Bonus Demografi Melimpah: Berubah Jadi Beban Demografi dalam Sistem Payah

"Salah satu naskah Challenge ke-4 NarasiPost.Com dalam rubrik Opini "

Oleh: Qisti Pristiwani
(Mahasiswi UMN Al Washliyah Medan)

NarasiPost.Com-Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” -Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia-

Potensi berlimpah, semangat membara, kritis dalam berpikir, energik, penggerak perubahan, begitulah ungkapan yang tepat saat berbicara tentang generasi muda. Generasi muda adalah ujung tonggak sebuah peradaban. Di tangannyalah nasib suatu bangsa dipertaruhkan.

Kabar gembira bagi Indonesia. Indonesia disebut-sebut sedang mengalami bonus demografi, dimana penduduk usia produktif mengalami peningkatan. Dikutip dari hasil sensus penduduk 2020 pada Jum’at (22/01/2021), jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta atau setara dengan 27,94% dari total seluruh populasi di Indonesia. Sedangkan, generasi millenial mencapai 69,38 juta jiwa atau 25,87%.(Jakarta, Kompas.com 22/01/2021)

Fenomena ini sangat berpeluang menjadikan Indonesia tampil sebagai negara yang memiliki peradaban unggul bila mampu mengelola potensi anak muda secara maksimal. Namun, di tengah banyaknya permasalahan anak muda saat ini, apakah mungkin cita-cita mulia tersebut tercapai?

Liberalisme Sekuler Penghambat Terbentuknya Generasi Unggul

Sejak 2011 sampai 2019, jumlah kasus anak berhadapan dengan hukum yang dilaporkan ke KPAI mencapai 11.492 kasus, jauh lebih tinggi dari pada laporan kasus anak terjerat masalah kesehatan dan narkotika (2.820 kasus), pornografi dan cyber crime (3.323 kasus), serta trafficking dan eksploitasi (2.156 kasus). (gresnews.com 18/01/2020)

Angka ini menunjukkan bahwa kondisi generasi muda hari ini sedang tidak baik-baik saja. Remaja atau pemuda banyak dirundung masalah yang menjadikan masa depannya kelam. Minat remaja untuk mengonsumsi barang-barang haram seperti narkotika masih terbilang tinggi. Demikian juga pornografi, cyber crime, trafficking dan eksploitasi. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Rentannya generasi muda terperosok dalam kenakalan remaja tak terlepas dari jauhnya remaja dari aturan agama. Para remaja, khususnya remaja muslim tak mengetahui jati diri yang sesungguhnya. Akibatnya, ia tak menjadikan aturan agama Islam sebagai sandaran menjalani kehidupan. Tak sadar kehidupan sekuler telah menjerat jiwa raganya hingga berkubang pada keburukan.
Adanya kebebasan individu yang dijamin negara ini pun menjadi pembenaran atas perbuatan mereka. Kebebasan berekspresi menjadi hak individu yang tak dapat diusik. Akibatnya, para remaja leluasa membuka auratnya, memamerkan kemolekkan tubuhnya, bebas bergaul dengan siapa pun, bebas berbuat apa pun selama tak mengganggu orang lain, katanya. Maka, tak heran angka kasus terhadap anak, khususnya remaja begitu meningkat.

Masyarakat yang seharusnya menjadi control society juga tak banyak mengaktifkan perannya sebagai pencegah kenakalan tersebut. Sebab, kapitalisme mendidik individu menjadi sosok pribadi yang individualisme. Sehingga, kepekaan terhadap hal tersebut menipis. Terlebih lagi, kuatnya arus kebebasan menjadikan masyarakat ‘takut berbuat banyak’, karena bisa berhadapan dengan hukum. Contohnya saja, seorang guru di sekolah tak lagi berani menegur anak didiknya bila berbuat salah karena khawatir muridnya tak terima dan mengadu pada orang tuanya, lalu melaporakan ke polisi. Inilah ironi negeri yang bertuan pada paham liberalisme.

Demikian juga negara sebagai pemegang kontrol tatanan kehidupan. Negara hari ini turut memfasilitasi adanya kebebasan berkespresi bagi masyarakatnya. Tontonan atau video porno masih mudah sekali diakses siapa pun. Barang-barang narkotika masih dapat ditemui edarannya. Ini membuktikan longgarnya pengawasan dan minimnya perhatian negara terhadap keamanan dan keselamatan masyarakat, khususnya generasi muda. Jika demikian, mungkinkah bonus demografi ini dapat dikelola semaksimal mungkin di negeri yang menerapkan sistem kapitalisme ini? Rasanya akan sangat sulit sekali.

Islam Mencetak Generasi Muda yang Sehat, Aktif, dan Produktif

Lain halnya di dalam sistem pemerintahan Islam Kaffah, yakni Daulah Islamiyyah. Islam memiliki tuntunan yang jelas dalam mengarahkan seseorang menemukan jati dirinya. “Tidaklah Aku menciptakan jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (TQS. Adz-Zariyat : 56), ayat ini layak menjadi renungan bagi siapa pun untuk menentukan pondasi kehidupan, terlebih generasi muslim. Jika kita memahami ayat ini, maka pastilah aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan berorientasi pada ibadah semata demi menggapai rida Allah Swt. Dengan demikian, generasi muslim akan menjauhi kenakalan remaja karena yakin hal tersebut adalah hal yang dibenci oleh Allah dan mendatangkan murka-Nya. Terlebih lagi, semua perbuatan manusia kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah. Oleh karena itu, tak dikenal adanya kebebasan dalam Islam sebab semua perbuatan telah diatur di dalamnya. Inilah yang menjadi alarm bagi tiap-tiap individu ketika akan melakukan perbuatan.

Masyarakat Islam juga aktif menegakkan amar makruf nahi mungkar karena menjalankan kewajiban kepada Allah Swt, “Jika diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, dan jika kamu tidak cukup kuat untuk melakukannya, maka gunakanlah lisan, namun jika kamu masih tidak cukup kuat, maka ingkarilah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Hadis ini menjadi motivasi yang kuat bagi masyarakat untuk senantiasa aktif menjadi control society. Dengan hadirnya peran ini, maka pelaku kemaksiatan pasti akan berpikir berkali-kali jika ingin bermaksiat.

Peran negara juga tak kalah pentingnya. Negara menjadi kunci lahirnya generasi yang sehat, aktif, dan produktif. Negara dalam sistem pemerintahan Islam kafah akan menerapkan hukum dari Al-Qur’an dan Sunnah dalam seluruh lini kehidupan. Tatanan kehidupan diatur menurut hukum Islam, mulai dari individu, keluarga, masyarakat dan tata pemerintahan seluruhnya. Negara benar-benar memberi perhatian kepada generasi dengan menggerakkan semua kalangan untuk mengawal tumbuh kembang generasi. Misalnya, memfasilitasi generasi mendapatkan pemahaman Islam melalui sekolah-sekolah berbasis akidah Islam dengan guru yang juga memiliki akidah yang lurus dan benar. Sehingga, generasi dapat memahami Islam secara integral.

Negara juga menerapkan aturan Islam yang mengikat dan menggerakkan masyarakat untuk taat. Misalnya, mewajibkan para perempuan memakai jilbab dan kerudung ketika berada di luar rumah, menutup tempat-tempat maksiat, mengontrol penyiaran media TV ataupun akses-akses internet lainnya, mengawasi keluar-masuknya barang-barang ke dalam negara, sehingga celah untuk mendapatkan barang-barang haram seperti narkotika sangat kecil.

Inilah yang dilakukan Daulah Islamiyyah untuk menjaga generasi. Dengan demikian, generasi muda terbebas dari segala kerusakan dan dapat produktif menyumbang prestasi gemilang bagi peradaban. Seperti Imam Syafi’i, Ibnu Firnas, Muhammad Al-Fatih, Shalahuddin al Ayyubi dan lainnya. Tidakkah kita ingin menyaksikan generasi unggul seperti mereka lahir membangun peradaban di negeri ini? Wallahua’lam bisshowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Qisti Pristiwani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Sang Inspirator Perubahan
Next
Memerdekakan Diri dari Kemerdekaan Semu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram