My Girl, Melodi Pelangi yang Menjadi Tren

My Girl Melodi Pelangi yang Menjadi Tren

Jelas banget dong, tren My Girl adalah potret legalisasi pelangi melalui melodi alias lagu yang kini menjadi favorite song pemuda sehingga melenakan mereka untuk ikut menyebarkannya

Oleh. Hafida. N
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-You look so pretty and I love this view
We fell in love in October
That’s why, I love fall
My girl, my girl, my girl
You will be my girl

Apakah lirik lagu di atas terasa familier untukmu? Biar aku tebak. Jawabannya iya, familier. Aku juga merasa begitu. Saat membuka media sosial di awal Oktober, di reels TikTok dan Instagram kita banyak bermunculan konten dengan lagu di atas. Orang yang belum update mungkin akan bertanya-tanya, ada apa dengan 1 Oktober? Jawabannya bukan Hari Kesaktian Pancasila apalagi hari Senin. Loh, terus hari apa? Biar tahu dan paham, ayo baca ini sampai selesai! Selamat membaca, temanku.

Asal-usul Tren 1 Oktober

Platform TikTok kembali melahirkan tren viral. Kali ini, tanggal 1 Oktober dipopulerkan sebagai My Girl Day alias Hari Gadisku yang berawal dari banyaknya  konten TikTok menggunakan lagu “We Fell in Love in October” sebagai backsong. Lagu yang dilantunkan oleh Girl in Red ini mengisahkan seseorang yang jatuh cinta di bulan Oktober.

Liriknya yang sering digunakan untuk konten memiliki arti, Kamu sangat cantik dan aku menyukai pemandangan ini. Kita jatuh cinta di bulan Oktober, itulah sebabnya aku mencintai musim gugur. Gadisku, gadisku, gadisku. Kamu akan menjadi milikku. Lirik tersebut merupakan potret perasaan cinta dan keindahan musim gugur yang dihubungkan dengan momen jatuh cinta. Dalam penggalan lagu tersebut, terdapat lirik my girl, my girl, you will be my girl yang berulang-ulang membuat tanggal 1 Oktober dikaitkan dengan ungkapan cinta kepada pasangan perempuan.

Tren satu ini bukan pertama kali muncul di Indonesia. Diketahui, sejak Oktober 2023 tren My Girl telah muncul dan warganet mengekspresikannya melalui video romantis, foto-foto, dan ditambah kalimat puitis yang estetik. Seiring dengan semakin populernya lagu We Fell in Love in October di platform seperti TikTok, tren My Girl pun meluas saat banyak orang mulai berbagi momen romantis di tanggal 1 Oktober. Hal ini menjadikan tanggal 1 Oktober sebagai momen yang ditunggu-tunggu.

Makna Tren My Girl

Apa sih makna tren yang berseliweran di platform TikTok dan Instagram ini? Secara sederhana, tren My Girl merujuk pada ungkapan cinta dan kasih sayang untuk perempuan istimewa, baik itu kekasih, teman, sahabat, bahkan ibu. Ya, walau kebanyakan konten My Girl itu merujuk pada kekasih perempuan, sih. Ketika seseorang menyebut 'my girl’ berarti menunjukkan penghargaan, cinta, dan kasih sayang kepada perempuan tersebut.

Beberapa komentar dari warganet menyebut banyak keberuntungan indah yang akan dialami, seperti ditembak cowok atau mendapatkan hadiah dari orang tersayang. Konten manis yang dibagikan membuat para warganet merasa terhibur, meski di sisi lain ada juga yang galau karena tidak punya pasangan. Menjelang Oktober bahkan sebelum September berakhir, cuitan tentang tren My Girl sudah bermunculan,“Gak bisa ikutan tren Oktober my girl my girl, soalnya cowokku spek bapak-bapak purbakala gak tahu trend bucin,” tulis salah satu akun TikTok.

My Girl dan Girlfriend Day itu sama, ya?”

Jawabannya, tidak. My Girl dan Girlfriend Day tidak saling berkaitan. Keduanya adalah dua konteks yang berbeda. Girlfriend Day diperingati tiap tanggal 1 Agustus, di mana ini adalah hari peringatan bersama sahabat perempuan, sedangkan tren My Girl hanya berkaitan dengan popularitas lagu We Fell in Love in October di platform media sosial. Jadi, kesimpulannya My Girl Day bukan hari peringatan khusus melainkan hanya ajang kreativitas warganet.

Girl in Red: Musik 'Queer' Bebas Heteronormativitas

Apakah semua generasi muda terutama Gen-Z tahu lagu ini? Aku rasa tidak, karena aku pun baru mengetahui tren dan lagu tersebut belum lama ini saat scroll Instagram. Aku bahkan berniat menulis naskah yang kamu baca ini sembari mendengarkan lagu yang dirilis pada November 2018 tersebut agar mendapat feel. But, aku kaget saat menemukan beberapa fakta terkait lagu We Fell in Love in October dan juga penyanyinya. Mau tahu? Nih, aku spill:

  1. Lagu ini dinyanyikan oleh perempuan, tetapi mengapa liriknya berbunyi: you will be my girl?
  2. Music Video (MV) lagu tersebut menyajikan interaksi dua perempuan yang romantis. Dari sini, aku sudah yakin akan sesuatu.
  3. Liriknya menceritakan tentang kisah cinta dua perempuan yang bertemu lalu jatuh cinta di musim gugur bulan Oktober.
  4. Dikutip dari magdalene.co, Girl in Red menjadi salah satu ikon queer prominen Gen Z. Ada kode berbentuk pertanyaan untuk memastikan apakah seorang perempuan menjadi bagian dari komunitas pelangi atau bukan yang bunyinya begini, “Apakah kamu mendengarkan Girl in Red?” Musisi asal Norwegia itu dianggap tidak malu menunjukkan keindahan jatuh cinta sesama jenis karena lagu ciptaannya selalu menyinggung tentang pasangan lesbi dan indahnya jatuh cinta pada wanita.

Oke, lalu muncul pertanyaan. Apa itu queer? Secara bahasa queer artinya mencurigakan, aneh, tidak lazim atau di luar kelaziman. Biasanya digunakan dengan nada miring (peyoratif). Secara khusus, queer dipakai sebagai potret ketidaklaziman seseorang dalam gender dan seksualitas. Queer ada untuk siapa saja yang terpinggir bahkan terkucilkan karena orientasi atau praktik seksualnya. Istilah umum untuk menyebut berbagai identitas seksual disebut queer. Nah, karena itulah istilah queer disebut sebagai payung dari berbagai identitas dan gender heteroseksual, LGBT misalnya.

Baca juga: Standar Minimalis Kapitalisme Mencetak Generasi Unggulan

Meski Girl in Red disebut sebagai panutan musik lesbian dan lagu We Fell in Love in October miliknya merupakan lagu untuk kekasih perempuan, tetapi dikutip dari magdalene.co, Girl in Red tidak ingin dikotakkan dengan identitas itu. Musik Girl in Red menjadi tempat nyaman untuk lesbian dan perempuan biseksual. Ketika lagu ini populer di TikTok setahun belakangan, muncul pergeseran terkait queer code di lagu tersebut, yang mulanya dimaksudkan untuk sesama perempuan, kemudian diubah menjadi laki-laki oleh penggemar heteroseksual. Terdapat pergantian lirik my girl menjadi my boy. Beberapa dari penggemar juga menyanyikan ulang lagu ini, dan banyak warganet yang mencari cover versi male agar lagu ini terdengar straight.

Jelas banget dong, tren My Girl adalah potret legalisasi pelangi melalui melodi alias lagu yang kini menjadi favorite song pemuda. Nah, setelah mengetahui fakta di atas, apakah kamu akan tetap berpartisipasi meramaikan tren ini? Jangan ya dek, ya.

Tren My Girl Dikuti Gen-Z, kok Bisa?

Teman, seperti yang kita tahu dan rasakan, apa pun yang memiliki title viral, pasti akan diikuti dengan senang hati oleh para pemuda, Gen-Z terutama. Bukan hanya faktor internal, tetapi juga ada faktor eksternal yang mendorong pemuda gemar berpartisipasi meramaikan konten viral.

Beberapa faktor yang memengaruhi generasi muda terutama Gen-Z mudah mengikuti konten viral, di antaranya:

Pertama, teori penguatan sosial. Ketika berinteraksi dengan konten viral, Gen-Z mendapat penguatan positif melalui like, komen, dan berbagi. Hal ini memicu dopamin neurotransmitter yang berkaitan dengan rasa senang, sehingga mendorong perilaku serupa di masa yang akan datang.

Kedua, kognisi sosial. Gen-Z cenderung peka terhadap perilaku kelompok. Kebanyakan mereka mengikuti konten viral karena ingin diakui dan diterima oleh teman sebaya.

Ketiga, rentang perhatian singkat. Terbiasa dengan konten cepat dan singkat membuat Gen-Z lebih tertarik pada sesuatu yang menarik yang memiliki waktu singkat. Konten viral biasanya dirancang untuk menarik perhatian dengan cepat.

Keempat, FOMO (Fear of Missing Out). Kecemasan akan ketinggalan informasi ataupun tren membuat Gen-Z terdorong untuk ikut serta dalam konten tersebut agar tidak merasa terasing atau bahkan diasingkan dari pergaulan.

Faktor-faktor di atas yang dikombinasikan dengan lingkungan sosial serta cepatnya perubahan teknologi membuat Gen-Z sangat responsif terhadap konten viral. Apakah ini dapat langsung dinormalisasi atau ada hal lain yang harus diperhatikan?

Konten Viral Menurut Perspektif Islam

Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai konten viral, di antaranya:

Pertama, keselarasan dengan nilai-nilai Islam. Konten yang mendidik, menginspirasi, atau mempromosikan kebaikan dianjurkan diikuti. Begitu pula konten yang menjaga nilai-nilai etika kesopanan, seperti berpakaian yang menutup aurat secara sempurna ditunjang dengan perilaku yang baik penting diutamakan agar tidak merusak akhlak dan nilai-nilai Islam.

Kedua, menghindari konten negatif. Konten yang mendorong pembicaraan negatif tentang orang lain atau menyebarkan rumor (gibah dan fitnah) harus dihindari karena bertentangan dengan prinsip saling menghormati. Konten yang berisiko dan berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain wajib hukumnya untuk dihindari.

Ketiga, perhatikan keseimbangan. Hiburan harus seimbang dengan tanggung jawab sehari-hari. Terlalu banyak waktu di media sosial dapat mengganggu ibadah dan kewajiban lainnya. Gen Z dapat memanfaatkan fitur pengingat waktu (timer) yang tersedia. Di Instagram contohnya, ada fitur timer tiap lima dan lima belas menit sekali untuk berhenti scrolling dan mengistirahatkan mata.

Keempat, kritik konstruktif. Sikapi tren yang sedang terjadi dengan kritis dan bijak. Telaah apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak? Jika tidak, buang jauh-jauh!

Kelima, media sosial sebagai sarana dakwah digital. Menggunakan platform untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan ajaran Islam kepada masyarakat luas serta membangun kesadaran dengan cara mengedukasi pengguna tentang dampak dari konten yang mereka konsumsi dan bagikan.

Berpegang pada prinsip-prinsip Islam dalam setiap interaksi dan konsumsi konten menjadi hal penting yang harus dilakukan sebagai kaum beriman. Sebagai pemuda-pemudi harapan bangsa, kita harus bijak dan kritis menghadapi dunia di era digital. Lantas, bolehkah kita generasi muda muslim mendengarkan lagu bernuansa pelangi?

Hukum musik, bernyanyi dan seni pada dasarnya adalah boleh (mubah). Ini selaras dengan fitrah manusia yang menyukai keindahan, namun menjadi haram jika musik/lagu tersebut mengarah pada perbuatan yang dilarang Allah dan Rasul-Nya. Lagu yang liriknya bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti ajakan minum khamr, pergaulan bebas, dan berzina jelas diharamkan.

Bagi manusia yang sudah tahu terkait haramnya hubungan sesama jenis dan hanya diam, akan mendapat percikan dosa karena tidak mendakwahkan ilmu yang dimiliki. Bagi manusia yang belum tahu, akan ditanya mengapa tidak mencari tahu. Selain itu, fakta bahwa tren My Girl ditujukan pada kekasih nonhalal menjadi alasan kuat mengapa kita harus menghindarinya. Aku yakin, kamu yang membaca ini sudah tahu bahwa dalam Islam dilarang pacaran karena termasuk perbuatan zina, di mana mendekati zina saja sudah dilarang apalagi melakukan hal yang termasuk zina. Bisa disimpulkan, mendengarkan lagu bernuansa pelangi hukumnya haram karena hukum asal perbuatan LGBT sudah haram.

Jadi Bestie, sebagai generasi muda pemimpin masa depan, mari filter tren apa yang boleh kita ikuti dan yang harus kita buang jauh-jauh. Meski awalnya sulit dan bahkan merepotkan, paksa dan peringati diri. Pilihan hanya ada dua, susah payah di dunia dan senang-senang di akhirat atau sebaliknya? Jika tren kebaikan penuh manfaat jarang terekspos bahkan keberadaannya pun langka, mari kita ciptakan tren sesuai syariat yang akan menjadi jalan menuju surga.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Hafida N. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tetangga Sampai Surga
Next
Hibernasi
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
12 minutes ago

Apalagi daku wanita senja ya enggak tahu lsgu tersebut menjadi viral. Ya yang pasti trend itu wajib bersandar pada akidah Islam

Atien
Atien
2 hours ago

Barakallah ananda@ Dida. Semoga generasi muda saat ini bisa memilih dan memilah hal-hal yang boleh diambil. Jangan sampai hanya sekadar ikut-ikutan dan tidak mengetahui bahwa hal itu dilarang oleh Islam.

Sri Haryati
Sri Haryati
3 hours ago

Baru tau ada tren lagu ini di bulan Oktober Ternyata banyak lagu² yang serupa dan viral, karena kurangnya literasi dan pemahaman bahasa Inggris banyak yang menyanyikannya tanpa paham artinya. Kalau sudah tau artinya malah jadi jijik dengernya.

Deena
Deena
6 hours ago

Jangan latah ikutan tren. Teliti dahulu itu tentang apa, penting nggak diikuti, baik atau buruk..
Jangan sampai ikutan yg nggak jelas, apalagi yg nggak bermanfaat.

Ikhty
Ikhty
6 hours ago

Lagibete menyusup melalui berbagai jalan

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram