"Salah satu naskah opini terbaik kedua Challengw ke-2 NarasiPost.com dengan tema “ Valentine dalam Perspektif Islam”
Oleh. Erni Misran
NarasiPost.Com-Pandemi Covid-19 belum lagi usai. Virus corona masih tetap mengintai. Jumlah kasus dan angka kematian akibat virus tersebut masih terus meningkat. Pembatasan kegiatan masyarakat pun masih diawasi secara ketat.
Namun sesungguhnya ada pula virus lain yakni Virus-V yang tak kalah berbahaya, terutama bagi umat Islam. Virus-V ini menyerang para pemuda Islam dengan tingkat penyebaran yang meluas di seluruh dunia, bahkan di negara Islam seperti Arab Saudi dan Suriah. Bagi yang telah terjangkiti virus ini, dapat pula menularkannya kepada keluarga, teman, dan lingkungannya.
Memasuki bulan Februari, berita-berita terkait Valentine's Day atau V-Day kembali menggema, meningkatkan kembali gejala Virus-V tersebut. Masa pandemi ternyata tak menghalangi masyarakat untuk merayakan hari yang dianggap sebagai hari kasih sayang ini. Bahkan banyak artikel di jagad maya yang justru menawarkan inspirasi hadiah dan acara untuk menyambutnya.
Duka di Balik Perayaan V-Day
Say No to V-Day, itulah sepatutnya sikap kita terhadap hari yang dirayakan pada setiap tanggal 14 Februari ini. Berbagai versi terkait sejarah V-Day menunjukkan bahwa itu bukanlah bersumber dari ajaran Islam. Bahkan V-Day merupakan ritual para penganut paganisme dan upacara keagamaan kaum Nasrani (remajaislam.com, 23/05/2015).
Sangat disayangkan jika kaum muslimin ikut-ikutan meneruskan tradisi yang jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Tulisan lawas Ustaz M. Abduh Tuasikal (rumaysho.com, 04/02/2010) setidaknya telah memberi peringatan dini kepada kita terkait 6 kerusakan yang dapat ditimbulkan jika kita ikut serta merayakan V-Day. Tak tanggung-tanggung, hal tersebut dapat menjerumuskan kita kepada kemusyrikan! MUI pun telah mengeluarkan fatwa No 3 Tahun 2017 tentang haramnya merayakan V-Day bagi umat Islam (republika.co.id, 14/02/2020)
Tak hanya tasyabbuh atau meniru-niru kebiasaan kaum kafir, perayaan V-Day zaman now identik dengan acara hura-hura yang menghamburkan uang untuk membeli hadiah, makan-makan, dan pesta yang mengatasnamakan kasih sayang kepada pasangan yang belum menikah. Bahkan catatan kelam di tahun-tahun sebelumnya menunjukkan maraknya praktik zina seiring dengan berita meningkatnya penjualan kondom, obat kuat, dan tisue magic menjelang tanggal 14 Februari. Bahkan pernah pula tersiar berita adanya toko yang menjual cokelat valentine berhadiah kondom (suaraislam.id, 13/02/2020; pijarnews.com, 14/02/2020).
Na’udzubillah! Sungguh hal tersebut merupakan upaya terselubung untuk merusak moral dan etika generasi muda. Kini, di masa pandemi, banyak media menyuguhkan ide dan inspirasi untuk merayakannya di rumah bersama pasangan. Artikel-artikel tersebut justru membuka peluang lebih besar bagi praktik seks bebas yang justru lebih membahayakan.
Perlukah V-Day yang Islami?
Sadar akan akibat buruk dari Virus-V ini, kemudian muncullah upaya segelintir orang untuk menadinginya dengan membuat perayaan V-Day yang islami. Ada yang beranggapan bahwa tidaklah masalah jika hanya memberikan hadiah atau kado pada hari tersebut. Ada pula usulan untuk melakukan kegiatan seperti bedah buku/film, atau kajian cinta islami pada hari tersebut. Perlukah hal itu dilakukan?
Saling memberi hadiah sesungguhnya telah diserukan oleh Rasulullah: "Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai" (H.R. Al-Bukhari).
Namun waktu pemberiannya tentu saja tak perlu dikhususkan pada suatu hari tertentu, apalagi pada tanggal 14 Februari. Hadiah yang diberikan pun tak mesti bunga ataupun coklat. Setiap hari hendaknya merupakan hari kasih sayang, namun bukan ditujukan khusus kepada pasangan yang belum menikah. Selain itu, kita pun sesunggunya mempunyai hari-hari perayaan sendiri yang perlu disemarakkan syiarnya.
Demikian pula dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan positif seperti yang diusulkan di atas, tak mesti diagendakan pada saat V-Day. Walaupun acara yang dilakukan adalah berupa tabligh akbar atau yang sejenisnya dengan maksud untuk menandingi perayaan V-Day yang tak islami. Hal itu pun harus dihindari karena sama saja dengan menyemarakkan perayaan yang diharamkan tersebut.
Mengapa V-Day Dipertahankan
Sistem sekulerisme yang berkembang saat ini telah memisahkan agama dari kehidupan kita. Upaya untuk menjauhkan Al-Quran dan As-sunnah terus digencarkan oleh musuh Islam. Hal inilah yang menyebabkan ritual V-Day tetap diperingati. Kaum kapitalis pun tentu mendukung perayaan ini karena merupakan momen yang baik untuk meraup keuntungan. Pemasukan yang besar dari souvenir berupa bunga dan coklat, paket kebutuhan seks, tempat hiburan, restoran, hotel, dan lainnya. Mereka senantiasa merayu konsumen agar semakin banyak yang tergoda untuk menghamburkan uang untuk kebahagiaan sesaat.
Peran Pemuda Islam
Pemuda zaman now hendaknya termotivasi untuk berkarya dengan bercermin diri dari para pemuda beprestasi di kalangan sahabat Rasulullah. Sejarah mencatat sejumlah pemuda berusia 13 hingga 18 tahun yang ikut berjuang bersama junjungan kita ini. Juga pemuda lainnya yang berhasil menorehkan kejayaan Islam setelah Rasul wafat (islampos.com, 2018 dan 2020).
Al-Arqam bin Abu Al-Arqam adalah pemuda berusia 16 tahun yang rela menyediakan rumahnya saat Rasul menyampaikan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Talhah bin Ubaidallah (16 tahun) dan Sad bin Abi Waqqas (17 tahun) termasuk dalam barisan pemuda yang pertama mengucap syahadat. Keduanya dengan gagah berani melindungi Rasul di kala perang menghadapi pasukan kafir. Zubair bin Awwam (15 tahun) dikenal sebagai muslim pertama yang menghunus pedangnya untuk membela Islam. Usamah bin Zaid ditunjuk oleh Rasullah sebagai panglima perang di usia 18 tahun. Ia menjadi pemimpin pasukan terakhir yang menghadapi tentara Romawi yang merupakan salah satu pasukan terkuat di masa itu. Zaid ibn Tsabit (13 tahun) merupakan penerjemah Nabi yang berhasil menguasai Bahasa Syria dan Ibrani hanya dalam 17 hari. Muadh bin Amr bin Jamuh (13 tahun) dan Mu`awwadh bin Afraa ‘(14 tahun) merupakan tim tangguh yang berhasil membunuh Abu Jahal di perang Badar.
Muhammad bin Qasim Al-Thaqafi adalah pemimpin militer terkemuka di masa Umayyah. Di masa kepemimpinannya, di usia 17 tahun, Islam berkembang di sepanjang Sungai Indus, Pakistan. Abdurrahman An Nashir (21 tahun) berhasil memimpin Andalusia untuk meraih puncak keemasan termasuk di bidang sains. Sejarah fenomenal ditorehkan oleh Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel di usia 22 tahun.
Masa muda hendaknya dilalui dengan catatan prestasi yang membanggakan. Itulah masa ideal untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya. Di masa pandemi ini, banyak kuliah/kursus yang diselenggarakan melalui berbagai platform sehingga bisa memangkas biaya dan waktu. Beragam majelis ilmu yang ditawarkan, seperti kelas desain, edit video, kepenulisan (puisi, artikel fiksi dan non-fiksi), coding, membuat sabun, Bahasa Arab, ekonomi syariah, dan sebagainya. Inilah bekal ilmu yang sangat diperlukan pada masa ini.
Vaksin Penangkal Virus-V
Mengingat pola penyebaran Virus-V yang berpotensi menjangkiti masyarakat luas, terutama pemuda Islam, serta bahayanya yang sedemikian parah, maka tindakan pencegahan harus segera dilakukan. Vaksinasi harus dilakukan secara masif dan berkelanjutan; bahkan memerlukan booster juga. Pencegahan dengan metode 3 Wajib (Iman, Aman, dan Imun) dengan protokol 5M dapat pula diterapkan untuk Virus-V ini.
Peran orang tua sangat besar dalam menjalankan kewajiban pertama yaitu menanamkan keimanan sedari kecil kepada anak, sehingga mau dan mampu melayari kehidupan sesuai dengan perintah Allah. Anak tidak mudah untuk melakukan hal tasyabbuh yang dapat menggadaikan iman mereka. Doa orang tua yang tak putus juga merupakan wasilah bagi anak agar terhindar dari perbuatan hura-hura dan seks bebas.
Wajib yang kedua adalah meningkatkan keamanan dengan menerapkan protokol kesalehan 5M, yakni (1) menutup aurat dengan sempurna dan tidak tabarruj, (2) menjaga jarak dengan lawan jenis dan menjaga pandangan, (3) membasuh tangan dengan air wuduh dan menggunakan jari dan ruas jari untuk berdzikir, (4) menjauhi kerumunan yang bersifat hura-hura, dan (5) membatasi mobilitas dan interaksi dengan lawan jenis. Adab pergaulan dengan lawan jenis harus benar-benar dipatuhi. Tantangannya menjadi semakin besar saat ini seiring dengan maraknya perkembangan media sosial akhir-akhir ini.
Terakhir, wajib untuk meningkatkan imunitas para pemuda Islam. Upaya yang dapat dilakukan adalah senantiasa berpikir positif dan husnudzon akan ketentuan Allah. Jangan lupa untuk mengonsumsi nutrisi hati dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis ilmu untuk mendapatkan siraman rohani, menjaga amalan rutin, dan bergaul dengan teman-teman yang baik dan salih.
Insya Allah, kita semua dapat terhindar dari Virus-V yang berbahaya ini. Kita pun tidak pula menularkan virus ini kepada orang lain. Sumbangsih pemuda sangat diharapkan untuk memimpin kejayaan Islam.[]
Photo : Pinterest