Valentine Day Menghilangkan Rasa Malu Pemuda Islam

“Salah satu naskah motivasi dalam Challenge ke-2 NarasiPost.Com dengan tema “Valentine dalam Perspektif Islam”


Oleh: Novida Sari, S.Kom

NarasiPost.com - Generasi awal Islam adalah generasi terbaik di dalam peradaban Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah Saw. Mereka memiliki rasa malu yang luar biasa berkat akidah yang melekat pada diri mereka. Sebut saja salah satu sahabat Nabi Saw, Utsman bin Affan.

Rasa malu senantiasa melekat pada diri Utsman bin Affan. Rasa malu adalah sifat yang sangat mulia. Sifat ini bisa mendorong seseorang melakukan ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran. Rasulullah Saw pernah bersabda:

اَلْـحَيَاءُلاَيَأْتِيْإلاَّبِخَيْرٍ
Artinya: “malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sehingga rasa malu yang mengakar kuat pada kepribadiannya inipun membimbing Utsman bin Affan untuk bersegera di dalam melakukan berbagai keutamaan. Ketika Rasulullah Saw menyerukan untuk berdakwah, Utsman akan merasa malu jika tidak segera menjawab seruannya. Sehingga Ia pun bersegera beriman dan membenarkan kenabian Rasulullah Saw dan menjadi orang yang keempat yang memeluk Islam pada usia ke 34.

Ketika Utsman bin Affan mendengarkan seruan berinfak dari Rasulullah Saw untuk keperluan membekali perang, maka rasa malu ini menolaknya untuk bersifat kikir. Termasuk ketika Rasulullah Saw memerintahkan untuk berhijrah apalagi berjihad, Utsmanpun bersegera dan malu jika didahului kaum hamba sahaya. Sehingga untuk mempertahankan akidah dan menjalankan syariat yang diajarkan oleh Rasulullah Saw akan dilakukannya segera dan sebaik mungkin. Malu jika tidak bertaubat ketika ada hukum Allah yang dilanggar, dan gigih memperjuangkan kebenaran.

Valentine Identik Dengan Seks

Di Kalangan pemuda, Februari dikenal sebagai bulan kasih sayang. Budaya ini berasal dari ritual kebudayaan Romawi. Sebelum Kristen menjadi agama negara Romawi, perayaan pagan Lupercalia untuk memuja Lupercus sang dewa kesuburan yang diadakan tiap tanggal 13 sampai 14 Februari setiap tahun.

Pada perayaan Lupercalia, laki-laki dan perempuan dipasang-pasangkan. Mereka akan bercinta semalaman. Mabuk, seks dan wanita adalah isi dari perayaan ini. Tradisi ini kian mengakar dan mendarah daging dan sulit untuk untuk dihentikan.

Tatkala Negara Romawi memeluk agama Kristen, Paus Gelasiuspun mengesahkan perayaan Lupercalia ini menjadi hari raya gereja pada tahun 496 M karena pihak gereja tidak sanggup menghapus perayaan ini. Pihak gereja lantas mengarang cerita St. Valentinus yang mati demi cinta lalu menamakan Lupercalia modern dengan sebutan Valentine’s Day. Pihak gereja berharap dapat memperbaiki tradisi pagan Lupercalia dengan valentine.

Pada tahun 1969 M, pihak gereja melarang kegiatan Valentine’s Day karena menganggap perayaan ini merupakan pembenaran dari Lupercalia. Namun tindakan gereja ini sudah terlambat, karena cerita Valentinus terlanjur melegenda dan mendunia sehingga maksiatpun mulai dilegalkan.

Penolakan Valentine’s Day Bermunculan di Eropa

Pelonjakan aktivitas seks di sekitar tanggal 14 Februari ternyata telah membuat cemas beberapa negara Eropa. Mereka mulai merancang solusi agar dampak negatif yang ditimbulkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, infeksi menular seksual, HIV/ AIDS bisa diminimalisir.

Amerika Serikat telah menetapkan Februari sebagai National Condom Month karena pemerintahnya tahu persis Valentine’s Day sama saja dengan Sex day. Pada bulan ini pemerintah akan mengedukasi warganya bagaimana caranya memakai kondom dan seks aman, membuat program kesehatan sejenis Sexual Health, promosi kesehatan seksual dan penggunaan kondom di antara pria muda Amerika Afrika dengan rentang usia 18 sampai 30 tahun dalam bentuk poster, kartu pos, spanduk web, dan di berbagai media sosial.

Sementara Negara Inggris menetapkan 14 Februari sebagai National Impotence Day. Sebuah program kesehatan tahunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan disfungsi ereksi di kalangan masyarakat dan profesional kesehatan. Sehingga pemerintah akan menghimbau warganya untuk tidak melakukan hubungan seks sepekan itu.

Valentine’s Day Di Negeri Kaum Muslim

Hampir seluruh negeri yang penduduknya beragama Islam merayakan Valentine. Tidak lebih dari 5 negara yang menolaknya. Iran sejak tahun 2011 telah melarang valentine juga simbol berbentuk hati, mawar merah, coklat dan aktivitas lain yang mempromosikan perayaan valentine serta menjatuhkan hukuman yang berat bagi pelakunya. Malaysia sejak tahun 2012 telah melarang valentine’s day. Polisi akan mendatangi hotel-hotel untuk menggerebek pasangan di luar nikah yang diduga melakukan hubungan seks. Begitu juga dengan Iran, Pakistan, dan beberapa wilayah di Indonesia seperti Aceh, Padang meskipun tidak dicegah secara sempurna (www.mic.com, 10 Februari 2014).

Namun jumlah Negeri kaum Muslim yang membiarkan valentine jauh lebih banyak dibandingkan yang menolak. Saat berselancar di dunia maya mencari kata valentine day di Indonesia misalnya akan banyak sekali muncul tips dan destinasi kota yang layak untuk dikunjungi. Padahal ini sangat bertentangan ajaran Islam yang sangat menjaga kehormatan dan nasab manusia. Kasih sayang pada lawan jenis tidak terbatas pada coklat, mawar dan bulan februari. Kasih sayang bisa diwujudkan dengan pernikahan yang akan menciptakan ketenangan dan penyempurnaan agama. Sehingga tidak ada kata penyesalan yang akan ditimbulkan di kemudian hari.

Mewaspadai Islamisasi Valentine’s Day

Pada tahun 2018, Syekh Ahmed Qasim Al Ghamdi selaku Presiden Komisi Makkah untuk Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan mengeluarkan pernyataan bahwa perayaan Valentine’s Day sebenarnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dia juga menyatakan, perayaan cinta adalah fenomena universal dan tidak terbatas pada dunia non muslim.

Akibatnya, tahun 2018 merupakan tahun pertama arab saudi merayakan Valentine untuk pertama kali. Meski menuai kontroversi, tradisi lama pelarangan sudah tidak berlaku. Pasar dan toko-toko di Al Khobar, Arab saudi timur dipenuhi dengan segala macam yang berwarna merah. Bahkan perayaan Valentine tidak lagi menjadi hal yang perlu disembunyikan dan dilarang (english.alarabiya.net, 16 Februari 2018).

Kaum liberalisme juga beralasan bahwa kasih sayang merupakan ajaran Islam. Sehingga perlu untuk melakukan Islamisasi valentine’s day untuk menunjukkan bahwa ajaran agama Islam adalah ajaran yang mampu menyesuaikan dengan zaman dan beradaptasi dengan situasi apapun. Dengan hal ini Islam dapat lebih mudah diterima oleh dunia.

Valentine’s Day Di Mata Islam

Dari perayaan Lupercalia yang berawal dari kebiasaan pagan Romawi tampak jelas valentine bukan berasal dari Islam. Aktivitas seksual yang dilahirkan darinya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ekspresi kasih sayang yang ditimbulkan dari Valentine’s day ini sangat berbeda jauh dengan ajaran Islam.

Allah Swt berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Artinya : “dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (TQS Al Isra : 32)

Bahkan Rasulullah Saw melarang umatnya menyerupai suatu kaum, sebagaimana sabdanya: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka” (HR Ahmad dan Abu Daud).

Kegiatan meniru valentine di bulan februari termasuk pada kegiatan menyerupai kaum tertentu. Zina, miras dan seks pun telah terbukti masuk pada perayaannya. Ketika Allah Swt menjaga interaksi antara laki-laki dan perempuan, maka sebagai hamba yang beriman seharusnya kitapun taat tanpa memikirkan apakah itu memberikan manfaat atau tidak. Karena perintah Allah harus dituruti dengan dorongan keimanan.

Kaum Muslim harus memiliki malu ketika melanggar perintah Allah Swt. Keberadaannya sebaga makhluk yang diciptakan seharusnya membuatnya sadar dan merasa tertampar bahwa tidak ada peraturan yang paling baik selain dari hukum syara’. Sebagaimana generasi awal yang memiliki rasa malu dan mencapai puncak kejayaan Islam, generasi pemuda hari ini juga harusnya demikian. Sehingga Islam memenuhi benak dan pemikiran mereka. Malu untuk berbuat kemungkaran yang akan mendapatkan murka dari Allah Swt. Wallahu a’lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Cinta yang Ternoda
Next
Jangan Nodai Cinta Dengan Maksiat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram