Neraka "bocor" terus membayangi banyak negara di dunia sebagai akibat keserakahan sistem kapitalisme dalam mengeksploitasi alam.
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)
NarasiPost.Com-Neraka "bocor" atau gelombang panas ekstrem tengah menghantam negara-negara tetangga Indonesia. Hal ini terjadi akibat meningkatnya suhu di bumi. Beberapa negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang kini mengalami heat wave adalah Thailand, Filipina, Kamboja, India, Bangladesh, Myanmar, dan Vietnam. Gelombang panas dengan suhu di atas rata-rata tersebut bahkan telah memakan korban jiwa.
Dilansir oleh laman cnbcindonesia.com (15-6-2024), salah satu negara yang mengalami neraka "bocor" atau heat wave adalah Thailand. Pada bulan April 2024, Thailand mengalami suhu maksimum hingga 52 derajat celsius. Gelombang panas tersebut telah merenggut nyawa, sebagaimana disebutkan oleh pemerintah setempat. Pemerintah Thailand menyebut, hingga tahun 2024 jumlah korban tewas sudah berjumlah sekitar 30 orang.
Selain Thailand, negara tetangga lainnya yang mengalami sengatan panas ekstrem adalah Filipina. Akibat gelombang panas tersebut, pemerintah setempat sampai harus membatalkan kelas tatap muka di beberapa sekolah. Suhu di ibu kota negara tersebut sampai menembus 42 derajat celsius. Dengan suhu tersebut Kota Manila, bahkan disebut berada pada tingkat bahaya. Kondisi bahaya serupa juga dialami oleh India, Bangladesh, Kamboja, Myanmar, dan Vietnam.
Jika negara-negara tetangga RI tengah diterjang gelombang panas ekstrem, lantas bagaimana dengan Indonesia? Bagaimana pandangan BMKG terkait fenomena heat wave yang sedang terjadi dan adakah dampaknya bagi Indonesia?
Alam Indonesia Masih Aman?
Kenaikan suhu juga terjadi di negeri ini. Saat ini sebagian wilayah Indonesia disebut tengah mengalami cuaca panas terik. Namun, apakah negeri ini juga terkena imbas heat wave sebagaimana yang melanda negara-negara tetangga? Menyikapi fenomena gelombang panas di beberapa negara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun menguraikan kondisi iklim yang terjadi di Indonesia. BMKG menyebut, suhu panas maksimum di beberapa wilayah berada di atas 36,5 derajat celsius.
Terkait teriknya suhu panas di beberapa wilayah, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menguraikan penyebabnya. Guswanto menyebut, terjadinya suhu panas di Indonesia karena posisi semu matahari berada di sekitar khatulistiwa, tepatnya pada bulan April lalu. Meski beberapa wilayah mengalami panas yang terik, tetapi Siswanto menyebut bahwa suhu panas yang melanda Indonesia bukanlah heat wave, melainkan kondisi cuaca dengan suhu yang relatif tinggi atau panas terik. (cnbcindonesia.com (15-6-2024)
Karena dipicu oleh gerak semu matahari, maka kondisi panas terik di Indonesia berpotensi terjadi secara berulang pada setiap tahunnya. Hal ini diputuskan berdasarkan tinjauan dan pengamatan suhu yang dilakukan BMKG. Berdasarkan karakteristik fenomena maupun indikator statistik pengamatan suhu, apa yang terjadi di Indonesia tidak memenuhi syarat sebagai gelombang panas. Karena itu, masyarakat diminta tetap tenang menghadapi fenomena alam saat ini.
Meski demikian, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan terhadap berbagai potensi bencana, seperti banjir, yang bisa saja tiba-tiba terjadi. Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhani, mengimbau agar masyarakat mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing, terutama bagi daerah-daerah yang rawan bencana. Selain itu, masyarakat bisa melakukan langkah-langkah mudah dan ringan untuk menjaga keamanan lingkungan, misalnya tidak membuang sampah sembarangan dan bergotong-royong membersihkan lingkungan sekitar.
Cukupkah Imbauan Menjadi Solusi?
Terjadinya fenomena alam heat wave bukanlah permasalahan ringan, apalagi fenomena alam ini telah mengancam nyawa manusia. Meski BMKG menyebut bahwa Indonesia masih aman dari terjangan gelombang panas, bukan berarti fenomena alam tersebut tidak bisa terjadi di negeri ini. Pasalnya, fenomena gelombang panas bukan semata-semata terjadi karena faktor alam, tetapi ada campur tangan manusia.
Sebagaimana diketahui, gelombang panas terjadi karena terperangkapnya udara di suatu wilayah. Hal ini terjadi sebagai dampak dari anomali dinamika atmosfer hingga mengakibatkan udara tidak bergerak dalam ukuran yang lebih luas. Namun, jika diulik lebih mendalam, gelombang panas yang menerjang beberapa negara tetangga Indonesia disebabkan oleh adanya perubahan iklim global.
Perubahan iklim tersebut telah menyebabkan kerusakan alam dan mengganggu hidup manusia. Sekali lagi, fenomena ini bukan semata-mata terjadi karena faktor alam, tetapi ada andil manusia untuk memperburuk kondisi tersebut. Misalnya, pembakaran bahan bakar fosil secara jorjoran telah mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca.
Proses pembakaran tersebut menyebabkan rusaknya lapisan ozon yang pada akhirnya berakibat pada kenaikan suhu dan menyebabkan pemanasan global. Akibat pemanasan global, es dan gletser pun mencair sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan cuaca ekstrem, salah satunya fenomena gelombang panas. Karena itu, terjadinya fenomena alam yang mengancam kehidupan manusia tidak cukup diselesaikan dengan imbauan pada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi diri.
Alam Hancur Akibat Tata Kelola Kapitalistik
Pemanasan global dipicu oleh aktivitas industrialisasi yang dikampanyekan oleh sistem kapitalisme. Yang mana, industrialisasi dan pembangunan kota yang dilakukan para kapitalis sering kali tidak memperhatikan aspek lingkungan. Hal ini kemudian berdampak pada kerusakan alam.
Semua petaka yang terjadi saat ini adalah akibat penerapan sistem kehidupan yang salah, yakni kapitalisme. Sistem rusak tersebut telah menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, salah satunya dengan memanfaatkan alam. Selain itu, liberalisasi kepemilikan yang dianut sistem ini telah mengakibatkan siapa saja yang bermodal besar berhak mengeksploitasi sumber daya alam tanpa batas. Kapitalisasi SDA inilah yang telah menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim yang berujung pada terjadinya gelombang panas. Fenomena neraka "bocor" menjadi niscaya.
Solusi Islam
Fenomena alam adalah bagian dari sunatullah. Namun, berbagai fenomena alam yang terjadi saat ini bukanlah disebabkan oleh faktor alamiah semata. Banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang panas, dan lainnya tidaklah terjadi begitu saja. Ada peran tangan-tangan manusia yang menyebabkan alam tak lagi bisa bersahabat. Eksploitasi jorjoran yang dilakukan manusia telah mengakibatkan perubahan hukum alam dan tatanan kehidupan. Akibat keserakahan manusia pula, alam mengalami kerusakan akut dan pada akhirnya berdampak pada kehidupan manusia. Tak aneh jika fenomena neraka "bocor" menimpa bumi.
Berbeda dengan sistem kapitalisme yang merusak alam dan manusia, Islam justru menjaga dan melestarikannya. Islam telah memerintahkan agar manusia menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak terjadi petaka di masa yang akan datang. Siapa pun yang melakukan kerusakan lingkungan maka Allah akan memberikan ganjaran setimpal, sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar-Rum ayat 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ - ٤١
Artinya: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Meski fenomena alam adalah bagian dari sunatullah, tetapi di sisi lain membutuhkan penanganan serius untuk menghadapinya. Inilah urgensi adanya kepemimpinan Islam. Dalam Islam, pemimpin adalah pelindung yang terlibat langsung dalam menangani berbagai urusan rakyat. Pemimpin pula yang melindungi rakyat dari berbagai bahaya atau bencana. Hal ini sejalan dengan apa yang pernah disabdakan oleh Rasulullah saw. bahwa tidak boleh ada bahaya maupun membahayakan orang lain.
Perlindungan Alam dengan Mitigasi Bencana
Kerusakan alam yang mengakibatkan berbagai bahaya ekologi mewajibkan negara membuat kebijakan yang berkaitan dengan penjagaan hutan atau konservasi. Sebagaimana diketahui, hutan adalah paru-paru dunia yang memiliki fungsi untuk menyerap air, menahan tanah, dan mengeluarkan oksigen dalam jumlah besar. Dengan fungsi yang urgen bagi keberlangsungan hidup manusia maka negara (Khilafah) harus memiliki program konservasi hutan.
Al-Qur'an pun telah menyebutkan dalam beberapa ayatnya agar manusia merawat dan melestarikan alam yang telah dianugerahkan oleh Allah. Meski demikian, manusia tetap boleh memanfaatkan dan mengelola alam sepanjang tidak merusak kelestariannya. Karena itu, setiap muslim harus memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam agar tidak terjadi petaka, baik bagi alam maupun manusia.
Islam adalah sistem kehidupan yang memiliki perhatian besar terhadap alam. Karena itu, berbagai kebijakan untuk menjaga kelestarian alam pun dibuat, salah satunya kebijakan konservasi yang dikenal dengan "hima". Rasulullah saw. menggambarkan bahwa hima merupakan tempat yang menyenangkan, yakni berupa padang rumput yang terpelihara. Karena itu, masyarakat tidak boleh menggembalakan ternak di tempat tersebut. Rasulullah saw. bahkan menetapkan beberapa tempat di dekat Madinah sebagai hima.
Seorang peneliti bidang kajian Islam bernama Syauqi Abu Khalil, menyebutkan bahwa tempat-tempat yang ditunjuk sebagai hima memiliki kebijakan yang tidak boleh dilanggar. Kebijakan tersebut di antaranya melarang berburu binatang dan merusak tanaman. Kebijakan itu ditetapkan demi menjaga kelestarian ekosistem. Rasul saw. juga melarang tempat-tempat yang terkategori sebagai hima dimanfaatkan untuk kepentingan perseorangan atau kelompok. Ini artinya, hima adalah tanah milik umum yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan bersama.
Dengan demikian, kebijakan konservasi tersebut dapat menutup celah bagi siapa pun untuk mengeruk keuntungan pribadi dari pemanfaatan alam. Jika alam tidak dirusak secara serampangan maka bencana "alam bisa dicegah. Masyarakat pun tak harus dihantui kekhawatiran tentang dampak buruk kerusakan alam, apalagi neraka "bocor".
Khatimah
Neraka "bocor" terus membayangi banyak negara di dunia sebagai akibat keserakahan sistem kapitalisme dalam mengeksploitasi alam. Fenomena gelombang panas bisa saja terjadi di negeri ini jika cara pandang dalam mengelola alam masih kapitalistik. Petaka neraka "bocor " pun tidak mungkin berakhir selama kapitalisme yang rusak dan merusak masih dijadikan solusi. Inilah saatnya umat melepaskan keterikatan dengan sistem kapitalisme dan beralih pada sistem sahih rancangan Allah, yakni sistem Islam.
Wallahu a'lam bissawaab.[]
Jadi teringat dengan ucapan seorang bapak yang mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Panasnya mentari membuatnya hampir pingsan karena harus berjemur sepanjang hari.
Baru tahu saya ada istilah "Hima", terimakasih telah memberikan ilmu baru kepada saya, bu.
Sama-sama, mbak
Hareudang bayeunyang.....panas pisan
Hareudang pisan
Barakallahu fiik Mbak Sartinah. Wes anggel kalau tata kelola kapitalistik. Apapun tidak akan melihat kelestarian tapi keuntungan bagi individu.
Aamiin, wa fiik barakallah mbak Riah
Ya Allah, ngeri sekali. Neraka bocor, apinya kemana-mana. Mestinya manusia sudah sadar ya bahwa masa berlaku sistem.kapitalis sudah saatnya dicabut dan diganti dengan sistem Islam yang ramah terhadap seluruh mahluk-Nya.
Betul mbak, kalau sistem kapitalisme masih diemban, petaka dahsyat hanya tinggal menunggu waktu.
Tetap the Best....
Hehe ... syukran mbak Mahga