Berbagai faktor telah menjadi penyebab berkurangnya area pesawahan, mulai dari berkurangnya petani, pupuk yang mahal, perubahan iklim, bencana, dan besarnya keran impor sehingga terjadi persaingan harga.
Oleh. Nina Marlina, A.Md
(Penulis Bela Islam)
NarasiPost.Com-Pertanian merupakan salah satu sektor utama di Indonesia. Negeri kaya ini memiliki tanah yang subur dan SDA yang melimpah. Sektor ini amat berperan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Terutama padi atau beras yang menjadi makanan pokok di sebagian besar wilayah nusantara.
Dikutip dari Okezone.com, (13/02/2021) bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung berencana meningkatkan produksi padi dengan program Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) di Desa Ibun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, kegiatan RJIT dilakukan untuk memastikan lahan pertanian mendapatkan irigasi yang akan menjamin kebutuhan air hingga panen.
Sementara menurut Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, RJIT bukan hanya membenahi saluran irigasi yang bermasalah. Tetapi juga memaksimalkan fungsi saluran, agar luas areal tanam bisa bertambah. Sehingga diharapkan indeks pertanaman dan provitasnya pun meningkat. Kegiatan RJIT ini dikelola Kelompok Tani Sauyunan di daerah irigasi Pasir Tengah. Kelompok tani yang diketuai Iyan Suryana ini mengairi lahan seluas 53 Ha.
Sebagaimana diketahui, jumlah lahan pertanian di Indonesia menjadi berkurang karena banyaknya pembangunan dan alih fungsi lahan. Selama ini, banyak pemilik sawah yang tergiur menjual sawahnya karena harga yang cukup tinggi. Sawah mereka dijual untuk keperluan industri, jalan tol, dan proyek pembangunan lainnya.
Selain itu, berbagai faktor telah menjadi penyebab berkurangnya area pesawahan, mulai dari berkurangnya petani, pupuk yang mahal, perubahan iklim, bencana, dan besarnya keran impor sehingga terjadi persaingan harga. Faktor tersebut menyebabkan para petani enggan untuk bertani kembali. Mereka lebih memilih menjadi konsumen daripada produsen. Persediaan pangan negara pun berkurang. Mirisnya, negara lebih bergantung pada impor. Akhirnya, hilanglah kedaulatan pangan negara.
Menurunnya ketahanan pangan, telah membuat jumlah kemiskinan dan kelaparan meningkat di negeri ini. Sebagian besar rakyat tak mampu membeli kebutuhan pokok karena harga yang mahal. Dalam laporan Global Hunger Index (GHI) 2020, Indonesia meraih skor 19,1; menempati urutan ke 70 dari 107 negara (Lokadata, 26/11/2020). Sungguh ironi, rakyat harus mati kelaparan di negerinya yang kaya dan subur.
Untuk itu, negara semestinya berperan besar dalam menangani krisis pangan, yakni dengan mengoptimalkan lahan pertanian agar terus berproduksi. Tak hanya itu, peningkatan produktivitas pun harus diwujudkan, bukan hanya teknik irigasi, namun juga kemudahan dalam memperoleh benih unggul, pupuk yang murah dan antihama. Tentu diperlukan pula teknologi tinggi untuk mendukung tingkat produktivitas pertanian. Apatah lagi pasca panen agar hasil panen tetap terjaga kualitasnya dan dapat didistribusikan secara efektif.
Selain itu, negara perlu mempersiapkan berbagai kemungkinan jika terjadi bencana atau kemarau panjang sehingga kebutuhan pangan di dalam negeri tetap aman. Masyarakat individu per individu tetap dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari karena proses distribusi yang tepat dan cepat oleh negara.
Untuk dapat melakukan itu, tentu diperlukan dana yang tidak sedikit. Namun, negara dapat memperolehnya dari sumber pemasukan hasil pengelolaan SDA yang melimpah. Penanganan secara tuntas ini hanya bisa dilakukan dalam negara yang menerapkan sistem Islam. Yakni Khilafah Islam. Khilafah tegak di atas pondasi akidah Islam yang akan mengurus rakyatnya secara serius. Berusaha memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Alhasil rakyat dapat memperolehnya dengan mudah dan harga yang murah. Kelaparan dan kekurangan gizi pun dapat teratasi. Ini amat jauh berbeda dalam sistem kapitalisme yang berorientasi pada materi. Pangan dan kekayaan negara tak bisa dinikmati oleh rakyat.
Dengan demikian, amat urgen bagi kita untuk mewujudkan kembali kehidupan Islam di tengah umat. Dengannya akan tercipta negara yang makmur, mandiri dan diberkahi Allah Swt. Insyaa Allah.[]
Photo : Pinterest