Makanan dan Perilaku Anak

Harus mengupayakan makanan yang riil bagi anggota keluarga, khususnya anak-anak kita. Makanan riil adalah makanan yang memenuhi syarat kesehatan, mengalami proses pengolahan seminimal mungkin, satu atau dua kali proses. Dengan demikian makanan yang dikonsumsi masih alami, karena nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tidak hilang.


Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd
(Kontributor NP)

NarasiPost.Com-Di era sekarang ini, cukup sulit untuk mendapatkan makanan yang benar-benar memenuhi syarat kesehatan. Sering kali, kriteria halal dan haram, kurang begitu diperhatikan.

Setiap orang tua, tentu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, termasuk dalam hal makanan maupun jajanan. Oleh karena itu, orang tua harus menjaga dengan memilah dan memilih makanan dan tidak membiarkan mereka jajan sembarangan.

Mengapa demikian? Karena Islam mengajarkan kepada kita agar memilih makanan yang halal dan thayyib (baik). Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 88, yang artinya,

"Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya."

Dengan demikian, apa yang telah Allah perintahkan bagi manusia, tentu ada kebaikan dan maslahat di dalamnya. Begitu sebaliknya, jika Allah melarang, pasti mengandung keburukan yang akan mengantarkan pada kefasadan (kerusakan). Begitulah Allah Swt. zat yang Maha Menetapkan dan mengetahui segala sesuatu.

Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya berhati-hati dalam hal makanan karena berpengaruh pada tingkah laku anak-anak. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab taklimul muta'alim karya Imam Az-Zurnuji Rahimahullah tentang  wiro'i atau wara' (berhati-hati).

Dikisahkan, bahwa Imam Asy Syekh Al Jalil Muhammad bin Al Fadhal selama belajarnya tidak pernah memakan makanan pasar. Sedangkan ayahnya yang tinggal di pelosok desa selalu menyediakan makanan untuknya. Setiap hari Jumat, Sanya ayah membiasakan diri untuk berkunjung ke tempat guru Syekh Muhammad. Pada suatu hari, ayahnya melihat roti pasar di dalam rumah anaknya. Maka dia tidak mau bicara pada anaknya karena marah dan membencinya.

Melihat ayahnya begitu marah, Syekh Muhammad memberikan penjelasan sebagai berikut,

"Wahai Ayah, sesungguhnya aku tidak membeli roti ini, dan aku tidak menyukainya. Roti ini dibawa oleh temanku."

Kemudian ayahnya menjawab,

"Bila kamu berhati-hati dan wiro'i, maka temanmu tidak akan memberikan roti itu."

Demikianlah kisah para ulama yang begitu berhati-hati dalam hal makanan, sehingga mereka mudah dalam memperoleh ilmu dan menyebarluaskan. Nama-nama mereka akan dikenang hingga hari kiamat kelak.

Kisah di atas memberikan pelajaran pada kita bahwa seorang muslim khususnya seorang ibu dituntut untuk aktif, kreatif, produktif dan inovatif. Mulai dari memilih bahan, teknik pengolahan dan penyajiannya harus menarik, menggugah selera, rasanya yang enak dan luar biasa, sesuai selera anggota keluarga serta ramah di kantong, apalagi suasana pandemi seperti sekarang ini.

Termasuk harus mengupayakan makanan yang riil bagi anggota keluarga, khususnya anak-anak kita. Makanan riil adalah makanan yang memenuhi syarat kesehatan, mengalami proses pengolahan seminimal mungkin, satu atau dua kali proses. Dengan demikian makanan yang dikonsumsi masih alami, karena nutrisi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tidak hilang.

Tidak membiasakan mereka jajan dan membeli makanan di luar, apalagi memfasilitasi anak-anak dengan memberi uang jajan berlebihan, sehingga mereka bebas membeli apa yang mereka inginkan, tanpa memperhatikan komposisi dan proses pengolahannya, apakah itu termasuk halalan thoyyiban.

Semoga dengan berhati-hati dan wiro'i terhadap makanan, anak-anak kita mudah dalam menerima ilmu, senantiasa berperilaku baik, mengamalkan ilmu dan menyebarkannya, serta mudah diarahkan. Sehingga terbentuklah akhlak yang mulia. Semoga menjadi generasi yang saleh dan salehah, cerdas, hebat serta faqih fiddin sebagaimana generasi terdahulu.

Allahua'lam bishowwab

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Ibu Tangguh Mempunyai Visi Islam, Bukan Kapitalisme
Next
Bertakzim Untuk Para Penghapal Alquran
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram