"Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya. Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Melihat." (QS. Al Isra:1)
Oleh: Ummu Ainyssa
(Pendidik Generasi dan Member AMK)
NarasiPost.com - Alhamdulillah saat ini kita telah memasuki bulan Rajab 1442 Hijriah. Bulan yang berada sebelum bulan Sya'ban dan Ramadan. Bulan Rajab juga merupakan salah satu dari empat bulan suci bagi kaum Muslimin selain Dzulqaidah, Dzulhijjah dan Muharram. Allah Swt. berfirman dalam QS At Taubah ayat 36:
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa."
Sebagai bulan yang suci, bulan Rajab sangat dimuliakan, banyak kaum Muslimin berlomba-lomba melakukan amal saleh, memperbanyak doa dan zikir, termasuk juga memperbanyak amalan-amalan sunah, mulai dari puasa sunah, salat sunah, sedekah, dan lain-lain.
Selain itu, kaum Muslimin di bulan ini juga mengenang salah satu peristiwa paling penting dalam tegaknya Islam. Yaitu peristiwa Isra Mi'raj, di mana Rasulullah Saw. menerima perintah sholat lima waktu pada saat Allah Swt. menjalankannya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yaitu bertepatan pada tanggal 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian.
Allah Swt. menerangkan peristiwa tersebut di dalam QS Al Isra ayat 1 : "Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya. Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Melihat."
Akan tetapi, selain peristiwa penting di atas, ada satu lagi peristiwa besar yang tidak banyak diketahui atau bahkan dilupakan oleh kaum Muslimin, yaitu tragedi runtuhnya kekhilafahan terakhir yakni Khilafah Utsmaniyah yang terjadi pada tanggal 28 Rajab 1342 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 Masehi, oleh seorang agen Inggris dari etnis Yahudi Dunama bernama Mustafa Kemal Ataturk.
Jadi jika kita hitung sudah genap 100 tahun dalam tahun Hijriah kaum Muslimin tidak lagi hidup dalam naungan Khilafah Islamiyah. Sejak keruntuhan itulah kaum Muslimin dipaksa untuk menerapkan aturan sekularisme, di mana agama tidak boleh diikut sertakan dalam mengurusi urusan kehidupan, serta dipaksa untuk meninggalkan aturan agamanya. Sejak saat itu jugalah penderitaan banyak dialami oleh kaum Muslimin di seluruh dunia.
Kaum Muslim tercerai-berai bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, mereka tidak lagi tahu harus ke mana mencari perlindungan dan kehangatan. Seperti yang dialami oleh saudara kita di Palestina, Khasmir, Rohingya, Uighur, Afghanistan, dll. Sekeras apapun mereka berteriak meminta tolong, para pemimpin negeri-negeri Muslim tidak lagi mendengar dan tergerak. Mereka terlihat seperti telah buta dan tuli dengan penderitaan tersebut.
Maka benarlah apa yang pernah digambarkan oleh baginda Rasulullah Saw. bahwa kelak kaum Muslimin itu tak ubahnya seperti buih di lautan, jumlah mereka banyak tetapi mereka tidak punya kekuatan. Mereka dikelilingi oleh negeri-negeri yang siap menyantap mereka. (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Inilah kenyataan yang menimpa kaum Muslimin selama satu abad ini. Kewibawaan kaum Muslimin sebagai umat terbaik kini telah hilang. Padahal Allah Swt secara terang menyebut mereka dalam QS. Ali Imran ayat 110, bahwa kaum Muslimin adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena mereka menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitabpun beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik".
Namun faktanya saat ini kaum Muslimin menjadi umat yang terbelakang yang dihinakan oleh orang-orang kafir barat. Negeri Muslim bukanlah lagi menjadi negara adidaya yang ditakuti oleh musuh-musuhnya. Yang dahulu garang bagaikan singa yang menerkam, kini menjadi lembut bagaikan kucing yang mengeong menanti sisa-sisa ikan dari majikannya.
Wahai kaum Muslimin semuanya, sadarlah! Bangunlah dari tidur panjang ini!
Kita sedang dininabobokan oleh kaum kafir penjajah, agar kita tetap tidur nyenyak dalam mimpi kita. Kita dibuat serasa nikmat dalam hidup yang serba bebas ini. Pikiran kita dibuat melayang seolah tanpa beban, hidup tanpa aturan bagaikan binatang dengan menanggalkan pakaian kehormatan kita, mengumbar aurat sesuka kita, bergonta-ganti pasangan melampiaskan syahwat tanpa ikatan, diracuni dendam dan pembunuhan dalam menyelesaikan masalah, dll. Padahal sejatinya semua kehidupan itu sedang menjerumuskan kita ke dalam dosa besar yang akan mengantarkan kita ke dalam siksa api neraka.
Sungguh, tanpa adanya aturan Islam yang tegas, semakin hari penghinaan terhadap Islam semakin merajalela. Alquran dan Rasulullah Saw. pun tak luput dari penghinaan dan pelecehan. Ulama-ulama yang hendak menyadarkan kita untuk kembali ke jalan yang Allah ridai pun dikriminalisasi. Kelompok dakwah dan aktivisnya yang menyerukan amar makruf nahi munkar dipersekusi dan dibungkam dengan undang-undang yang bisa menjerat mereka.
Wahai kaum Muslimin, akankah kita terus-terusan menjadi kaum yang dihinakan seperti ini?
Sudah saatnya kita bangkit bersama-sama untuk menegakkan kembali sistem yang bisa menjadi payung bagi kita semua. Mengembalikan kembali kewibawaan kita sebagai umat terbaik. Sebagaimana perintah tersebut merupakan bagian dari ijma sahabat yang hukumnya wajib. Disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitab Al-Jaziri, Al Fiqh 'ala Al-Mazhab Al Arabi'ah, V/416 beliau menuturkan: para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib. Karena hanya dengan begitu Alquran bisa diterapkan secara totalitas dalam seluruh aspek kehidupan.
Picture Source by Google