala masalah hanya selesai dengan aturan Islam. Aturan yang diciptakan Allah untuk mengatasi segala persoalan. Allah menciptakan makhluk sudah disertai seperangkat aturan. Bukankah ini sebagai bukti karena Allah sangat sayang?

Hanya manusia yang salah paham. Banyaknya aturan dianggap mengekang. Manusia ingin menjalankan hidup dengan kebebasan. Mengikuti ajaran barat yang menerapkan sistem kapitalis liberal. Sementara hanya sistem Islam yang bisa menyelamatkan segala persoalan.

Lantas apa yang bisa kita lakukan? Menyampaikan kepada umat bahwa betapa indahnya aturan Islam jika diterapkan di seluruh lini kehidupan. Hal ini sudah ada pembuktian. Tiga belas abad aturan Islam diterapkan membuat negeri Islam menjadi mercusuar dunia. Ketika barat masih gelap gulita, mereka belajar ke negeri Islam lalu menerapkannya.

Nah, bagaimana caranya agar Islam kembali berjaya? Itu menjadi tugas kita untuk membangkitkan pemikiran umat agar kembali sadar. Hal ini bisa kita lakukan dengan berdakwah baik dengan lisan juga tulisan. Sulit memang. Karena umat sudah terlanjur terlena dalam zona nyaman. Namun bukan berarti tak bisa ditunaikan.

Sahabat, jika dakwah adalah satu-satunya wasilah menyampaikan ajaran Islam. Demi memahamkan dan menyadarkan umat untuk kembali berjuang. Masih adakah alasan untuk menunda melaksanakan? Bukankah dengan menunda maka penderitaan umat semakin meningkat?

Sahabat, yuk kita berikan kontribusi terbaik yang bisa kita berikan. Bagi yang memiliki kekuasaan, maka bisa menggunakan tangan untuk melakukan perubahan. Bagi yang mahir berdakwah dengan lisan, maka jadikan wasilah lisanmu untuk mengajak umat kembali taat.

Sedangkan bagi yang lidahnya kelu tak bisa menyampaikan secara lisan, atau karena tak mendapat kesempatan. Apalagi situasi pandemi masih menghalangi bertemu objek dakwah. Maka dakwah lewat tulisan bisa menjadi wasilah pilihan. Bahkan dakwah tulisan ada banyak kelebihan. Satu tulisan bisa menembus banyak kepala hingga mengubah pemikiran.

MasyaAllah, luar biasa Allah memberi jalan. Mari kita sampaikan opini Islam kepada umat. Ceritakan kondisi negeri ini sesuai fakta yang benar. Kemudian kita buat analisa yang mudah dipahami umat. Lalu kita tunjukkan solusi terbaik menurut Islam. Jika demikian, masihkah kita mencari alasan untuk menunda menyampaikan?

Yuk sahabatku semuanya, mari saling motivasi untuk memperbaiki negeri. Mengembalikan Islam agar jadi solusi segala persoalan. Menjadikan Islam kembali berjaya seperti semula. Dan kita berada dalam barisan dakwah yang memperjuangkannya.

Wallahu a'lam bish shawwab

Salah satu naskah challenge.

Tanpa editan/sesuai keaslian naskah penulisnya.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Lilik Yani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Sabar Ciri Orang Hebat
Next
Terbuktinya Keburukan Demokrasi di Tahun 2020
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram