Bukanlah suatu kemustahilan bagi sekelompok oknum untuk menghina hak-hak privasi kelompok lainnya dengan dalih kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku dan kebebasan berekspresi. Inilah rupa demokrasi, setiap turunan yang dilahirkan tak pernah konsisten. Kebebasan berpendapat yang dikampanyekan malah menjadi sumber rasialisme semata.
Oleh: Riska Malinda, S.Kom (Aktivis Muslimah Cinta Islam Lampung)
NarasiPost.com -- Kecaman terhadap negara Paris, Perancis, belum berakhir sejak munculnya penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw. Deretan negara berpenduduk mayoritas Muslim melayangkan pemboikotan produk-produk dari negera tersebut. Diantaranya negara-negara bagian Arab dan Timur Tengah, seperti Qatar, Arab Saudi, Iran, Turki dan lainnya.
Penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw memang sudah berlangsung lama. Di akhir tahun 1800an, Sultan Abdul Hamid II, selaku Khalifah Utsmaniyyah pernah menuliskan surat ultimate kepada pemerintah Perancis guna menghentikan pertunjukkan drama komedi tentang kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Di tahun 2015 majalah satir mingguan, Charlie Hebdo, sempat menggambarkan sosok Nabi Muhammad Saw berbentuk karikatur sebagai bahan lelucon. Nampaknya tahun ini kejadian itu masihlah terulang, majalah tersebut digunakan oleh seorang guru bernama Samuel Paty, untuk mengajar kelas bertema kebebasan berpendapat.
Beberapa hari kemudian terdengar kabar bahwa Paty meninggal dunia akibat dibunuh oleh seorang remaja. Hal ini tentu menyulut amarah Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Dirinya kemudian mengaitkan kejadian ini dengan bentuk radikalisme dan terorisme. Dirinya juga dengan lantang mengusut bahwa telah terjadi gerakan Islam radikal yang sedang mengancam kebebasan berpendapat di negaranya.
Kekhawatiran dirinya akan hal ini membuatnya menutup beberapa masjid agar tidak beroperasi. Dan yang lebih tidak relevan lagi, ia menghimbau kepada warga Perancis yang berada di negara mayoritas Muslim untuk berhati-hati. Sungguh hari ini, islamofobia telah sukses menginfeksi akal dan pikiran manusia.
Presiden Iran mengungkapkan kekecewaannya terhadap Perancis yang telah menyalah artikan kebebasan berpendapat. Dikutip dari Aljazeera (28/10/2020), Rouhani Hassan, mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah bagian dari kaum muslimin, kecintaan kaum muslimin terhadap Nabinya termasuk kebebasan dalam mengidolakan sosok/tokoh. “Westerners must understand the great of Islam is loved by all muslims and freedom-lovers of the world.”
Rasulullah Saw adalah manusia terbaik sepanjang masa yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk mengemban risalah agama Islam. Beliau menyebarkan risalah Islam hingga ke penjuru dunia. Pemberi peringatan dan kabar gembira yang berasal dari Allah SWT. Maka tidaklah pantas jika ia disandingkan ataupun dilecehkan sebab tak akan ada manusia hari ini yang sebanding dengannya.
Kecintaan dan pengagungan kaum muslimin terhadap Nabi Muhammad Saw merupakan bentuk ketaatan. Ini juga menjadi dasar keimanan kepada Sang Pencipta. Manusia takkan bisa mengenal Islam yang rahmat kecuali lewat perjuangan beliau yang dengan gagah berani menyuarakan Islam.
Sayangnya, kebebasan berpendapat telah merusak tatanan kebaikan, tatanan toleransi. Sifat inkonsisten yang ada pada slogan-slogan kebebasan tak pernah bisa disetarakan kepada kebebasan umat Islam dalam beragama. Padahal pengagungan terhadap Allah SWT dan RasulNya adalah hak bagi umat Islam. Masuk ke dalam ranah syariat yang harus dilakukan kaum Muslim. Hal ini pun diabadikan dalam hadits riwayat Al-Bukhari dan Ahmad, “Tidaklah salah seorang di antara kalian hingga aku lebih dia cintai dari pada anaknya, orang tuanya dan manusia seluruhnya.”
Bukanlah suatu kemustahilan bagi sekelompok oknum untuk menghina hak-hak privasi kelompok lainnya dengan dalih kebebasan berpendapat, kebebasan berperilaku dan kebebasan berekspresi. Inilah rupa demokrasi, setiap turunan yang dilahirkan tak pernah konsisten. Kebebasan berpendapat yang dikampanyekan malah menjadi sumber rasialisme semata.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].