“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal janganlah kalian meninggalkan tempat itu. ”(HR. al-Bukhari)
Oleh. Dian Sefianingrum
NarasiPost.Com-Di tengah pandemi Covid-19 yang masih merebak, jumlah pengunjung Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, diperkirakan mencapai 100.000 orang. Hal tersebut diungkapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mendatangi Blok A Tanah Abang yang sedang ditertibkan petugas gabungan karena padatnya pengunjung.
Warga membanjiri pusat perbelanjaan jelang Hari Raya Idulfitri. Anggota TNI-Polri kemudian ditempatkan ke area pasar. Karena kurangnya kesadaran para pedagang dan pengunjung dalam melakukan protokol kesehatan (prokes), Anggota TNI-Polri menegur pengunjung yang tidak memakai masker dan meminta untuk tidak berkerumun serta segera keluar pasar jika sudah selesai berbelanja.
Ketua Koperasi Pedagang Pasar Tanah Abang, Yasril Umar, mengatakan salah satu sebab Tanah Abang banjir pengunjung karena aturan kebijakan larangan mudik oleh Pemerintah. (Cnbcindonesia.com, 2/5/2021)
Menurut Yusril masyarakat biasanya hanya punya waktu libur Sabtu dan Minggu, apalagi mereka sedang buru-buru mudik sebelum tanggal 6 Mei, jadi waktu mereka untuk berbelanja hanya Sabtu dan Minggu. Apalagi kemarin orang habis gajian dan dapat THR.
Atas kejadian ini, ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Doni Monardo meminta agar tidak terjadi lagi kerumunan tanpa mematuhi protokol kesehatan (prokes) di pusat-pusat perbelanjaan seperti yang terjadi di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Ia mengingatkan kejadian seperti itu bisa menimbulkan klaster baru Covid-19. (Liputan6.com, 3/5/2021)
Pentingnya Menentukan Kebijakan Negara
Meski Covid-19 di negeri ini sudah mengalami penurunan, sejumlah pakar sudah memperkirakan bahwa akan ada kenaikan masyarakat terinfeksi. Pasalnya momen lebaran sangat identik dengan berbelanja kebutuhan lebaran dan sillaturahim.
Melihat salah satu penyebab terjadinya kerumunan di Pasar Tanah Abang ini, yakni adanya kebijakan larangan mudik menunjukkan bahwa keputusan yang diambil pemerintah kurang persiapan dan pertimbangan dalam hal-hal lain. Alhasil, kerumunan memang tidak terjadi di jalanan namun beralih ke pusat perbelanjaan. Kondisi ini memperlihatkan betapa tidak efektifnya kebijakan penguasa dalam menanggulangi sebaran Covid-19, ditambah lagi penguasa gagal dalam mengedukasi masyarakat untuk menyadari pentingnya menjalani protokol kesehatan di tengah pandemi, terutama menghindari kerumunan.
Tidak adanya pendekatan person to person menjadikan pembeli mengabaikan protokol kesehatan. Namun inilah gambaran pengurusan rakyat oleh penguasa dalam sistem kapitalisme-sekuler. Sistem ini telah mencetak penguasa yang mengabaikan kepentingan rakyat dan cenderung berpihak kepada kapitalis. Lebih dari itu, penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah sejak awal tidak menyentuh akar persoalan sama sekali. Misal, kebijakan lockdown di wilayah pertama kali muncul wabah tidak dilakukan, kurangnya upaya memisahkan antara masyarakat yang sehat dan yang sakit, dan lain-lain.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan mudik, namun pariwisata tetap berjalan. Padahal pariwisata juga berpeluang menimbulkan kerumunan.
Berbeda dalam sistem Islam, di masa khilafah aturan Islam kafah diterapkan secara sempurna baik dalam masalah kesehatan, pendidikan, ekonomi, sanksi, dan lain-lain. Wabah pun pernah terjadi, salah satunya wabah yang terjadi di masa khalifah Umar bin Khatthab ra. beliau pun berikhtiar untuk segera menghentikan wabah dengan menerapkan sabda Rasulullah Saw.
“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal janganlah kalian meninggalkan tempat itu. ”(HR. al-Bukhari)
Ini adalah kebijakan lockdown. Umar bin Khatthab meminta masukan ‘Amru bin Ash, sarannya memisahkan interaksi tak lama kemudian wabah itu selesai. Dalam kasus di Amwas, ‘Umar mendirikan pusat pengobatan di luar wilayah itu, membawa mereka yang terinfeksi virus berobat di sana.
Bukan hanya kebijakan negara,bperan umat juga sangat penting. Umat akan mudah diatur apabila mereka memiliki pemahaman, standarisasi, dan keyakinan yang sama dengan negara. Sehingga ketika negara dalam kondisi kesulitan umat akan sukarela mengasuh, mendukung, menjaga, dan membantu negara. Bayangkan jika negara yang selama ini memusuhi umat, pemahaman, standarisasi, dan keyakinan mereka tentu akan sangat sulit diatur, didukung dan dijaga oleh umat. Apalagi jika negara terus menerus melakukan tindakan yang diskriminatif terhadap rakyatnya.
Oleh karena itu, sangatlah penting membangun negara dengan kekuatan umat karena dibangun dengan keyakinan dan pandangan yang sama yang dimiliki oleh umat. Krisis dan pandemi bukan hanya sekali terjadi bahkan dalam sejarah umat manusia termasuk era kejayaan Islam keadaan seperti ini sudah pernah dialami. Tapi, semua berhasil dilalui oleh kaum muslimin dan dalam kondisi krisis, umat menjadi pengasuh, penjaga, dan penopang utama kekuasaan negara. Karena selama ini negara mengurus urusan mereka, memberikan apa yang menjadi haknya, yakni sandang, pangan, papan, pendidikan, keamanan dan kesehatan dengan sempurna.
Pengurusan ini mutlak karena Allah telah menempatkan penguasa sebagai raa’in atau pengurus urusan rakyat sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “Negara dan umat bergandengan tangan.” Maka, berkat dukungan umat inilah khilafah bisa bertahan hingga 14 abad.
Demikianlah gambaran singkat sistem Islam dalam mengatasi persoalan pandemi. Sudah jelas bahwa Islam sangat dibutuhkan umat hari ini karena Islam satu-satunya solusi untuk negeri. Hal ini sejalan dengan hakikat syariat Islam sebagai solusi kehidupan yang hanya bisa diterapkan dalam sistem politik global bernama Khilafah Islamiyah, bukan yang lain.
Wallahua'lam.[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]