Terjerat Utang, Indonesia Hilang Kedaulatan

Kesejahteraan akan semakin sulit dirasakan oleh rakyat kecil. Selama sistem kapitalisme masih diterapkan di negeri ini, kekayaan alam hanya bisa dinikmati oleh para pemilik modal berserta dengan para anteknya. Kesenjangan sosial akan semakin nyata, yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara.


Oleh. Rosmita
(Aktivis Muslimah dan Member AMK)

NarasiPost.com - "Utang adalah ibu dari kebodohan dan kejahatan yang produktif." - Benjamin Desraeli.

Qoute di atas menggambarkan bagaimana bahaya yang ditimbulkan dari utang. Utang adalah pangkal dari kesengsaraan. Seperti saat ini, negara yang kaya raya seperti Indonesia, malah terjerat utang dengan jumlah yang fantastis.

Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Januari 2021 tercatat sebesar USD420,7 miliar atau setara dengan Rp6.655 triliun. Terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD213,6 miliar dan ULN sektor swasta sebesar USD207 miliar. (Liputan6.com, 15/3/2021)

Pemerintah berencana akan terus mengoptimalkan peran ULN dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, serta berusaha meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

Apapun alasannya, utang tetaplah tidak bisa dijadikan jalan keluar untuk mengatasi defisit keuangan negara. Apalagi ULN yang berbasis riba, jelas akan menghilangkan keberkahan dan menimbulkan murka Allah. Bukannya menyelesaikan masalah keuangan negara, justru malah membawa negeri ini menuju kehancuran.

Seharusnya Indonesia mengambil pelajaran dari negara lain yang terpuruk dan bangkrut karena terjerat ULN. Contohnya Zimbabwe dan Nigeria yang harus bertekuk lutut karena tidak bisa membayar utangnya kepada Cina.

ULN adalah bentuk penjajahan model baru untuk menguasai suatu bangsa. Biasanya pemberian utang berbasis riba disertai perjanjian yang merugikan. Salah satunya berupa campur tangan negara pemberi utang terhadap kebijakan politik dalam negeri negara yang berutang. Hal ini yang menyebabkan negara pengutang kehilangan kedaulatan. Apalagi jika negara pengutang tidak bisa membayar utangnya, maka negara pemberi utang akan mengambil alih kekayaan alam milik negara pengutang.

Kalau sudah begini akhirnya rakyat yang menjadi korban. Rakyat akan digenjot pajak dengan alasan untuk membayar utang, harga listrik dan BBM dinaikkan, pelayanan publik seperti kesehatan dan pendidikan pun dikomersilkan. Rakyat menjadi tumbal keserakahan para kapitalis. Sedangkan penguasa hanya menjadi alat untuk memeras rakyat.

Kesejahteraan akan semakin sulit dirasakan oleh rakyat kecil. Selama sistem kapitalisme masih diterapkan di negeri ini, kekayaan alam hanya bisa dinikmati oleh para pemilik modal berserta dengan para anteknya. Kesenjangan sosial akan semakin nyata, yang kaya makin kaya, yang miskin makin sengsara.

Sangat jauh berbeda apabila sistem Islam yang diterapkan secara kafah dalam sebuah daulah. Bukan hanya sistem ekonominya saja yang menggunakan sistem Islam, tetapi sistem politik dan lain-lain juga memakai sistem Islam.

Dalam sistem Islam, negara tidak akan mengambil ULN dan pajak sebagai sumber pendapatan negara. ULN berbasis riba jelas haramnya apalagi bila disertai dengan perjanjian yang menghilangkan kedaulatan negara.

Allah Swt. berfirman:
"Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman." (QS. An-Nisa: 141)

Begitu pula dengan pajak, Rasulullah Saw. bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang mengambil cukai." (HR. Abu Daud)

Sumber pendapatan negara dalam Islam berasal dari zakat, jizyah, ghanimah, fai, kharaj, shadaqah tathawwu, dan kekayaan alam yang dimiliki oleh negara Islam.

Oleh karena itu, di dalam negara Islam, sumber daya alam yang ada harus dikelola sendiri oleh negara, tidak boleh diserahkan kepada pihak swasta, baik lokal maupun asing. Selain itu pemimpin di dalam Islam adalah orang yang amanah dan sangat memikirkan nasib rakyatnya, karena kepemimpinan di dalam Islam artinya adalah mengurusi urusan umat. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya di dunia ini dan di akhirat nanti. Sehingga seorang pemimpin di dalam Islam akan bersungguh-sungguh menjalankan amanah. Dia berusaha semaksimal mungkin untuk menyejahterakan rakyatnya.

Bisa kita lihat bagaimana seorang Khalifah Umar bin Khattab memanggul sendiri karung gandum untuk memberi makan rakyatnya yang kelaparan. Bahkan beliau sangat takut apabila ada seekor kedelai yang terperosok di jalan yang rusak yang berada di bawah kekuasaannya.

Begitu pula pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil menyejahterakan rakyatnya, sehingga tidak ada lagi orang yang mau menerima zakat karena sudah terpenuhi segala kebutuhannya. Selain kesejahteraan, khalifah juga memberikan perlindungan terhadap darah, harta dan kehormatan kaum muslimin. Sebagaimana kita tahu bagaimana heroiknya Khalifah Al Mu'tashim billah yang mengerahkan bala tentaranya untuk membela kehormatan seorang muslimah yang dilecehkan.

Semua itu karena ketakwaannya kepada Allah yang membuat para pemimpin di dalam Islam bersungguh-sunguh dalam menjalankan amanah kepemimpinannya. Maka sudah seharusnya kita kembali kepada sistem Islam yang akan mendatangkan keberkahan, kesejahteraan, dan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat.
Wallahu a'lam bishshawwab.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Mutiara Dambaan Umat
Next
Bank Syariah, Ekonomi Syariah, dan Sistem Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram