Kampus Kurikulum Industri, Untungkan Korporasi dan Hancurkan Impian Negeri

Penguasa sama sekali tak paham akan posisi strategis dunia pendidikan terhadap generasi dan masa depan negeri ini. Padahal sejatinya pendidikan sangat penting membentuk kepribadian Islam dan menguasai berbagai disiplin ilmu terapan dan keterampilan hidup.

Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I.
(Kontributor Tetap NarasPost.Com)

NarasiPost.Com-Perkembangan teknologi melesat jauh ke depan hingga mengubah berbagai lini kehidupan manusia. Setiap insan dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Jika tidak, dia akan tergerus zaman. Pendidikan menjadi salah satu sektor yang rentan terdisrupsi teknologi. Perguruan tinggi dianggap level pendidikan yang harus fast respon dalam mendeteksi perubahan itu, sehingga butuh gebrakan kurikulum dan metode pembelajaran yang kekinian dalam menyiapkan lulusan yang berkualitas dan kompetitif. Industri didaulat menjadi penggerak ekonomi terbesar suatu negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu,nmengawinkan dunia pendidikan dengan sektor industri menjadi suatu solusi yang digagas pemimpin negeri ini.

Dilansir dari www.kompas.com (27/07/2021) bahwa Presiden Jokowi menyerukan perguruan tinggi agar berkolaborasi dengan praktisi dan pelaku industri dalam mendidik mahasiswa. Bahkan mengganti kurikulum dosen dengan kurikulum industri. Pengetahuan dan keterampilan mahasiswa harus mengikuti perkembangan terkini dan masa depan. Nantinya mereka akan diarahkan untuk menjadi industriawan yang bisa membuka lapangan pekerjaan.

Komitmen perguruan tinggi untuk mengembangkan kurikulum berbasis industri sudah menjadi kebutuhan, tak bisa ditawar lagi. Brand Communications Manager Kalbis Institute, Raymond Christianto mengatakan, inilah saatnya menjadikan perguruan tinggi sebagai rumah bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan, baik akademik maupun nonakademik. Harapannya setelah lulus, mahasiswa siap untuk terjun di dunia industri dan usaha (www.medco.com, 22/01/2021)

Sekilas, seruan itu seakan menjadi solusi canggih di masa kini, yaitu membentuk lulusan perguruan tinggi yang cepat diserap lahan kerja. Namun, apakah hal itu berarti mengalihkan orientasi kampus dari intelektual inovatif kepada profit? Bagaimana posisi penguasa dalam laju sistem pendidikan di negeri ini?

Korporasi Jadi Kompas Pendidikan

Sejatinya, pendidikan adalah upaya untuk membentuk kepribadian Islam dan menguasai berbagai disiplin ilmu terapan dan keterampilan hidup. Sayangnya, hal itu tak lagi menjadi acuan, karena konsep Barat berupa Knowledge Based Economy, mengharuskan pendidikan mendatangkan profit. Output pendidikan adalah menghasilkan uang, bukan menguasai dan mengembangkan ilmunya bagi kemaslahatan masyarakat.

Ketika ekonomi suatu negara ada dalam genggaman korporasi, kebutuhan dunia kerja akhirnya bergantung pada industri. Inilah penyebab terjadinya komersialisasi pendidikan. Walhasil, pendidikan disetting untuk mencetak tenaga kerja demi kepentingan industri. Sebab, industri dianggap lahan kerja paling strategis untuk meraup keuntungan.

Pelaku industri, target utamanya mengejar profit. Mustahil memberikan perhatian pada idealisme pendidikan. Dalam pengelolaannya, dipastikan akan memberdayakan lulusan perguruan tinggi dan berbagai pengembangan riset demi meraup untung bagi korporasi. Walhasil, akan terjadi pergeseran orientasi pendidikan. Potensi intelektual inovatif dan pengembangan keilmuan dalam dunia pendidikan tidak lagi dirancang untuk kebutuhan masyarakat, apalagi menaikkan level negara di mata dunia.

Negara Lepas Tangan

Seruan penguasa agar menerapkan kurikulum industri di perguruan tinggi setidaknya menjadi bukti berlepasnya negara dari tanggung jawabnya dalam mengurus dunia pendidikan. Bahkan, bisa jadi penguasa saat ini tidak paham akan posisi strategis sistem pendidikan bagi masa depan bangsa ini.

Seruan ini bukan kali pertama, kita masih ingat pada akhir periode pertama kepemimpinannya, Jokowi menyampaikan visi besar pada satu abad HUT Indonesia pada 2045 nanti, yaitu menjadi negara yang maju, berdaulat, adil, dan makmur. Hal itu diterjemahkan dalam lima langkah prioritas pembangunan 2019-2024 dengan rincian sebagai berikut: melanjutkan pembangunan infrastruktur, mengundang investasi seluas-luasnya, memperkuat SDM, melanjutkan reformasi birokrasi, serta menjamin penggunaan APBN secara fokus dan tepat sasaran.

Dalam dunia pendidikan, penguasa makin serius menggandeng industri untuk merealisasikan visi besar ini. Konsep link and match atau ABC (Academy, Bussiness, and Corporate) atau Triple Helix makin istimewa posisinya. Lembaga pendidikan, pemerintah, dan industri berkolaborasi dalam meraup untung sebesar-besarnya.
Oleh karena itu, pemerintah mendorong korporasi untuk turut terlibat dalam penyusunan kurikulum pendidikan berbasis industri, pengadaan fasilitas pembelajaran termasuk laboratorium, beasiswa, membiayai penelitian, serta membuka lapangan pekerjaan dan menyerap lulusan perguruan tinggi, bahkan lulusan sekolah vokasi juga.

Bukankah semua tugas itu pada hakikatnya ada di pundak negara menyelenggarakan pendidikan dan menyokong seluruh pembiayaannya serta memastikan keilmuan para lulusan tersalurkan pada tempat yang benar demi terwujudnya kemajuan negara. Lantas, mengapa negara malah berlepas tangan dari semua kewajibannya itu? Miris. Ini menjadi bukti bahwa penguasa sama sekali tak paham akan posisi strategis dunia pendidikan terhadap generasi dan masa depan negeri ini.

Bahaya Mengintai

Ketika dunia pendidikan ada dalam cengkeraman hegemoni korporasi, maka akan mengakibatkan bahaya yang sangat besar, karena ini menyangkut masa depan generasi. Apa saja bahayanya? Pertama, mengalihkan fokus mahasiswa dari pendalaman ilmu menjadi serba profit. Dengan begitu, motivasi belajar mahasiswa menjadi sangat dangkal dan kehilangan ruh, bahkan egois. Menuntut ilmu sebagai sebuah kewajiban dan cara untuk membangun peradaban serta meraih kebahagiaan akhirat sirnalah sudah. Generasi yang terbentuk hanya akan fokus untuk memperkaya diri, keluarga, paling banter memajukan perusahaan saja.

Kedua, menjadi pintu bagi korporasi untuk membajak potensi intelektual generasi. Indonesia memiliki potensi sumberdaya manusia yang besar, terlebih dengan adanya bonus demografi. Jika dikelola dengan benar, ditambah kekayaan sumber daya alam yang melimpah, akan mampu mengantarkan Indonesia pada deretan negara maju di dunia. Namun sayang, potensi ini malah diserahkan pada korporasi, demi kesenangan sesaat.

Ketiga, menjadi ancaman jangka panjang bagi bangsa karena kehilangan sumber daya manusia sebagai pakar ilmu yang menjadi sumber lahirnya inovasi maslahat bagi rakyat. Ketika lulusan pendidikan hanya diforsir dalam dunia industri, kita akan dapati generasi hanya menjadi operator mesin industri belaka. Bahkan kacung asing semata. Lantas bagaimana dengan bidang lain? Negara akan mengalami krisis regenerasi pada sektor vital negara. Sehingga yang akan mengisi kepemimpinan dan pengelolaan sektor vital negara akhirnya kembali diduduki asing beserta antek-anteknya. Akhirnya, ketimpangan akan terjadi sejalan dengan dampak kapitalisme di berbagai bidang.

Kapitalisme Biang Keladi

Paham sekularisme yang menjadi dasar dari ideologi kapitalisme telah ditancapkan di negeri ini. Hal itu menjadi penyebab tercerabutnya karakter masyarakat Indonesia sebagai insan mulia, mandiri, dan bermartabat menjadi bangsa pengekor, pragmatis, egois, dan hanya silau pada hal-hal yang berbau materi.
Industrialisasi kini berjalan di atas rel kapitalisme. Hanya menguntungkan pemilik modal (korporasi) dan merugikan manusia lain karena hanya menjadi sapi perahan semata. Jika pendidikan dibajak oleh industri ala kapitalisme maka dapat dipastikan masyarakat dan negara tidak akan mendapatkan generasi unggul, gilang gemilang bervisi akhirat.

Ini berarti, jika pendidikan ini ingin dikembalikan pada track yang benar, tiada lain harus mencampakkan paham sekularisme dan ideologi kapitalisme terlebih dahulu. Ganti dengan ideologi Islam, satu-satunya ideologi yang layak dijadikan tumpuan dan harapan masyarakat Indonesia, bahkan dunia.

Konsep Islam dalam Pendidikan

Islam merupakan agama lurus, paripurna, dan visioner. Satu-satunya peradaban yang mampu bertahan di kancah dunia selama 13 abad. Telah menorehkan prestasi dan sumbangsihnya pada dunia dalam hal ilmu pengetahuan dan peletak dasar teknologi. Islam berhasil mengeluarkan dunia ini dari gelap gulita menuju cahaya yang terang benderang.

Pendidikan dalam Islam haruslah berlandaskan akidah Islam. Semua pihak melaksanakannya dengan dorongan iman, yaitu dalam rangka menunaikan kewajiban thalabul Ilmi. Tujuan pendidikan adalah menghasilkan lulusan yang berkepribadian Islam, yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap Islam, juga menguasai ilmu-ilmu terapan dan teknologi serta kecakapan hidup.

Kurikulum harus disusun berdasarkan tujuan pendidikan itu. Negara bekerja keras dalam menetapkan kurikulum pendidikan. Menyusun materi yang komplet dan berbobot sesuai dengan jenjang usia, menyeimbangkan antara materi tsaqafah Islam dan ilmu-ilmu terapan. Ilmu kecakapan hidup pun harus sejalan dengan kepribadian Islam, jadi tidak berdasarkan kebutuhan pasar apalagi kepentingan korporasi. Bahkan Islam menjadi motif ideologis sebagai pendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan sains agar generasi mampu membangun peradaban Islam agar menjadi mercusuar dunia.

Pendidikan merupakan basic needs, oleh karenanya setiap orang diberikan kemudahan untuk mengenyamnya. Negara secara totalitas hadir dalam memberikan pelayanan pendidikan ini kepada warga negaranya, tanpa terkecuali. Semua pengadaan fasilitas, riset, pengajar yang berkualitas dan seluruh pembiayaan pendidikan ditanggung oleh negara, tanpa hitungan untung rugi. Negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Setiap lulusan khususnya kaum lelaki, dipastikan akan bekerja sesuai dengan kompetensinya, karena di pundak mereka terdapat tanggung jawab menafkahi keluarga.

Lebih dari itu, pendidikan merupakan sektor strategis untuk mendukung eksistensi ideologi Islam sebagai negara adidaya yang akan melibas ideologi lain yang menentang pemilik alam semesta, tidak sesuai fitrah manusia dan berpotensi merusak seperti kapitalisme dan sosialisme. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Anfal ayat 60: “dan persiapkanlah dengan segala kemungkinan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, tetapi Allah mengetahuinya.”

Khilafah Solusinya

Semua prinsip itu merupakan bagian integral dari penerapan syariah Islam kafah. Semua itu akan bisa terwujud jika Khilafah telah benar-benar tegak di atas muka bumi ini. Sebab, hanya Khilafah satu-satunya metode sahih dalam menerapkan Islam. Institusi yang dititahkan Allah Swt dan dicontohkan Rasulullah Saw. Mari simak peringatan Allah Swt dalam QS. Al-Maidah ayat 50: “Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin.”
Wallahu a’lam bi ash-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Tsuwaibah Al-Aslamiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Mendidik Anak Merindukan Surga dan Takut Neraka ( part 2 )
Next
Jauhi Penyakit Hati, Yuk Muhasabahi Diri!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Arista
Arista
3 years ago

Masya Allah bahaya besar ketika pendidikan hanya berorientasi pada industridan profit. generasi bangsa akan terkikis

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram