Butuh disadari bahwa sistem yang ada sekarang berdasarkan pada sistem buatan manusia dan memisahkan aturan agama dari kehidupan. Sistem ini lazim disebut sistem sekuler. Sistem sekuler ini menjalar pada sistem pendidikan dan membuat tujuan pendidikan pun jauh dari nilai ruhani dan rentan bermasalah.
Oleh: Dien Kamilatunnisa
NarasiPost.com -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) memberikan nilai 55 pada salah satu kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim yakni soal Pembelajaran Jarak Jauh di masa Pandemi. Nilai ini berada di bawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 75. Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mengungkapkan alasan mengapa pihaknya memberikan nilai 55 untuk kebijakan PJJ yang dikeluarkan Nadiem Makarim karena FSGI memiliki data-data survei dan memiliki perwakilan guru dari berbagai daerah sebagai pelaku lapangan dan berhubungan langsung dengan orangtua murid (tribunnews, 27/10/2020).
Istilah PJJ makin dikenal sejak adanya pandemi Covid-19. PJJ merupakan kependekan dari Pembelajaran Jarak Jauh. Berbagai macam teknis PJJ dilakukan karena belum ada aturan baku mengenai bagaimana idealnya PJJ. Beberapa teknis PJJ diantaranya dengan live streaming menggunakan berbagai media sosial, memberikan modul pada siswa kemudian mengumpulkannya ke sekolah dalam jangka waktu tertentu, dan lain sebagainya.
Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat dalam beberapa tantangan PJJ. Pertama, hasil survei siswa menunjukkan bahwa selama PJJ, baik guru maupun murid sama-sama memiliki keterbatasan kuota internet dan peralatan yang tidak memadai untuk daring. Kedua, selama pandemi covid-19, merdeka belajar tidak terjadi dalam proses pembelajaran karena guru masih mengejar ketercapaian kurikulum. Ketiga, proses pembelajaran tidak mempertimbangkan keragaman dan kondisi perserta didik.
Selain itu, mirisnya PJJ juga memakan korban jiwa. Tercatat bahwa seorang siswa SD di Kota Tangerang, Banten tewas di tangan ibu kandungnya sendiri. Pemicunya sungguh mencengangkan. Sang ibu kesal karena anaknya sulit menerima pelajaran secara online (liputan6.com, 17/09/2020). Sementara itu, seorang siswi SMA berinisial MI (16) di Kecamatan Manuju, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. MI meninggal setelah bunuh diri diduga karena depresi dengan banyaknya tugas sekolah yang dilakukan secara daring (kompas.com, 19/10/2020).
Banyaknya masalah yang muncul karena pembelajaran tatap muka yang diganti dengan belajar online butuh perhatian dari semua pihak. PJJ bukanlah satu-satunya penyebab semerawutnya kondisi pendidikan yang ada. Menurut Frank A. Ghinassi, PhD, ABPP, Presiden dan CEO Perawatan Kesehatan dan Perilaku Universitas Rutgers Health, ada beberapa faktor pendukung lainnya penyebab stres atau depresi pada siswa. Di antaranya adalah kekurangan makanan, ekonomi, perselisihan orang tua, status sosial, hubungan antarremaja, kekerasan dalam rumah tangga, dan pencarian jati diri menuju dewasa (youth.pikiran-rakyat.com, 13/10/20).
Oleh karena itu, jadi pada siapakah rapor merah ini pantas ditujukan? Apakah semata pada personal individu atau pada sistem? Butuh disadari bahwa sistem yang ada sekarang berdasarkan pada sistem buatan manusia dan memisahkan aturan agama dari kehidupan. Sistem ini lazim disebut sistem sekuler. Sistem sekuler ini menjalar pada sistem pendidikan dan membuat tujuan pendidikan pun jauh dari nilai ruhani dan rentan bermasalah. Jadi, rapor merah ini sebenarnya pantas ditunjukkan pada sistem sekuler itu sendiri. Karena sistem sekulerlah biang keladi berbagai masalah yang ada.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].