Hari Anak Sedunia tidak akan mampu menghentikan derita anak Palestina dan tidak akan mampu menjamin hak-hak mereka.
Oleh. N' Aenirahmah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tanggal 20 November diperingati sebagai Hari Anak Sedunia. United Nations Internasional Children's Fund (UNICEF) menginisiasi peringatan Hari Anak Sedunia dengan tujuan meningkatkan kesadaran tentang kesejahteraan anak dan mendorong aksi global dalam menciptakan masa depan anak yang lebih baik.
Peringatan Hari Anak tahun 2024 ini mengusung tema "Listen to the Future, Stand Up for Children's Right" atau "Dengarkan Masa Depan, Dukung Hak-Hak Anak". UNICEF mengharapkan peran serta orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk mendengarkan anak-anak dan memenuhi hak anak dalam mengekspresikan diri, memahami gagasan, dan memilih prioritas dalam hidupnya. Menurut UNICEF, dengan menjunjung tinggi hak-hak anak akan menjadikan jalan menuju dunia yang lebih baik untuk hari esok dan masa yang akan datang. (tribunnews.com, 14-11-2024)
Nasib Anak Palestina
Patut disayangkan, peringatan Hari Anak Sedunia justru kontras dengan kondisi dan fakta anak-anak di Palestina khususnya dan di dunia pada umumnya. Betapa tidak, saat ini dunia menyaksikan kondisi Palestina yang makin membara. Serangan brutal Zionis Yahudi terus memakan korban, baik orang tua, perempuan, maupun anak-anak tidak berdosa.
Melansir Tempo.co, (9-11-2024), Kantor Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) menyatakan hampir 70% korban jiwa dalam perang Gaza adalah anak-anak dan perempuan. Jumlah korban akibat serangan Zionis ke Gaza dalam setahun terakhir telah menewaskan 43.973 orang dan 17.492 di antaranya adalah anak-anak. Fakta ini menunjukkan bahwa Zionis Israel telah melanggar prinsip-prinsip dasar hukum kemanusiaan internasional.
Anak-anak Palestina telah kehilangan haknya untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua karena orang tuanya terbunuh dalam agresi Zionis Yahudi. Anak-anak Palestina juga kehilangan hak untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan karena fasilitas pendidikan dan kesehatan telah dibombardir menjadi reruntuhan dan puing-puing akibat keganasan perang. Anak-anak Palestina pun kehilangan hak hidup karena serangan Zionis Yahudi telah menyasar seluruh warga Palestina, tidak terkecuali anak-anak.
Zionis Yahudi juga telah melakukan pemblokadean bantuan makanan dan obat-obatan. Hal ini akan mengakibatkan bencana baru seperti kelaparan dan malanutrisi. Bencana kelaparan dan malanutrisi akut yang menimpa anak-anak Gaza merupakan bukti kegagalan internasional dalam melindungi hak-hak anak pada khususnya dan hak-hak umat manusia pada umumnya.
Standar Ganda Barat
Narasi tahunan yang terus digaungkan Barat dalam memenuhi hak-hak anak adalah narasi kosong tanpa makna dan arti. Pada realitasnya, hak-hak anak Palestina terampas akibat standar ganda Barat dalam kasus konflik Israel-Palestina. Barat yang digawangi AS dan sekutunya buta dan tuli terhadap genosida yang terjadi di Palestina, padahal masyarakat dunia telah bersuara keras agar perang segera diakhiri dan menuntut agar Israel dibawa ke pengadilan internasional dan mendapatkan sanksi berat.
Amerika dan sekutunya telah memainkan standar ganda pada konflik Israel-Palestina dan memainkan peran organisasi internasional agar berada di bawah kendali mereka. Di satu sisi organisasi internasional menyerukan terpeliharanya hak-hak anak, tetapi di sisi lain Barat memproduksi mesin-mesin perang yang membunuh ratusan ribu warga Palestina. AS dan sekutu terang-terangan memberikan dukungan terhadap Israel dalam melakukan agresinya ke Palestina.
Lalu muncul pertanyaan. Apakah mungkin lembaga internasional (PBB) akan serius menjamin hak-hak anak secara global, termasuk hak-hak anak Palestina?
Hari Anak Sedunia dan Derita Anak Palestina
Dunia tengah menyaksikan bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza. Namun, dunia tidak berbuat apa-apa. Begitu pula para penguasa muslim yang ada di sekitar Gaza. Mesir, Yordania, dan Arab Saudi tetap menutup rapat pintu perbatasan yang menjadi jalan masuknya bantuan makanan dan obat-obatan ke Palestina.
Para penguasa ini takut kehilangan kekuasaan jika mereka melanggar titah AS dan sekutunya. Walaupun harus mengorbankan keimanan dengan membiarkan saudaranya di Palestina berada dalam ancaman kelaparan bahkan genosida. Kebrutalan agresi Zionis Yahudi mengarah pada satu aksi yakni genosida atau pemusnahan massal secara sistematis.
Para penguasa muslim tidak takut terhadap ancaman Rasulullah saw. yang bersabda, "Tidak sempurna iman seseorang apabila membiarkan tetangganya kelaparan, sedangkan dirinya kekenyangan." (HR. Bukhari)
Menteri Pertahanan entitas Zionis mengatakan, "Sengaja menciptakan kelaparan dengan cara mencegah masuknya makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan." Tujuannya tiada lain agar warga Gaza mati perlahan akibat kelaparan. Zionis berharap pada akhirnya warga Palestina akan tunduk dan menyerah pada solusi yang ditawarkan Amerika.
Dari sini jelaslah bahwa peringatan Hari Anak Sedunia yang digagas organisasi internasional tidak akan mampu menyelesaikan konflik Israel-Palestina, tidak akan mampu menghentikan derita rakyat Palestina, dan tidak akan mampu menjamin hak-hak anak Palestina.
Islam Melindungi Anak Palestina
Islam memberikan perhatian penuh terhadap keberlangsungan hidup generasi. Dalam pandangan Islam, anak adalah aset berharga bagi negara dalam membangun peradaban. Anak adalah generasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan maka generasi ini harus dijaga dan dipersiapkan dengan baik.
Di dalam Islam, negara adalah pelindung dan pengayom seluruh rakyat, termasuk anak-anak. Negara Khilafah Islam tidak akan membiarkan satu anak pun terlantar dan kehilangan hak-hak dasarnya. Negara Khilafah akan menjamin hak seluruh rakyat dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Model negara yang memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh rakyat tersebut adalah Daulah Khilafah Islamiah. Negara Islam akan menghilangkan segala bentuk penjajahan.
Dalam kasus Palestina, Zionis Yahudi adalah entitas yang telah merampas dan menjajah wilayah Palestina serta mengusir penduduknya. Negara Islam akan menyerukan jihad fi sabilillah dan mengirimkan pasukan untuk mengembalikan dan merebut Palestina dari penjajah. Perang dan serangan militer akan diterjunkan untuk membela dan menjaga kehormatan, agama, harta, dan tanah air.
Dengan demikian, negara Islam tidak butuh narasi Hari Anak Sedunia yang kosong dari makna seperti yang disuarakan organisasi internasional di bawah kendali AS. Negara Islam akan menciptakan aksi nyata dalam melindungi hak-hak anak. Negara akan menetapkan berbagai kebijakan untuk terwujudnya hak-hak anak.
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh Khilafah adalah sebagai berikut.
Pertama, negara akan menetapkan pilar-pilar bernegara yang lahir dari asas akidah Islam dan menetapkan hukum yang bersumber kepada Al-Qur'an dan Sunah.
Landasan akidah Islam inilah yang akan menyatukan seluruh negeri-negeri kaum muslim. Akidah Islam sebagai pengikat yang akan menyatukan pemikiran, perasaan, dan aturan dalam bernegara. Ketika terjadi penjajahan terhadap tanah kaum muslim, negara dan rakyat akan bahu membahu mengobarkan seruan jihad fi sabilillah.
Kedua, negara akan menerapkan Islam secara kaffah dalam seluruh sendi kehidupan. Mulai dari sistem pendidikan, pergaulan, peradilan, ekonomi, hingga pemerintahan.
Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nahl ayat 89, yang artinya, "Dan Kami turunkan kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
Makna dari ayat di atas adalah aturan Islam bersifat sempurna dan menyeluruh. Aturan-aturan ini ketika diterapkan akan mampu menyelesaikan seluruh problematika manusia dari a sampai z.
Ketiga, negara akan membangun hubungan politik luar negeri dengan asas dakwah dan jihad.
Berdasarkan asas ini, negara tidak akan membangun hubungan politik, ekonomi, hukum, keamanan, maupun yang lainnya dengan negara-negara kafir penjajah. Negara akan membangun kemandirian dalam ekonomi, riset & teknologi, dan pertahanan keamanan.
Negara Islam tidak akan tunduk pada badan organisasi dunia (PBB). Khilafah berlepas tangan dari tekanan program-program Barat yang sejatinya dipakai sebagai alat penjajahan, termasuk UNICEF dan sebagainya.
Keempat, Penerapan sistem ekonomi Islam akan mampu membangun kekuatan negara dan kekuatan masyarakat.
Sistem ekonomi Islam membagi tiga kepemilikan, yaitu individu, umum, dan negara. Negara akan mampu membuka lapangan pekerjaan mulai dari industri berat, ringan, manufaktur, dan pangan. Negara Islam adalah negara yang mandiri dan tidak bergantung kepada bantuan asing (impor) dan lain-lain.
Kelima, penerapan sistem pendidikan Islam akan mewujudkan negara yang kuat dalam memiliki sumber daya manusia yang melimpah.
Sistem pendidikan Islam akan melahirkan generasi beriman, cerdas, produktif, tangguh, dan berdikari. Mereka adalah generasi yang terlahir dari keluarga-keluarga yang tangguh karena ayah-ibu yang menjalankan fungsinya dengan baik. Kualitas generasi akan diperkuat dengan sistem pendidikan dan kurikulum yang islami. Demikianlah, ketika Islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai negara Islamiah maka dipastikan hak-hak anak akan terpenuhi secara sempurna. Baca juga: Palestina Dijajah, Aynal Muslimun
Anak memiliki lapisan pelindung yang kuat, yaitu keluarga yang kukuh di atas landasan iman, masyarakat yang peduli di atas landasan amar makruf nahi mungkar, dan negara yang mandiri dan kuat di atas landasan akidah Islam. Khilafah adalah negara yang berfungsi sebagai perisai dan penjaga seluruh lapisan rakyatnya.
Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Imam atau khalifah adalah junnah atau pelindung. Tempat di mana umat akan berperang di belakangnya." (HR. Muslim)
Khatimah
Di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiah, kesejahteraan dan keadilan bisa terwujud sebab sistem dan aturannya bersumber dari Rabb Yang Maha Adil. Ini berbeda dengan sistem sekuler kapitalisme yang tegak di atas landasan materi. Aturannya bersumber dari akal manusia yang terbatas sehingga memunculkan perselisihan dan pertentangan. Akankah sistem yang rusak ini terus kita pertahankan, atau beralih kepada sistem Islam yang berkeadilan? Wallahualam bissawab.[]
Sistem kapitalisme terbukti menjadi biang keladi penderitaan dan kesengsaraan anak-anak Palestina. Semua itu hanya bisa dihentikan dengan penerapan sistem Islam yang akan melindungi anak-anak kaum muslimin Palestina. Barakallah mba@Aenirahmah
Kapitalisme gagal melindungi anak2 di seluruh dunia, termasuk Palestina. Kapitalisme justru menjadi sumber kejahatan bagi anak2.
Hanya dalam Islam, anak2 dapat hidup dengan bahagia, sejahtera, dan aman lahir dan batin.
MaasyaaAllah, menyadarkan kita bahwa anak sejahtera hanya dalam sistem Islam bukan standar ganda yang diberikan oleh barat
Maa sya Allah terimakasih teh Susi Sutiani
Alhamdulillah, barakallah Fiik smoga Istiqomah, tulisannya menyadarkan bahwa Islam memuliakan semua manusia, anak adalah harapan masa depan perlu perlindungan dan periayahan trbaik tidak hanya dari Orangtua, masyarakat dan negara bagian yang tidak tepisahkan
Maa sya Allah hatur nuhun ummu syifa
Barakallah untuk penulis
Alhamdulillah..jazakillahu ahsanal jaza Mbak Firda
Peringatan Hari Anak Sedunia hanya seremonial belaka.
Faktanya, masih banyak kondisi anak yang memilukan termasuk anak-anak di Gaza yang digambarkan oleh penulis.
Betul sejatinya sebagai alat penjajahan. Ghaz fikr
Dalam sistem sekuler kapitalia, apa-apa dirayakan. Hari imi hari itu, tapi kering pemaknaan..Buang-buang uang, sekadar ingin menunjukkam seolah peduli, padahal sama sekali tidak.
Betul..banyak diantara kaum muslimin belum menyadari hak ini. Mereka bangga bisa merayakan Hari Anak Sedunia. Padahal di sisi lain anak-anak Palestina dalam kondisi genosida
Hak anak faktanya tidak berlaku bagi anak Palestina. Sungguh memilukan. Unicef, PBB, bahkan dunia dengan kapitalismenya mandul dari memberi perlindungan dan hak bagi anak-anak di dunia Islam terkhusus Palestina.
Barakallah Teh Een.
Hatur nuhun Cikgu support sareng bimbingan na