Bersama Hingga Jannah-Nya

dan di antara tanda-tanda kebesarannya ialah dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang.
( Quran surat Ar-Rum ayat 21 )


Oleh : Hesty Noviastuty

NarasiPost.Com-Suami istri itu pasangan sahabat, tetapi lengkap. Ada cinta, kebutuhan, kasih sayang, dan juga perselisihan. Kadang kehadirannya cukup membuat tenang, tidak perlu banyak bicara. Apa benar seperti itu?
Ternyata kadang kala semua harus diungkapkan. Meskipun nyaman berdiam, tapi tak selamanya mencapai ketenangan.

Pernikahan memang tidak selamanya seindah dongeng Cinderella yang langsung bahagia setelah akad nikah.
Kebahagiaan dalam pernikahan ternyata harus diperjuangkan. Terlebih lagi, pasangan yang bersama tanpa mengenal istilah pacaran. Di mulai ta'aruf yang hanya mengenal latar belakang secara singkat, setelah menikah mulailah semua penyesuaian. Sekali pun pasangan suami istri yang dianggap mengerti agama, pemahaman agama tidak menjamin mereka otomatis punya kemampuan menjalankan biduk rumah tangga.

Kehidupan Rumah Tangga

Kadangkala, seorang suami juga masih belajar menjadi suami. Istri pun merangkak memahami perannya sebagai pendamping hidup suami. Awal menikah menjadi masa manis antara suami dan istri, terlebih bagi pasangan yang baru saling mengenal. Bagi manusia yang memiliki naluri ketertarikan dengan lawan jenis, sebuah pernikahan menjadi pemenuhan perasaan kasih sayang

Namun, seiring berjalannya waktu, masa-masa manis dapat memudar dengan cepat. Lahirnya sang buah hati, menandai masa repot yang harus dipersiapkan dengan mental kuat. Suami dan istri harus bisa bersinergi menghadapi fase baru kehidupan mereka sebagai orang tua. Perhatian istri pun jadi terbagi. Tidak hanya untuk suami semata, melainkan juga untuk sang buah hati. Hanya saja, masih banyak suami yang tidak memahami. Mereka selalu menuntut istri untuk bisa melayani dan mengurus rumah tangga tanpa bantuan suami atau pun orang lain.

Anak bukanlah tanggung jawab sang ibu semata. Ayah juga memiliki andil dalam pengurusan dan pendidikan anak-anaknya. Karena itu, kerepotan mengurus buah hati harusnya tidak hanya dirasakan oleh ibunya. Tidak ada istilah repot jika suami istri bekerja sama dengan bahagia karena dapat melestarikan keturunan. Sebagaimana tujuan sebuah pernikahan, hadirnya seorang anak dapat menguatkan dan membuat pernikahan semakin bermakna.

Namun, semakin banyak dan besar anak-anak, permasalahan terkadang bertambah dalam rumah tangga. Masalah ekonomi seringkali hadir dalam masa kritis pernikahan. Terlebih lagi hidup dalam sistem yang memandang materi menjadi segalanya. Masalah ekonomi bahkan dapat memicu hancurnya sebuah pernikahan. Pada fase inilah, kesabaran suami dan istri diuji. Manis pernikahan bahkan mulai terlupakan.
Tuntutan kehidupan kapitalis dapat menggeser perhatian pada keluarga.

Seorang suami yang bekerja tanpa memahami keluarga yang butuh perhatiannya, seorang istri yang hanya fokus pada masalah anak dan rumah tangga, tanpa disadari sedikit demi sedikit dapat mengikis perasaan cinta dan saling membutuhkan antara suami dan istri. Mereka seharusnya dapat menyadari dan memahami agar kondisi tersebut tidak terus berlanjut.

Belum lagi jeratan fitnah dunia yang lainnya. Kehidupan serba bebas, menghantui keharmonisan antara suami dan istri. Godaan-godaan tentang hadirnya orang ketiga dalam kehidupan suami istri, kerap menjadi pemicu hancurnya rumah tangga sehingga butuh kekuatan iman dan keyakinan terhadap tujuan awal dibangunnya pernikahan, agar biduk rumah tangga dapat terus berlayar ke tujuannya.

Suami Istri dalam Islam

Hubungan suami istri digambarkan sangat indah dalam Al-Qur'an. Allah menunjukkan kebesaran-Nya dengan menciptakan laki-laki dan perempuan agar mereka bisa bersenang-senang dan merasa tentram satu dengan yang lainnya.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Ar-Rum ayat 21 sebagai berikut

وَ مِنْ اٰیٰتِهٖۤ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْۤا اِلَیْهَا وَ جَعَلَ بَیْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّ رَحْمَةًؕ-اِنَّ فِیْ ذٰلِكَ لَاٰیٰتٍ لِّقَوْمٍ یَّتَفَكَّرُوْنَ.

Artinya: “dan di antara tanda-tanda kebesarannya ialah dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dia menjadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang.

Islam pun telah menjelaskan hak dan kewajiban bagi suami istri. Secara materi, suami wajib memberikan mahar, nafkah, pakaian dan tempat tinggal. Tidak hanya itu, suami juga wajib menggauli istrinya dengan baik, menjaganya dari dosa dan memberikan kasih sayang. Sedangkan kewajiban istri kepada suaminya adalah dengan berlaku taat, mengikuti tempat tinggal suami dan menjaga diri saat jauh dari suaminya. Sungguh hak dan kewajiban yang sangat melengkapi.

Namun, pemahaman terhadap hak dan kewajiban tidaklah cukup jika tidak disertai dengan keterampilan dalam berumah tangga. Rasa cinta dan kasih sayang pun dapat menguap tanpa saling menerima dan memahami karakter pasangan hidup yang dipilihnya.

Saling mencintai harusnya didasarkan pada Allah sebagaimana dalam surat Ali Imron ayat 14 yang artinya sebagai berikut;

“ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

Rasa cinta antara suami dan istri adalah kesenangan dunia. Apabila pasangan suami istri tidak hanya ingin merasakan kesenangan dunia saja, tetapi kesenangan hingga di akhirat, maka rasa cinta itu harus didasarkan pada cinta kepada Allah Swt. Suami dan istri harus selalu berjuang untuk selalu dapat memahami pasangannya.

Konsep syukur, rida, positif thinking selayaknya menjadi sikap yang mesti dimiliki suami dan istri. Memandang kelemahan pasangan untuk dilengkapai. Suami istri hendaknya menerima keberadaan pasangannya sebagai sesuatu yang perlu disyukuri dan selalu berbaik sangka pada apa yang telah dan akan dilakukan oleh masing-masing untuk menjaga bahtera rumah tangga. Insyaallah, pemahaman syariat yang dijalankan akan membuat pasangan suami istri dapat selalu bersama hingga Jannah-Nya.[]


Photo : pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Marital Rape, Konsep Batil Penghancur Ketahanan Keluarga
Next
Cari Aku di Surga Nanti
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram