Geng ART Tawuran, Muruah Wanita Hilang?

Geng ART Tawuran, Muruah Wanita Hilang

Munculnya geng ART dan terjadinya tawuran di antara mereka merupakan buah penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini membuat umat Islam mengadopsi paham liberal sehingga menjauhkan mereka dari agama.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebuah pengadilan di Singapura menjatuhkan hukuman denda kepada seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tergabung dalam geng asisten rumah tangga (ART). ART berinisial M tersebut dijatuhi hukuman karena telah membuat keributan pada 19 Mei 2024 di dekat Stasiun MRT Paya Lebar. ART berusia 35 tahun itu didenda sebesar S$1.000 dolar atau sekitar Rp11 juta. (cnnindonesia.com, 17-09-2024)

Sebelumnya, pengadilan yang sama telah memberi hukuman denda kepada ART berinisial S, teman M. S juga didenda Rp11 juta atas kasus yang sama. Selain itu, Kementerian Ketenagakerjaan akan mencabut izin kerja S di Singapura. M dan S merupakan teman satu geng ART yang melakukan tawuran dengan geng ART lain yang beranggotakan Sl (44 tahun), SR (47 tahun), dan NWR (34 tahun).

Penyebab Tawuran Geng ART

Keributan yang terjadi bermula dari unggahan S di media sosial. Unggahan berupa beberapa video itu berisi hinaan terhadap Sl. Sl yang tersinggung pun memberitahu teman-temannya. Mendengar cerita Sl, SR kemudian mengusulkan untuk melabrak S.

Sl beserta gengnya kemudian mendatangi S yang tertidur setelah minum alkohol dalam sebuah pesta. Saat itu, Sl membangunkan S dengan cara menendang tangannya. Mereka pun terlibat pertengkaran dan berujung perkelahian sehingga menarik perhatian warga. Seorang warga kemudian menghubungi polisi sehingga mereka diamankan.

Membuat keributan termasuk tindak kriminal di Singapura. Pelakunya dapat dikenai hukuman penjara selama satu tahun atau denda hingga S$5 ribu (sekitar Rp59 juta). Namun, Pemerintah Singapura menyediakan bantuan hukum melalui Criminal Legal Aid Scheme (CLAS) bagi pelaku yang pantas dan memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan hukum.

Dalam kasus tawuran ini, M harus membayar penuh dendanya karena tidak mendapatkan bantuan hukum CLAS. Sementara itu, NWR akan menjalani persidangan pada Oktober dan tidak mendapatkan bantuan hukum. Adapun Sl dan SR masih menunggu keputusan apakah mereka akan mendapatkan bantuan hukum atau tidak.

Karena Liberalisme

Anggota DPR RI Komisi IX Rahmad Handoyo menyayangkan terjadinya peristiwa tersebut. Ia berharap para pekerja migran Indonesia (PMI) menjaga nama baik negara. Oleh karena itu, ia mendorong pemerintah untuk segera membentuk forum yang membimbing dan mengedukasi para PMI dalam mengelola konflik dan stres. Dengan demikian, mereka dapat menghadapi berbagai tekanan pekerjaan maupun lingkungan sosial sehingga mampu menyelesaikan masalah dengan baik dan efektif. (viva.co.id, 19-09-2024)

Adanya geng ART serta terjadinya tawuran di antara mereka tidak bisa dilepaskan dari sistem hidup yang diterapkan saat ini. Liberalisme yang diterapkan di berbagai negara saat ini membuat manusia tidak lagi menjadikan agama sebagai standar hidup mereka. Liberalisme membuat mereka bebas berbuat sesuai keinginan mereka. Mereka bebas dalam memenuhi kebutuhan, termasuk kebutuhan naluri mempertahankan diri.

Itulah sebabnya, banyak perempuan yang tingkahnya tidak sesuai dengan kodrat mereka. Perempuan yang fitrahnya lemah lembut, justru berperilaku kasar, bahkan barbar. Mereka tidak segan-segan berkelahi atau melakukan tawuran hanya karena persoalan sepele.

Mereka seolah lupa bahwa mereka bukan lagi remaja belasan tahun yang masih labil emosinya dan sedang mencari jati diri. Lebih dari itu, mereka juga lupa dengan posisi sebagai muslimah yang harus menyandarkan setiap perbuatan dengan hukum syarak. Akibatnya, mereka melakukan hal-hal yang tidak semestinya.

Jika diperhatikan lebih saksama, akar persoalan terjadinya tawuran antargeng ART tersebut adalah diterapkannya kapitalisme. Kapitalisme yang mengagungkan kebebasan dalam berbagai aspek kehidupan telah menancap dalam pemikiran umat saat ini karena telah dipaksakan penerapannya di negeri-negeri Islam melalui penjajahan.

Sedikit demi sedikit, kaum muslim pun menerima kapitalisme. Mereka dengan sukarela menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mereka pun terbawa arus liberalisasi hingga tidak memiliki jati diri.

Geng ART, Bentuk Aktualisasi Diri

Setiap manusia lahir dilengkapi dengan fitrah penciptaannya. Salah satunya adalah naluri untuk mempertahankan diri atau garizah baqa’. Sebagaimana naluri lainnya, garizah baqa’  ini akan muncul ketika ada faktor luar yang memicunya.

Naluri ini akan muncul ketika seseorang merasa terancam keakuannya. Misalnya, saat seseorang dihina, ia akan marah. Rasa marah ini merupakan manifestasi dari garizah baqa’.

Manifestasi lain dari garizah baqa’ adalah mengaktualisasikan diri, yakni menunjukkan eksistensi dirinya. Hal ini bisa dilakukan dengan menunjukkan prestasi atau kemampuan yang dimiliki. Namun, ada pula yang menindas pihak lain untuk menunjukkan kekuasaan dirinya terhadap pihak yang ditindas.

Kasus tawuran antargeng ART ini juga merupakan manifestasi dari garizah baqa’. Bergabung dengan sebuah geng dilakukan untuk menunjukkan eksistensi diri para ART. Pada saat yang sama, mereka dapat mempertahankan eksistensi diri ketika diusik oleh pihak lain.

Sosok Muslimah Sejati

Islam adalah agama yang memuliakan perempuan. Dalam Islam, kemuliaan seorang wanita bukan terletak pada kecantikan, kekuasaan, harta, atau nasabnya. Namun, kemuliaannya terletak pada ketakwaannya.

Seorang wanita yang bertakwa akan senantiasa melakukan perbuatan sesuai dengan syariat Allah Swt. Hal ini akan membentuknya menjadi wanita salihah. Rasulullah saw. pun menyebut wanita salihah sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Hal ini beliau sampaikan dalam HR. Muslim.

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا المَرْأةُ الصَّالِحَةُ

Artinya: “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah.”

Wanita salihah akan bergaul dengan orang-orang yang baik. Ia juga akan berkata baik dan tidak bertindak kasar. Ia akan menjaga hubungan baik dengan orang lain dan tidak menyakiti hatinya. Ia tidak akan menghina atau mengumbar keburukan saudaranya. Semua itu ia lakukan karena ia memahami agama dan menerapkannya dalam kehidupan.

Namun, sosok wanita salihah seperti ini hanya akan terbentuk dalam sistem Khilafah yang menerapkan aturan Islam kaffah. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi Islam yang akan memenuhi semua kebutuhan dasar manusia. Negara akan membantu menyediakan lapangan pekerjaan bagi para laki-laki dewasa karena mereka diwajibkan mencari nafkah. Sementara itu, para wanita tidak perlu bekerja, apalagi bekerja di luar negeri.

Baca: Tawuran Jadi Konten demi Cuan

Negara juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam sehingga para wanita akan dididik dengan tsaqafah Islam. Dengan demikian, mereka akan memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami. Hal ini akan membuat mereka senantiasa menjalankan aturan Allah Swt.

Mereka akan senantiasa memenuhi kebutuhan sesuai dengan syariat-Nya, termasuk dalam memenuhi garizah baqa’. Mereka akan mewujudkan eksistensi diri dengan melakukan kebaikan. Demikian pula, mereka akan mengontrol emosi mereka sesuai dengan aturan-Nya.

Dengan demikian, tidak akan muncul geng-geng yang membuat rusuh. Sebaliknya, akan terbentuk sosok-sosok berprestasi yang pantas untuk diteladani, seperti Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Haram binti Milhan, dan sebagainya. Mereka adalah sosok-sosok yang membuat harum nama Islam.

Khatimah

Tawuran antargeng ART yang terjadi di Singapura sejatinya merupakan buah penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini membuat umat Islam ikut-ikutan mengadopsi paham liberal sehingga menjauhkan mereka dari agama. Oleh karena itu, semestinya umat Islam kembali menerapkan Islam kaffah agar mereka menjadi manusia yang mulia.

Wallahua’lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Varian XEC, Peringatan bagi Manusia
Next
"Kiamat" Bakteri dan Problem Kesehatan Global
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
1 month ago

Tawuran geng ART.. sungguh kasihan nasib perempuan di dunia sekularisme kapitalisme yg kejam ini. Kehormatannya tak terjaga. Harus bertahan hidup dengan caranya sendiri yg akibatnya justru makin kehilangan kehormatan.

novianti
novianti
1 month ago

Mestinya negara ini sudah malu sejak banyaknya perempuan yang harus bekerja ke LN untuk mengais rezeki. Mereka sebetulnya juga berat karena meninggalkan keluarga. tetapi pilihan di negeri sendiri tidak banyak dan tidak ada solusi.

Siti Komariah
Siti Komariah
1 month ago

Kok ada-ada saja ini Geng ART. Mereka ternyata tidak hanya cari cuan tapi cari lawan. Ya Allah, fitrah perempuan makin rusak akibat penerapan kapitalisme.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Siti Komariah
1 month ago

Betul, Mbak. Gara-gara kebebasan di segala aspek, jadi kebablasan.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram