Lepas Kerudung Demi Karir, What?

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya." (QS An-Nur : 31)


Oleh : Messy Ikhsan

NarasiPost.Com-Hello Guys, fenomena lepas kerudung bukan lagi menjadi rahasia umum di tengah masyarakat. Bukan sekali-dua kali terjadi, loh, seolah-olah tidak pernah berhenti. Nauzubillah min zalik.

Terbaru, yang bikin membuat hati miris dan menyesakkan dada, tatkala ada publik figur yang memilih lepas kerudung demi karir, demi menumpuk materi dan juga hal-hal yang bersifat duniawi. What?

Jika pun ada masalah yang mengusik hati dan menghantui pikiran, lalu memilih ingin melampiaskan sakit hati dan balas dendam dengan melepaskan kerudung, ini sungguh sangat tidak bijak dan bukan tindakan yang benar, ya, Guys. Kenapa tatkala ada masalah dengan sesama manusia, justru Allah yang harus dijauhi?

Sejatinya, para publik figur yang punya segudang follower dan segunung kekuasaan harus memberikan teladan dan edukasi positif di tengah masyarakat. Dengan begitu, ia bisa mencerdaskan pemikiran masyarakat dengan prestasi yang dimiliki, mengajak masyarakat semakin mendekatkan diri pada Sang Ilahi. Eh, bukan malah membuat panggung sensasi dan eksistensi.

Kerudung Itu Kewajiban, Bukan Pilihan

Guys, saat ini kita hidup dalam rahim sistem sekulerisme, dimana aturan kehidupan dibuat oleh akal manusia berdasarkan hawa nafsu pribadi. Apa yang kita lakukan harus berdasarkan rida manusia, sesuai dengan aturan nafsu yang berlaku. Suka ataupun tidak, kita terkungkung oleh sistem semu sehingga tak jarang terbawa arus liberalisme. Kita bebas berbuat apa saja tanpa memperhatikan aturan agama dan norma.

Maka, terkait penggunaan identitas muslimah, dari dulu hingga sekarang selalu saja ada mulut-mulut yang tidak suka dan nyiyir. Beragam fitnah mengudara, menganggap yang mengenakan kerudung itu jadul, mengganggu pekerjaan, tidak menarik, dan stigma negatif lainnya.

Tentu muncul pro dan kontra di tengah masyarakat, mengingat umat yang masih memiliki perasaan Islami. Bagi institusi yang punya hati nurani, mereka membolehkan pekerja muslimah mengenakan kerudung, walau jauh dari kata syar'i. Bahkan, ada juga tempat kerja yang melarang pengunaan identitas muslimah. Astagfirullah!

Perubahan zaman dan waktu yang terus berputar, perlahan membuka mata hati dan pikiran masyarakat dalam menjalankan syariat Islam. Bahkan, ada beberapa institusi yang mewajibkan muslimah untuk mengenakan kerudung, walau masih jauh dari kata syari. Akan tetapi, kita dukung sampai sesuai syariat.

Memang, mulut-mulut nyinyir selalu ada di setiap zaman. Jika dulu kerudung yang menutupi kepala yang dipermasalahkan, kini kebencian mereka ditujukan pada cadar dan jilbab (gamis).

Ajaran Islam seolah jadi momok yang menakutkan bagi para pemangku kekuasaan, sehingga selalu dicari letak kesalahannya agar syariat Allah terlihat 'negatif' bagi umat muslim dan menimbulkan racun Islamphobia.

Bahkan info terbaru, penggunaan kerudung dikaitkan dengan tes kebangsaan, dengan narasi kalimat, "Apakah Anda bersedia melepaskan jilbab?" Bagi yang menolak argumen di atas, dianggap egois dan tidak memiliki wawasan kebangsaan.

Padahal mengenakan kerudung itu kewajiban, bukan pilihan yang bisa ditawar-tawar oleh setiap muslimah. Tidak ada keterkaitan antara identitas Islam dengan wawasan kebangsaan. Lantas, kenapa dipermasalahkan dan dipertentangkan?

Allah berfirman :

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya." (QS An-Nur : 31)

Kerudung Tidak Menghalangi Karir

Guys, berkacalah pada muslimah yang berada di luar sana, seperti saudara kita yang ada di Palestina. Betapa mereka istikamah dalam menutup aurat. Bahkan saat tertidur pun mereka mengenakan jilbab. Dengan alasan, jika nanti rudal merenggut nyawa, mereka mati dalam keadaan menutup aurat. Alasan yang membuat kita terharu, bahkan malu. Masyaallah!

Bagaimana dengan kita? Terkadang,  Allah timpakan masalah kecil, tetapi kita sudah merengut dan melanggar perintah-Nya. Salah satunya dengan melepas kerudung, hanya demi karir. Astagfirullah!

Guys, menutup aurat adalah kewajiban. Mau tidak mau, kita harus tunaikan, sebagai ketundukan seorang hamba kepada Tuhan. Kita melakukannya tanpa menunggu hati siap dan akhlak baik, tanpa menunggu izin atasan dan institusi.

Terkadang kita lucu. Kita takut karir terhambat karena mengenakan kerudung. Akan tetapi, kita tidak takut hidup terhambat karena tidak taat pada Allah. Percayalah, Guys, apa pun aktivitas kita, menutup aurat bukan halangan, melainkan perisai yang melindungi diri dari lelaki yang bukan mahram.

Selain itu, Allah Maha Baik pada setiap hambanya. Jika kita meninggalkan perkerjaan karena ingin taat pada Allah, insyallah, sudah Allah siapkan rezeki terbaik di tempat lain.

Yakinlah jika ada rezeki lain yang sedang menunggu, tanpa harus melepas jilbab. Sebab, melepas jilbab bukan perbuatan yang dibolehkan dengan dalih apa pun. Sejatinya, kehormatan muslimah terletak pada ketaatan pada Tuhan, bukan jabatan di perusahaan.

"Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan ya g lebih baik (HR. Ahmad).

Masyaallah, semakin rindu dengan sistem Islam. Dengannya, perempuan akan terjaga secara sempurna, tanpa harus mengabaikan amanah yang lainnya. Yuk Guys, bersama berjuang menjadi muslimah pengukir peradaban.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Utang Luar Negeri Menggunung, Kedaulatan Negara Terpasung
Next
Haji Batal Lagi, Benarkah Karena Pandemi?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram