Lelah Berjuang

Perjuangan juga memerlukan ruh. Yaitu kesadaran bahwa kita adalah hamba. Maka kesadaran inilah yang akan terus menghidupkan semangat juang kita. Walaupun beratnya cobaan dan perihnya luka, pasti akan bisa kita lalui. Jika kesadaran ini selalu kita tumbuhkan dalam setiap langkah kita, maka walaupun duri menusuk, maka akan mudah diatasi dan diobati. Maka senantiasa kita tumbuhkan kesadaran ini.


Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.com - kumendengar seorang sahabat dalam perjuangan, memilih untuk meninggalkan jalan dakwah ini. Dia memilih jalan yang menurutnya aman, yang tak akan membawa kemudharatan padanya dan keluarga, katanya. Dan ia pun memilih lepas dari beban berat perjuangan.

Sekali lagi, kumelihat, saudaraku dalam langkah bersama di medan terjal yang bernama dakwah ini. Memilih meletakkan tanggung jawabnya, melemparkannya ke bawah kakinya. Untuk ia tinggalkan, untuk ia lupakan, untuk ia abaikan. Ia lelah, baginya dakwah ini menguras tenaga, waktu, dan pikirannya. Ia ingin rehat, menikmati hidupnya.

Lambat namun pasti, saringan itu bekerja. Satu persatu pengemban dakwah berhenti dan balik arah. Sungguh begitu memilukan dan menyakitkan melihat teman seperjuangan berbelok arah. Sungguh perih kesunyian ini tanpa kebersamaan sahabat dalam medan dakwah.

Saudaraku, perjuangan ini memang berat. Maka itulah kenapa dia disebut sebagai perjuangan. Menjadi pejuang itu pun berat, karena itulah ia disebut pejuang. Jika kita hanya mengandalkan kekuatan kita sebagai manusia, tentu tak akan mampu, dan tak akan bisa memikulnya. Jika kita hanya fokus terhadap beratnya perjuangan dan banyaknya pengorbanan, tentu akan semakin sulit kita dan berat langkah kita.

Saudaraku, dalam perjuangan haruslah ada kesabaran. Karena perjuangan bukanlah permainan dan candaan. Ia akan senantiasa menguji dan menuntut ketahanan dalam menanggung perihnya, beratnya, sulitnya, pun sakitnya perjuangan. Namun kita harus senantiasa bersabar. Ketika mulai menipis kesabaran, sedang cobaan kian gencar, tambah lagi porsinya, hingga hilang segala keraguan. Bukankah dikatakan kesabaran adalah alasan Allah memasukkan hambanya dalam surga-Nya? Maka bersabarlah.

Perjuangan pun membutuhkan jiddiyah wahai saudaraku. Kesungguhan dan keseriusan dalam militansi itulah inti dari perjuangan. Maka tidak dikatakan perjuangan jika hanya karena sedikit duri, kita akan segera meletakkannya dan melupakan tugas kita. Bukan kesungguhan jika hanya karena ejekan dan ancaman manusia kita menyerah kalah dan berbalik arah. Maka bersungguh-sungguhlah.

Wahai saudaraku, perjuangan juga memerlukan ruh. Yaitu kesadaran bahwa kita adalah hamba. Maka kesadaran inilah yang akan terus menghidupkan semangat juang kita. Walaupun beratnya cobaan dan perihnya luka, pasti akan bisa kita lalui. Jika kesadaran ini selalu kita tumbuhkan dalam setiap langkah kita, maka walaupun duri menusuk, maka akan mudah diatasi dan diobati. Maka senantiasa kita tumbuhkan kesadaran ini.

Saudaraku, perjuangan juga harus punya teladan. Bukankah kita mengakui bahwa Rasulullah adalah uswah terbaik? Bukankah kita senantiasa mengaku mencintai beliau? Bangga disebut sebagai ahli Sunah beliau? Bahkan senantiasa mengharap syafaat beliau kelak? Sebagai umat beliau, bukankah yang harus kita lakukan adalah mengikuti beliau? Pernahkah Rasulullah meletakkan perjuangannya? Hanya karena siksaan kaumnya, hanya karena pemboikotan yang beliau terima?

Tentu kita tahu, perjuangan Rasulullah bukan hanya mengajarkan kita tata cara shalat, perbanyak sedekah, atau senyum terhadap saudara saja. Rasulullah telah menahan derita, menahan perihnya luka, disakiti, diboikot, dilempari batu hingga berdarah, dicekik, bahkan hampir dibunuh, itu semua bukan hanya Karena beliau berdakwah tentang itu saja. Tapi karena beliau melakukan amar makruf nahi mungkar. Berani menyuarakan Islam, menentang kekufuran.

Rasulullah terus bersabar, namun juga tak menyerah. Beliau begitu yakin bahwa Allah pasti akan menolong. Allah yang tak pernah mengingkari janji-Nya. Allah yang akan memenangkan Islam atas setiap agama. Allah yang telah memilih kita sebagai umat terbaik. Rasulullah begitu yakin saudaraku. Maka Rasulullah pun memantaskan diri untuk ditolong oleh-Nya. Dengan kesabaran, dengan jiddiyah, terus berdakwah hingga pertolongan Allah pun turun, bukan meletakkan tanggung jawab dan memilih berhenti.

Namun, perjuangan pun membutuhkan rasa syukur saudaraku. Bersyukur bahwa Allah beri kita kesempatan untuk ikut berjuang meninggikan agama-Nya. Yang harus kita pahami adalah, kesempatan ini tak semua orang diberi. Hanya manusia pilihan yang akan Allah beri dengan kemuliaan. Begitu pun kita harus senantiasa sadar diri, bahwa kita adalah pengemban dakwah bukan objek dakwah. Yang pastinya, pahala yang agung akan kita dapat. Tentu akan selalu ada konsekuensi dari setiap value yang kita capai bukan?

Sungguh jika semua ini kita hadirkan dalam diri, maka kita harapkan Allah meneguhkan dan memberi kita keistikamahan. Saudaraku, mari bersabar dalam perjuangan ini. Bersama kita melangkah dalam dakwah. Saling menguatkan dan saling mendukung. Yakinlah kesulitan ini hanya sementara. Karena fajar kemenangan itu segera menyingsing. Dengan tegaknya Khilafah Rasyidah, yang akan melindungi seluruh umat manusia dengan Rahmat-Nya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ

"Ya Allâh, aku memohon kepada-Mu petunjuk dan taufik agar tetap istikâmah." (Fiqhul Ad’iyah wal Adzkâr, volume 4, hlm. 164 -166)

Wallahu a'lam

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Pemuda dan Politik Kekinian
Next
Jika Kaukecewa Pada Hal yang Disebut “Rumah”
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram