“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. [QS. Ali Imran:110]
Oleh: Tita Rahayu Sulaeman
NarasiPost.com - Memiliki anak saleh adalah harapan bagi setiap orang tua. Setiap orang tua berharap anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang bertakwa sebagai individu, juga mampu berkontribusi pada umat. Anak diharapkan berbakti pada orang tuanya dengan tutur kata dan perilakunya yang baik. Hingga jika orang tua telah tiada, anak akan selalu mengirimkan doa pada orang tuanya.
Beragam upaya akan ditempuh orang tua, agar anak-anaknya tumbuh menjadi manusia yang bertakwa. Ibu sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, harus memiliki kesadaran bahwa kewajibannyalah untuk menanamkan akidah sejak dini pada anak-anaknya. Menumbuhkan kecintaan terhadap Allah Swt sebagai Rabb-nya. Juga mengenalkannya pada teladan utamanya, yaitu Rasulullah Saw. Orang tua jugalah yang berkewajiban mengenalkan anak-anaknya terhadap syariat Islam. Hingga saat mencapai usia baligh, imannya yang kokoh akan membawanya tunduk terhadap setiap syariat Allah Swt.
Selanjutnya Orang tua akan memilihkan sekolah dengan lingkungan terbaiknya bagi anak-anaknya. Harapannya, anak-anak bisa dididik dengan ilmu agama yang lebih baik melalui para guru di sekolah. Menginjak usia baligh, sekolah di pondok pesantren mungkin akan menjadi pilihan. Meski berat harus berpisah dengan buah hati tercinta, orang tua akan rela. Mengingat kebutuhan akan ilmu agama yang dirasa lebih utama dan mampu menyelamatkan kehidupan dewasa anaknya kelak.
Namun wahai ibu,
Upaya untuk memiliki anak yang bertakwa tidak boleh berhenti di sana. Ibu yang mampu memberikan pendidikan terbaiknya di rumah, serta sekolah yang memberikan pendidikan terbaiknya tidaklah cukup untuk bisa membentuk anak menjadi manusia dengan ketakwaan yang hakiki. Sebaik apapun ibu mendidik anaknya di rumah dan sebaik apapun anak mampu mengikuti pendidikan di sekolah, pada akhirnya ia akan berbaur dengan masyarakat. Tak bisa dipungkiri, masyarakat yang kita ketahui kini telah jauh dari Islam sebagai agamanya. Anak akan melihat dengan mata kepalanya sendiri, begitu banyak maksiat di sekitarnya. Batinnya juga mungkin akan bertanya-tanya, mengapa banyak orang tidak taat terhadap Allah Swt? Sesuai dengan yang selama ia pahami bahwa semestinya sebagai seorang hamba adalah patuh dan tunduk kepada Allah Penciptanya.
Wahai ibu,
Anak yang tumbuh menjadi manusia yang bertakwa lahir tidak hanya dari pendidikan yang baik di rumah dan di sekolah. Kondisi masyarakat sangatlah mempengaruhi ketakwaan seseorang. Masyarakat yang taat pada syariat dan menghidupkan amal makruf nahi mungkar-lah yang mampu menjaga ketakwaan individu yang telah terbentuk dari rumah. Masyarakat ini yang tidak ada dalam kehidupan kita sekarang. Karena hari ini masyarakat yang mayoritas beragama Muslimpun cenderung individualis. Perintah nasihat menasihati dalam kebenaran, terkalahkan oleh batas privasi yang dibuat kebanyakan masyarakat saat ini.
Wahai ibu,
Bukankah kita telah menyaksikan sendiri bagaimana rusaknya generasi muda saat ini? Tontonan tidak bermanfaat telah banyak mempengaruhi perilaku anak-anak. Sosial media maupun game telah menjadi candu. Pergaulan bebas, kasus aborsi hingga obat-obatan terlarang telah merusak masa muda yang seharusnya diisi dengan memperjuangkan agama Allah sebagaimana para pemuda ketika zaman Rasulullah Saw.
Di sinilah kita memerlukan peran negara. Negara berperan sebagai penjaga akidah dan ketakwaan umatnya. Negara memiliki otoritas yang bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dari bahaya kerusakan akidah maupun akhlak. Dengan kekuasaannya, negara mampu membentuk masyarakat yang saleh dengan menegakan syariat. Juga dengan menyelenggarakan pendidikan yang membawa setiap peserta didik untuk menjadi manusia yang bertakwa. Namun sayangnya otoritas ini tidak digunakan sebagaimana mestinya. Negara saat ini menjalankan roda pemerintahan maupun pengurusan rakyatnya bukan berlandaskan akidah Islam.
Maka wahai ibu,
Ketiadaan peran masyarakat dan negara dalam menjaga ketakwaan anak-anak kita semestinya membawa kita pada kesadaran akan kewajiban dakwah. Kewajiban yang telah Allah sampaikan dalam Alquran bagi seluruh umat Islam.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. [QS. Ali Imran:110]
Para ibu yang dengan lisannya mengenalkan anak-anak pada Allah sebagai pencipta-Nya, dengan lisan yang lembut itu pula-lah ia gunakan untuk mengikis sifat individualis dan apatis umat Islam saat ini. Para Ibu yang dengan sabar mengurusi buah hatinya siang dan malam, dengan kesabaran itulah ia diharapkan mampu mengajak umat Islam untuk kembali mengenal dan menjadikan Islam sebagai pedoman hidupnya. Kewajiban dakwah tidak gugur kepada para ibu yang juga memiliki kewajiban mendidik anak-anaknya.
Wahai Ibu, Jalan dakwah menantimu. Bergegaslah dalam menuntut ilmu untuk bekal diri, mendidik anak dan menunaikan kewajiban dakwah. Tidak hanya untuk menggugurkan kewajiban sebagai hamba Allah. Melainkan juga kebutuhan kita, sebagai seorang Ibu yang memimpikan anak-anak seleh dan salehah.
Picture Source by Google