Tragedi Nanggala 402 dan Kebutuhan akan Negara yang Memiliki Sistem Pertahanan Handal

“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).
(Q.S al-Anfal : 60)


Oleh. Miliani Ahmad

NarasiPost.Com-Bertubi sudah musibah yang mendera bangsa. Belum kering air mata akibat duka banjir di NTT, kini datang lagi kabar duka dari perairan laut Indonesia. Kapal selam Nanggala 402 milik TNI AL yang memuat 53 awak dinyatakan hilang kontak di perairan utara Bali sejak Rabu (21/04/2021). Beragam upaya telah dilakukan. Namun hasil akhir sungguh memilukan, Nanggala 402 resmi dinyatakan tenggelam di perairan utara Bali. Kondisi kapal pun sudah terbelah menjadi tiga bagian ketika ditemukan. Atas musibah ini, sampai Senin siang (26/04) ungkapan simpati “On Eternal Patrol” dicuit ribuan kali oleh netizen. Rasa bangga terhadap pejuang bangsa yang memegang teguh semboyan “wira ananta rudira” (tabah sampai akhir) ditunjukkan oleh rakyat Indonesia.

Banyak pihak yang merasa terpukul atas kejadian ini. Terlebih, keluarga korban yang ditinggalkan. Mereka merasa syok karena tak menyangka musibah tersebut bakal menimpa orang-orang tercinta mereka. Doa terbaik diberikan bangsa ini kepada para prajurit yang terus setia melayani bangsa.

Tragedi Berulang pada Alutsista Tua

Kapal Nanggala-402 merupakan kapal selam tua produksi Jerman yang telah berumur 44 tahun. Meskipun begitu, Nanggala 402 masih tetap dinyatakan layak dan telah menerima surat kelaikan sebelum digunakan berlatih. Bahkan, di tahun 2020 lalu kapal Nanggala-402 juga telah dirawat (di docking) di PT PAL.

Peristiwa tenggelamnya Nanggala-402 ternyata menambah daftar panjang tragedi yang menimpa alutsista tua milik Indonesia. Meskipun peristiwa ini merupakan kejadian pertama pada kapal selam, namun di tahun 2020 lalu juga terjadi kecelakaan pada kapal milik AL yang juga sudah berumur tua. Kapal tersebut adalah Kapal perang TNI AL, KRI Teluk Jakarta-541 yang tenggelam di perairan arah timur laut Pulau Kangean, Jawa Timur. Sebelumnya juga di tahun 2018, KRI pulau Rencong yang dibuat pada tahun 1979 mengalami kebakaran dan tenggelam di Perairan Sorong, Papua Barat.

Masalah Dana, Modernisasi Alutsista Tua jadi Terkendala

Tragedi Nanggala-402 mendapat perhatian dari berbagai pihak. Di antaranya dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani. Dalam siaran persnya, Puan menyebut bahwa penguatan modernisasi alutsista milik TNI merupakan sebuah kebutuhan yang urgent mengingat kondisi alutsista yang masih terbatas.
Di pihak lain, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto menyatakan bahwa peremajaan alutsista tidaklah murah. Dirinya juga menyebut, mahalnya biaya penyediaan alutsista telah membuat pemimpin negeri ini mengalami dilema. Satu sisi dituntut untuk meningkatkan kesejahteraan, tapi di sisi lain harus memperkuat pertahanan negara. (detiknews.com, 22/04/2021)

Apa yang Salah?
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Begitulah peribahasa yang bisa mewakili kondisi Nanggala-402 beserta para awaknya. Harapan bisa melakukan upaya terbaik untuk menjaga keamanan wilayah harus pupus karena musibah yang menimpa.
Musibah terjadi pada Nanggala-402 memang disebabkan adanya faktor alam, bukan karena human error. Hal ini disampaikan secara tegas oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono. Menurutnya, hal tersebut bisa dipastikan dengan prosedur penyelaman yang digunakan Nanggala-402 sudah benar.
Tentu ketika kita membicarakan masalah musibah, tak ada satu pun manusia bahkan termasuk negara yang bisa menerawang kehadirannya. Meski menggunakan teknologi secanggih apa pun, musibah tetap akan datang meski dihadang. Namun sebelum musibah datang, ada ranah yang bisa dipersiapkan pada alam manusia untuk malakukan persiapan jika bencana tiba.
Maka untuk itu, negara perlu mempersiapkan segala komponen yang mendukung termasuk komponen perlindungan terhadap diri manusia. Komponen pendukung tersebut haruslah bisa diwujudkan termasuk pada alutsista yang digunakan prajurit bangsa. Diantaranya dengan memastikan kelaikannya, memperhatikan umurnya serta memodernisasi alutsista agar lebih kuat dalam proses operasinya.
Namun kadangkala masalah penyediaan, perawatan dan sarana pendukung bagi ketahanan alutsista tidak dibarengi dengan sumber dana yang memadai. Karena untuk melakukan itu semua, dana yang dibutuhkan cukup besar. Sementara, anggaran negara tidak bisa menutupi kebutuhan itu semua. Dengan minimnya anggaran itu pulalah kerap kali bangsa ini membeli alutsista bekas yang dari sisi umur sudah tua dan jam terbang yang cukup lama. Analis militer, Soleman B. Ponto menyebut kadangkala masalah alutsista khususnya pada usaha peremajaannya sering terkendala oleh strategi pembelian barang bekas yang lebih menjadi prioritas. Soleman pun menyatakan bahwa harga alutsista bekas memang lebih murah namun risiko biaya pemeliharaan akan menjadi lebih tinggi. Ditambah risiko kecelakaan yang dihadapi juga akan jauh lebih tinggi. (cnnindonesia.com, 24/04/2021)

Beginilah realitas penyediaan alutsista di negeri ini. Masalah dana menjadi kendala utama dalam mempersiapkan alutsista yang handal. Padahal dengan kondisi luasan wilayah Indonesia yang membentang, sudah semestinya alutsista yang dipunya berjumlah banyak yang melingkupi alutsista darat, laut, dan udara. Dan pastinya hal tersebut berkorelasi pada kebutuhan dana yang sangat besar.

Tapi apa mau dikata. Membicarakan penyediaan dana untuk alutsista tidaklah mudah di tengah carut marut ekonomi bangsa. Harta negara yang terdapat pada APBN sudah banyak terkuras hanya untuk membayar utang plus bunganya. Ditambah lagi minimnya sumber pemasukan kas negara kerap membuat penyediaan alutsista dipandang sebelah mata.
Padahal, bangsa ini merupakan bangsa yang kaya. Sejumlah aset berupa kekayaan sumber daya alam (SDA) dapat ditemukan hampir di semua wilayah. Sebut saja gunung emas di Papua, batu bara di Sumsel dan Pulau Kalimantan, melimpahnya cadangan minyak bumi tersimpan yang ada di daratan bahkan di lautan lepas serta hamparan hutan yang begitu luas. Itu belum termasuk kandungan aset yang ada di dalam lautan. Pertanyaannya, kemana hasil dari semua harta tersebut? Realitasnya, harta tersebut tidak lagi menjadi milik anak bangsa. Sistem kapitalisme yang menjadi basis dalam pengaturan sistem ekonomi bangsa telah menyerahkan aset-aset tersebut kepada swasta. Melalui kebijakan investasi yang didukung oleh beragam regulasi, swasta yang lebih didominasi oleh asing diberikan hak istimewa untuk menjarah aset SDA bangsa.

Seperti contoh data yang dilansir dari laman www.indonesia-investmen.com yang menyebutkan bahwa sekitar 87% produksi gas alam di Indonesia diproduksi oleh Conoco Philips, BP Tangguh, Exxon Mobil Oil Indonesia, Total E&P Indonesia, dan CNOOC Limited. Sementara sisanya sebesar 13% dikerjakan oleh Pertamina.

Sungguh miris. Harta melimpah yang dimiliki tak menjadikan bangsa ini sejahtera dan memiliki rasa aman. Termasuk rasa aman yang harus dimilki oleh para prajurit ketika menggunakan alutsista pada saat melakukan tugasnya. Sangat disayangkan, keinginan untuk memiliki alutsista yang handal seolah hanya menjadi angan akibat tata kelola ekonomi yang salah.

Butuh Langkah Nyata Membangun Sistem Pertahanan Negara

وَاَعِدُّوْا لَهُمْ مَّا اسْتَطَعْتُمْ مِّنْ قُوَّةٍ وَّمِنْ رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُوْنَ بِهٖ عَدُوَّ اللّٰهِ وَعَدُوَّكُمْ وَاٰخَرِيْنَ مِنْ دُوْنِهِمْۚ لَا تَعْلَمُوْنَهُمْۚ اَللّٰهُ يَعْلَمُهُمْۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يُوَفَّ اِلَيْكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تُظْلَمُوْنَ


“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; tetapi Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).

(Q.S al-Anfal : 60)

Islam sebagai sebuah ideologi yang sahih memandang bahwa masalah pertahanan negara merupakan masalah yang amat krusial. Untuk itu, Islam telah mewajibkan kepada negara untuk memastikan setiap hal demi terpenuhinya faktor terciptanya pertahanan negara. Diantaranya, dengan mewajibkan negara mempersiapkan prajurit-prajurit terbaik beserta persenjataannya.

Dalam Islam penanganan militer berada di bawah pengelolaan Departemen Peperangan (Da’irah al-Harbiyah). Pada departemen ini, semua urusan yang berkaitan dengan prajurit/pasukan, peralatan, persenjataan, logistik dan amunisi berada di bawah pengawasannya.
Karena militer merupakan garda terdepan melindungi negara, maka Islam juga mewajibkan tersedianya alutsista handal bagi militer negara. Bahkan, alutsista yang dimiliki haruslah alutsista yang tercanggih pada zamannya.

Untuk itu, negara diwajibkan mendirikan industri persenjataan sendiri yang akan memproduksi alutsista handal dan senjata lainnya. Industri ini tidak diperkenankan memiliki ketergantungan dengan pihak luar apalagi negara-negara penjajah. Dengan adanya kemandirian ini, negara tidak perlu membeli persenjataan dari negara luar. Hal ini amat penting dilakukan agar negara tidak bisa diintervensi berkaitan dengan jumlah kebutuhan persenjataan, jenis senjata, dan dapat mewujudkan kekuatan persenjataan yang tidak akan dimilki oleh negara mana pun.

Tak hanya handal, negara juga dituntut untuk dapat memastikan kelaikan senjata ataupun alutsista yang digunakan. Harus ada perawatan dan pengecekan berkala. Setiap ada kerusakan atau hal yang mencurigakan, harus segera diperbaiki dengan mesin-mesin terbaik. Tidak diperkenankan memperbaiki mesin dengan “sistem kanibal”, sebuah sistem yang mencangkokkan alat-alat pada mesin rusak tapi masih laik pakai kepada mesin yang masih digunakan.Tentu jika ditakar oleh sistem kapitalisme, mekanisme ideologi Islam ini terkesan hayali. Namun bagi Islam hal tersebut justru amat mungkin diwujudkan. Mekanismenya bisa kita runut pada kitab al-Amwal fii Daulati al-Khilafah yang ditulis oleh Syaikh Abdul Qodim Zalum.

Di dalam kitabnya, Syaikh Qadim Zallum menjelaskan terdapat pos anggaran khusus dalam APBN negara Islam yang diperuntukkan memenuhi segala kebutuhan militer baik persenjataan atau pun pemenuhan kebutuhan untuk industri militer negara, yaitu pada pos seksi jihad yang membawahi biro pasukan, biro persenjataan dan biro industri militer. Ketiga biro ini akan dibiayai oleh APBN (baitul mal) melalui pos kharaj, fai, harta kepemilikan umum, dan zakat. Dapat dibayangkan berapa jumlah dana yang akan diberikan negara demi memperkuat pertahanan negara. Jumlah angka yang sangat fantastis tentunya.

Tentu, untuk mewujudkan kesempurnaan aturan sistem pertahanan ini tak akan bisa diterapkan pada sebuah negara yang tidak melandaskan Islam dalam pengaturan kehidupannya. Umat membutuhkan sistem sahih guna menghadirkan sistem pertahanan yang ideal. Untuk itulah umat perlu merujuk gambaran sebuah negara ideal sebagaimana negara yang dijalankan Rasulullah di Madinah al-Munawwarah yang kemudian kepemimpinan tersebut dilanjutkan kembali oleh khalifah-khalifah sesudahnya.
Tidakkah umat mengingatnya?
Wallahua’lam bish-showwab[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Ironi Negeri Maritim, Alutsista Minim
Next
Di Penghujung Masa
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram