Upaya manusia dalam mendeteksi bencana harus dimaksimalkan agar mencegah musibah yang datang lebih besar dan tidak menimbulkan korban jiwa.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Musibah atau bencana adalah suatu peristiwa yang tidak mudah diprediksi, bahkan ada musibah yang sepenuhnya berasal dari kehendak Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta yang bisa kapan saja terjadinya. Pada musibah yang di luar kendali manusia, sikap kita hanya sebatas bersabar dan menyerahkan nilai baik dan buruknya pada penilaian Allah Swt.
Namun, pada musibah yang disebabkan karena masih adanya faktor kelalaian manusia, seperti banjir atau tanah longsor. Musibah tersebut karena kerusakan lingkungan yang disebabkan penggundulan hutan atas keserakahan manusia dalam mengekploitasi sumber kekayaan alam. Peristiwa tersebut walaupun atas kehendak Allah Swt., namun sifatnya bisa jadi sebagai teguran karena adanya kemaksiatan yang dilakukan manusia, sebagaimana makna Al-Qur'an surah Ar-Rum: 41,
“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut dikarenakan perbuatan tangan manusia, Allah Swt. berkehendak atas akibatnya dikarenakan perbuatan mereka, supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Berbeda halnya dengan bencana atau musibah berupa gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami yang sepenuhnya berada dalam kehendak atau otoritas kekuasaan Allah Swt. sebagai Pengatur alam semesta. Tentunya, musibah yang seperti ini upaya manusia hanya sebatas mitigasi bencana atau mendeteksinya secara dini.
Seperti halnya untuk mendeteksi terjadinya tsunami, baru-baru ini Direktur Pacific Tsunami Museum, Cindi Preller menyampaikan temuannya perihal deteksi dini tsunami dengan cara menghitung waktu setelah gempa terjadi selama 20 detik. Menurutnya, dalam hitungan lebih dari 20 detik hampir dipastikan gempa tersebut berada pada tujuh skala Ritcher yang berpotensi tsunami, jika pusat gempanya berada di bawah permukaan laut. (CNNIndonesia.com, 15-6-2024)
Sebagaimana diketahui bahwa tsunami adalah gelombang laut besar yang disebabkan oleh peristiwa geologi seperti gempa bumi bawah laut, letusan gunung berapi, atau tanah longsor bawah laut. Gelombang ini dapat menimbulkan kerusakan yang sangat besar, menghancurkan infrastruktur, dan mengakibatkan hilangnya banyak nyawa.
https://narasipost.com/world-news/08/2022/tangan-tangan-manusia-di-balik-bencana/
Oleh karena itu, deteksi dini terhadap bencana tsunami menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak bencana ini. Tsunami pada umumnya disebabkan oleh gempa bumi bawah laut dengan kekuatan besar, biasanya di atas magnitudo 7,0 pada skala Richter. Gempa ini menyebabkan pergeseran dasar laut yang tiba-tiba, memicu gelombang besar yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Selain gempa bumi, letusan gunung berapi di bawah laut dan tanah longsor yang masuk ke laut juga dapat memicu tsunami.
Teknologi Deteksi Tsunami
Dalam hal ini, perkembangan teknologi memainkan peran penting dalam deteksi dini tsunami. Berikut beberapa teknologi terkini yang digunakan untuk mendeteksi dan meminimalisir dampak tsunami.
1. Sistem Peringatan Dini Tsunami (Tsunami Early Warning System (TEWS)).
Sistem ini mencakup jaringan seismograf untuk mendeteksi gempa bumi, buoy yang mengukur perubahan permukaan laut, dan stasiun pantai yang memantau gelombang laut. Data dari berbagai sensor ini dikumpulkan dan dianalisis untuk memprediksi kemungkinan terjadinya tsunami.
2. Sistem Pelaporan Tsunami Data Bawah Laut (Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis (DART))
DART adalah sistem yang terdiri dari buoy di permukaan laut dan sensor tekanan dasar laut. Sistem ini mampu mendeteksi perubahan tekanan di dasar laut yang diakibatkan oleh gelombang tsunami dan mengirimkan data secara real-time ke pusat pemantauan.
Selain kedua alat tersebut, deteksi tsunami bisa juga dilakukan dengan pemanfaatan satelit dan cara simulasi dan pemodelan komputer. Teknologi ini digunakan untuk memprediksi jalur dan kekuatan gelombang tsunami berdasarkan data geologi dan topografi. Simulasi ini membantu dalam upaya perencanaan evakuasi dan mitigasi bencana.
Beberapa negara telah berhasil mengimplementasikan sistem deteksi tsunami dan mampu meminimalisir dampak bencana, antara lain: Semisal, Jepang sebagai salah satu negara yang paling maju dalam teknologi deteksi tsunami. Setelah gempa besar dan tsunami tahun 2011, Jepang telah meningkatkan sistem peringatan dini mereka dengan teknologi terbaru, termasuk buoy canggih dan jaringan seismograf yang sangat sensitif.
Kemudian Amerika Serikat, melalui National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), telah mengembangkan dan mengoperasikan sistem DART di Samudra Pasifik dan Atlantik. Sistem ini membantu dalam mendeteksi tsunami di kawasan pesisir Amerika Serikat dan negara-negara lain di sekitar Pasifik.
Ada juga Chili yang memiliki sejarah panjang dengan gempa bumi dan tsunami. Negara ini telah membangun sistem peringatan dini yang efektif, menggunakan jaringan seismograf dan buoy untuk mendeteksi tsunami dan mengoordinasikan evakuasi di sepanjang pantai Pasifik mereka.
Sedangkan Indonesia pasca musibah besar tsunami di Aceh belum ada upaya maksimal dalam pemanfaatan teknologi untuk mendeteksi terjadinya tsunami, ditambah lagi masih minimnya upaya mitigasi bencana yang dilakukan pemerintah.
Muhasabah atas Musibah
Masih rendahnya kepedulian pemerintah dalam upaya mitigasi bencana dan meminimalisir dampaknya. Sebabnya tidak lain karena penerapan sistem kapitalisme yang selalu bedasarkan pada nilai untung dan ruginya. Keselamatan rakyat sering dikorbankan dengan alasan minimnya anggaran dan tidak menjadi prioritas pembangunan jangka panjang.
Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem Islam yang lebih mengutamakan pelayanan rakyat sebagai amal saleh yang menjadi amanahnya. Musibah, baik yang disebabkan oleh kekuasaan Allah Swt. atau akibat ulah manusia yang kurang peduli dengan lingkungan hidup tetap harus diupayakan pencegahannya secara maksimal agar tidak menimbulkan korban jiwa bagi rakyatnya.
Dalam hal ini, musibah sering kali sebagai teguran, bahkan ujian kehidupan untuk bisa dijadikan momentum untuk introspeksi diri, mengevaluasi, dan memperbaiki kesalahan serta meningkatkan kualitas ibadah dan ketaatan kepada hukum Allah Swt.
"Dan setiap musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (TQS. Asy-Syura: 30)
Wallahu a'lam bishawab.[]
Mitigasi bencana seharusnya benar-benar dilakukan oleh pemerintah, apalagi sebagian wilayah Indonesia memang rawan bencana. Kasian masyarakat yang harus mengalami musibah berulang kali.
memang Indonesia tuh negaraa paling GREGET hampir di segala aspeek!
Sayang sekali Indonesia masih tertinggal dari negara lain dalam mendeteksi berbagai bencana alam. Padahal kalau negara mau memberdayakan dan memfasilitasi, banyak para ilmuwan dan tenaga ahli yang bisa ditemukan di negeri ini agar bisa memberikan kemaslahatan untuk masyarakat.
Iya bener banget....banyak ahli yang banting setir demi nafkah keluarga