Agar Diri Tak Mudah Kecewa

“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS. An-Nisa’: 19).


Oleh : Armina Ahza,
(Penggerak Perubahan dan CEO Umma Institute)

NarasiPost.com - Pernahkah merasakan diri sangat kecewa? Sudah berharap terlalu besar kepada seseorang ternyata ia tak mampu merealisasikannya. Atau sudah berusaha mati-matian namun tidak tercapai juga apa yang diinginkan. Ketika hati kecewa maka perlu kita koreksi lagi. Apakah kita melakukannya karena manusia? Apakah melakukannya sebab keinginan dunia semata? Jika benar seperti itu, maka wajar jika hati mudah sekali ditemukan kecewa. Sebab berharap pada manusia yang sejatinya lemah dan kepada dunia yang sejatinya hina. Tentu semua itu akan mudah sekali membuat kecewa.

Agar hati tidak mudah kecewa memang bukanlah usaha yang mudah dan instan dilakukan namun perlu adanya latihan terus menerus. Layaknya belajar dan mengayuh sepeda, agar tetap seimbang maka perlu adanya latihan dan keistikamahan. Jika kita tidak melatih maka kecewa akan membuat kita tidak sebatas merasakan kecewa, namun juga kesedihan berkepanjangan, kesedihan yang bisa berujung rasa marah, kedengkian dan bahkan keputusasaan. Dan kesemuanya itu akan menghambat kita menjadi muslimah yang produktif. Maka perlu adanya mengelola hati supaya tidak mudah kecewa. Apa yang harus dilakukan?

Pertama, Gantungkan setiap harapan hanya kepada Allah saja, bukan yang lain, termasuk kepada manusia. Kita ingin beramal saleh dan meraih kesuksesan dunia, semata adalah karena Allah. Yang kemudian, saat kita sudah mengazamkan dan meniatkannya maka lupa untuk bertawakkal kepada Allah. Dan kapan kita menggantungkan dan menyerahkan semua urusan kepada Allah? Tidak hanya pada saat menunggu hasilnya saja, namun semenjak kita berazam, kemudian saat melakukan dan saat menikmati hasil. Jangan sampai kita terlalu percaya diri dengan usaha kita sendiri sebagaimana kata-kata yang sering dijadikan pegangan kebanyakan orang “Usaha tidak menghinati hasil”. Jika hasil yang kita maksud adalah keberhasilan semata, wajar kecewa jika ketika kita sudah berusaha sekuat tenaga namun hasilnya tidak sesuai harapan. Mungkin ini kekeliruan yang sering dilakukan, bertawakkal kepada Allah hanya diakhir saja, bukan semenjak ia berazam. Padahal Allah sudah ingatkan dalam surah Ali Imran ayat 159, yang artinya,

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah”

Kedua, menyadari bahwa manusia hidup dalam dua wilayah. Pertama adalah wilayah yang mampu ia kuasai. Dan yang kedua adalah wilayah yang menguasai dirinya. Pada wilayah yang dikuasai, maka di sini kita bisa berikhtiar, berbuat dan memaksimalkan usaha. Namun sebaik apapun usaha, tetap saja tidak terlepas dari wilayah yang menguasainya, di sinilah Allah yang menetapkan dan menghendaki. Sedangkan tugas hamba hanya meluruskan niat, berbuat karena Allah dan berikhtiar sebaik mungkin. Jadi jikalau kita berikhtiar sebaik mungkin, tetap ingatlah bahwa ada Allah yang memberi hasil. Sebagaimana kisah Maryam yang perlu kita renungi kembali dalam surah Ali Imran ayat 47,

Dia (Maryam) berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?” Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.

Ketiga, supaya hati tak mudah kecewa adalah dengan senantiasa berprasangka baik kepada Allah. Apapun kondisi yang sedang dijalani maka itu terbaik menurut Allah bagi kita. Apapun hasil yang didapat maka itu terbaik bagi kita menurut Allah, maka syukuri. Dan rasa syukur ini pula yang akan mampu meredam kecewa.

“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”
(QS. An-Nisa’: 19).

Itulah 3 hal yang perlu dilakukan agar hati kita tak mudah kecewa. Semoga kita mampu menjaga hati kita. Dan senantiasa berpikir positif atau berprasangka baik.

Wallahua'lam[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Mengakui Tuhan tapi Tidak Beragama, Kok Bisa?
Next
Mewaspadai Liberalisasi Syariah di Balik Narasi ‘Wanita Haid Boleh Puasa’
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram