Kaum Intelektual dan Perannya dalam Peradaban

Kaum intelektual

Kaum intelektual akan menemukan jalan baru saat mereka bersentuhan dengan Islam. Generasi unggul berjiwa pemimpin, terdepan dalam sains dan teknologi, serta memiliki pola pikir dan pola sikap Islam.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kaum intelektual memiliki peranan yang besar dalam sebuah peradaban. Keberadaannya berkaitan erat dengan masa depan bangsa. Bangsa yang besar adalah bangsa yang sadar dan paham betul akan pentingnya memiliki generasi yang berjiwa pemimpin, unggul dalam sains dan teknologi, serta memiliki kepribadian yang khas.

Ilmuwan dan para peneliti adalah aset intelektual bagi suatu bangsa. Suatu bangsa haruslah memberikan apresiasi pada kaum intelektual, membiayai penelitian dan riset mereka, menjaga hak-hak mereka, serta mendorong masyarakat yang lain agar termotivasi menjadi ilmuwan atau peneliti.

Sayangnya, tidak semua bangsa mau menghargai dan mengapresiasi para intelektual. Sehingga para intelektual di negara tersebut banyak yang memilih memberikan sumbangsih ilmunya di negara lain karena merasa jerih payahnya lebih dihargai.

Indonesia termasuk salah satu negara yang harus banyak belajar mengapresiasi para ilmuwan dan peneliti. Pasalnya, selama ini banyak intelektual asal Indonesia yang lebih memilih berkarya di luar negeri karena sulitnya jalan untuk berkembang di negeri ini.

Berbagai langkah pun mulai ditempuh pemerintah untuk melakukan akselerasi kualitas perguruan tinggi (sebagai pabrik penghasil kaum intelektual) dengan melakukan kolaborasi riset internasional. Salah satunya adalah dengan program PHC (Partenariat Hubert Curien).

Mengenal Program PHC

Program PHC merupakan langkah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk memperkuat kolaborasi riset dan meningkatkan jaringan akademik perguruan tinggi dengan dunia Internasional, terutama Prancis. PHC Nusantara merupakan wujud nyata yang memungkinkan intelektual khususnya para peneliti Indonesia bekerja sama dengan peneliti Prancis pada bidang-bidang yang menjadi prioritas. (nasional.tempo.co, 29-6-2024)

Program ini juga bertujuan untuk membiayai mobillitas peneliti dalam mengembangkan pertukaran pengetahuan dan teknologi unggul di pusat-pusat penelitian kedua negara. Para peneliti pun diklaim akan mendapat manfaat dari kegiatan berbagi pengetahuan dan mendapat pengalaman saat melakukan penelitian bersama (joint research).

Masih melansir dari nasional.tempo.co, tahun ini adalah pertama kalinya dosen vokasi dari Politeknik Negeri Balikpapan bernama Hadi Hemansyah terlibat program PHC ini. Topik penelitiannya meliputi permodelan sirkulasi arus laut menggunakan metode 3D Mohid di Teluk Balikpapan. Riset Hadi kali ini juga terkait dengan isu perubahan iklim besar-besaran yang terjadi di berbagai belahan dunia di mana perubahan iklim ini sangat dipengaruhi komposisi air laut.

PHC dan Apresiasi Intelektual

Negara-negara maju memang dikenal dengan negara yang selalu memberikan apresiasi yang baik kepada para ilmuwan dan peneliti yang telah memberikan kontribusi positif untuk pembangunan negara. Apresiasi yang diberikan berupa bayaran yang tinggi kepada para intelektual yang berhasil mengembangkan atau menghasilkan suatu penelitian, support dari negara untuk melakukan riset, dan jaminan kelayakan hidup bagi mereka yang telah memberikan sumbangsih ilmu kepada negara. Intinya para peneliti dan intelektual merasa puas dengan apresiasi dari negara.

https://narasipost.com/opini/01/2022/bagaimana-nasib-riset-dan-para-peneliti-di-negeri-ini/

Fenomena ini ternyata mendorong terjadinya brain drain, intelektual yang merasa kiprahnya kurang diapresiasi di negaranya pun memilih untuk beranjak dan bertolak ke negara yang dianggap lebih “welcome” dengan mereka, akibatnya negara asal kehilangan banyak sumber daya manusia yang berkualitas.

Di Indonesia sendiri, tak dimungkiri bahwa keberadaan kaum intelektual masih jauh dari apresiasi. Kaum intelektual masih menemui jalan terjal dan berliku untuk melakukan riset. Setelah riset selesai, jarang sekali apresiasi didapatkan.

Apakah program PHC ini akan mampu meningkatkan apresiasi negeri ini kepada para kaum intelektual?

Komparasi Intelektual Barat dengan Intelektual Khilafah

Meski saat ini Barat telah memukau dunia atas keberadaan dan apresiasinya terhadap kaum intelektual, hal ini lantas tak menjadikan kita memiliki pandangan agar Indonesia atau negara-negara lain meniru Barat. Pasalnya, apa yang ada pada diri masyarakat Barat hari ini, semuanya tetap dibangun di atas dasar kapitalisme sekuler.

Barat memang tampak kokoh dengan keberadaan kaum intelektual dan raksasa perguruan tinggi yang menjadi mercusuar pendidikan dunia, namun itu semua tidaklah bersifat hakiki.

Jauh sebelum kegemerlapan Barat saat ini, Daulah Khilafah telah lebih dahulu mencontohkan bagaimana profil intelektual bentukan Islam dan bagaimana Khilafah menghargai dan men-support keberadaan mereka.

Jika Barat tak segan-segan menggelontorkan banyak dana untuk keberlangsungan riset dan teknologi, maka Islam telah lebih dahulu mencontohkan hal tersebut.

Mari sejenak kita komparasi intelektual bentukan Islam vs. Barat kapitalisme:

  1. Dari segi visi misi, kapitalisme berasaskan sekularisme, kemajuan ilmunya tidak sejalan atau timpang dengan agama yang dianut, sering kita temukan dalam kondisi hari ini seorang profesor dan di saat bersamaan bisa jadi ia juga merupakan seorang homoseks, alkoholik, dan meremehkan gereja. Sedangkan Islam dibangun berasaskan iman dan takwa kepada Allah, kemajuan ilmu pengetahuan akan sejalan dengan agama Islam, sehingga seluruh ilmu pengetahuan dibangun untuk memajukan peradaban Islam, bukan yang lain, maka akan kita temukan banyak sosok ilmuwan yang juga merupakan seorang ulama.
  2. Dari segi peran negara. Kapitalisme berlepas tangan terhadap pendidikan dan menyerahkannya ke pasar atas nama kemandirian atau otonomi dan menerima modal dari asing, tak mengherankan dalam sistem kapitalisme sering kita temukan kerja sama riset antara perguruan tinggi dengan negara asing. Sedangkan dalam Islam, Khilafah bertanggung jawab penuh terhadap arah riset, membiayai riset secara mandiri dan tak melibatkan asing.
  3. Segi kontribusi terhadap pemecah permasalahan umat. Riset yang dilakukan oleh kapitalisme tidak berkorelasi pada problem bangsa, melainkan hanya untuk melayani kebutuhan dunia usaha, kepentingan para pemilik modal, bahkan kepentingan asing. Sedangkan riset di dalam Islam berkontribusi penuh menghasilkan kemaslahatan umat dan untuk kepentingan umat.
  4. Dari segi pendidikan. Kapitalisme menjadikan pendidikan sebagai komoditas yang dibanderol harga, sehingga ketika lulus dari perguruan tinggi, mindset yang terbentuk adalah mencari keuntungan demi mengembalikan modal selama menempuh pendidikan. Sedangkan Islam menjadikan pendidikan untuk melahirkan generasi yang memiliki kepribadian Islam, memberikan pendidikan secara cuma-cuma kepada seluruh rakyat. Setelah lulus pun, para intelektual diberikan reward yang sangat layak, seperti Khilafah pernah memberikan reward berupa emas seberat buku bagi para intelektual yang berhasil menghasilkan buku.
  5. Dari segi penelitian dan pengembangan. Kapitalisme memberdayakan perguruan tinggi untuk dijadikan mega proyek penelitian yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan para kapital dan industri raksasa korporasi. Sedangkan Islam berkomitmen untuk mengembangkan riset-riset untuk membangun industri berbasis kepentingan jihad dan kemaslahatan umat. Pembiayaan terhadap penelitian dan riset adalah murni dari kemandirian Khilafah.

Adapun terkait dengan kerja sama dengan pihak Darul Kufur dalam hal penelitian, Khilafah akan menolak segala bentuk kerja sama dengan Darul Kufur yang berstatus harbi fi’lan (Darul Kufur yang memerangi kaum muslim secara nyata). Sedangkan untuk Darul Kufur yang bersifat mu’ahid (terikat perjanjian dengan Khilafah), maka khalifah akan meninjau ulang apakah penelitian tersebut memang harus dilakukan bersama mereka atau tidak, jika harus dilakukan bersama mereka, maka Khilafah akan menetapkan poin-poin penting untuk melindungi kemaslahatan kaum muslim.

Dari poin-poin di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa profil intelektual yang sempurna dan apresiasi terbaik dari negara adalah saat Islam diterapkan di muka bumi ini.

Jalan Baru Kaum Intelektual

Kaum intelektual akan menemukan jalan baru saat mereka bersentuhan dengan Islam. Generasi unggul yang berjiwa pemimpin, terdepan dalam sains dan teknologi, serta memiliki kepribadian yang khas yakni pola pikir dan pola sikap Islam.

Kaum intelektual dengan profil demikianlah yang siap untuk menjadi generasi penerus bangsa. Yang jika mereka menjadi pemimpin, mereka tidak akan mau tunduk atau berkompromi kepada asing demi kepuasan materi belaka. Lebih dari itu, mereka akan menjadi kaum terdepan dalam melindungi negerinya dari cengkeraman penjajahan asing.

Allah berfirman dalam surah An-Nisa’ ayat 141:

وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا

Artinya: “Allah tidak akan memberi jalan bagi orang kafir untuk mengalahkan orang beriman.”

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Permanent Peoples’ Tribunal, Apa Dampaknya bagi Rakyat Papua?
Next
Swasembada Pangan Terwujud dalam Sistem Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Arum indah
Arum indah
3 months ago

Jazakillah khoir tim NarasiPost

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram