"Pemulihan Ekonomi Nasional terus dilakukan, dana dinaikkan tapi tidak memberi harapan penuntasan pandemi secara signifikan"
Oleh. Fani Ratu Rahmani (Aktivis dakwah dan Pendidik)
NarasiPost.Com-Dalam nuansa awal tahun, tentu pemerintah dan sederet stafnya disibukkan dengan anggaran. Ya, anggaran RAPBN 2021 telah siap untuk direalisasikan satu tahun ke depan. Dan menariknya, anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga mengalami kenaikan. Niatnya adalah untuk memperbaiki perekonomian yang mengalami resesi selama pandemi dan juga di bidang kesehatan.
Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara, Kementerian Keuangan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengungkapkan, pemerintah sengaja menambah alokasi anggaran penanganan Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 untuk memenuhi anggaran vaksinasi virus corona dan penciptaan lapangan kerja. (Sumber:CNN Indonesia)
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati menaikkan alokasi anggaran penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang semula senilai Rp619 triliun kini menjadi Rp627,9 triliun. Ia pun mengatakan bahwa penambahan alokasi anggaran PEN sengaja dilakukan pemerintah untuk menahan tekanan pandemi virus corona penyebab Covid-19 di bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. (sumber:CNN Indonesia)
Namun, sejak September 2020 dinyatakan bahwa alokasi dana dalam RAPBN 2021 dinilai tidak fokus pada penanganan pandemi Covid-19. Ekonom Senior Institute for Development of Economic and Finace (Indef), Didin Damanhuri mengatakan bahwa hal itu terlihat dari pembagian pos anggaran. (Sumber:bisnis.com)
Pertama, anggaran infrastruktur yang meningkat dari Rp281,1 triliun pada 2020 menjadi Rp414 triliun. Kedua, anggaran keamanan dan ketertiban pun demikian. Kementerian Pertahanan dapat Rp137 triliun dari Rp117,9 triliun tahun ini. Polri naik dari Rp92,6 triliun jadi Rp11,2 triliun. Padahal, menurut Didin jika dicermati lebih jauh, pembangunan infrastruktur tidak berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi dalam waktu dekat. Begitu pula dengan keamanan dan ketertiban. Lantas mengapa justru mendapat alokasi lebih dalam RAPBN 2021?
Terkait kenaikan anggaran PEN, Tauhid yang juga Ekonom Indef mengungkapkan program PEN 2021 perlu diperbaiki dan dievaluasi. Diperkirakan penyerapan program PEN hingga akhir tahun 2020 hanya sebesar 67,8%. (Sumber:bisnis.com)
Dari sederet fakta di atas, sebenarnya dapat ditarik dua poin. Pertama, pemerintah memandang solusi terhadap ekonomi adalah prioritas dan yang kedua adalah sekalipun mengalami kenaikan jumlah anggaran, namun ternyata tidak berujung pada penyelesaian. Pemulihan Ekonomi Nasional terus dilakukan, dana dinaikkan tapi tidak memberi harapan penuntasan pandemi secara signifikan.
Untuk poin yang pertama tentu menjadi sebuah hal wajar. Sektor ekonomi memang ambruk selama pandemi ini, bahkan bukan cuma di negeri ini saja, Amerika Serikat juga shutdown. Dan dalam sudut pandang kapitalisme tentu ekonomi harus tetap berjalan, ini adalah jantungnya sistem. Pemerintah pun lemah jika sudah berhadapan dengan kepentingan ekonomi, termasuk menolak solusi lockdown di awal kemunculan pandemi. Hal tersebut juga dengan dalih ekonomi.
Padahal, untuk apa ekonomi dipulihkan jika Sumber Daya Manusia (SDM) 'tumbang' karena wabah? Untuk apa infrastruktur dibangun besar-besaran dengan dana yang besar pula padahal tidak memberi pengaruh pada masyarakat? Tentu masyarakat juga mempertanyakan keseriusan pemerintah mengatasi wabah ini. Jangan sampai pemerintah salah fokus dan terlena dengan kepentingan-kepentingan para kapitalis yang tengah gusar karena kerugian yang besar.
Dan terkait poin kedua, kita juga harus menyadari bahwa dalam sistem kapitalisme, unsur materi menjadi corak dari segala solusi. Seolah-olah, semua akan selesai dengan uang. Ya, semua butuh biaya tapi tidak hanya dengan materi beragam masalah bisa selesai tuntas. Dana yang dikeluarkan tanpa berdasar pada kebijakan yang ‘benar’ dalam penanganan pandemi hanya akan memperpanjang masa pandemi dan kesengsaraan rakyat seperti sekarang, Bukan?
Oleh sebab itu, selama sistem yang masih digunakan ini adalah kapitalisme maka tidak akan membawa perubahan dan solusi berarti. Solusi yang diberi hanya tambal sulam saja, sangat pragmatis dan berpotensi hanya menguntungkan segelintir orang saja.
Mengapa demikian? Karena inilah jati diri kapitalisme yang hanya menuhankan materi dan kepentingan para Kapitalis semata. Maka sudah saatnya kita menyadari hal yang sama bahwa tiada solusi tuntas berbagai masalah, selain Islam kaffah. Islam sebagai sebuah ideologi telah terbukti eksistensinya selama 13 abad di dunia. Ideologi ini telah lebih dulu mengukir keberhasilan dan kesuksesan peradaban sebelum kapitalisme dan komunisme muncul ke permukaan. Inilah ideologi sahih yang berdasarkan wahyu Allah, bukan logika dan hawa nafsu manusia.
Berkaitan dengan solusi wabah, Islam pun punya solusi tuntasnya. Apalagi sekarang nasi telah menjadi bubur, alias wabah sudah tersebar hampir di seluruh negeri. Maka solusi Islam mesti secara integral menyelesaikannya. Anggaran yang ada akan dipusatkan pada sektor kesehatan, dan juga sektor yang terdampak misal ekonomi. Hanya saja prioritas utama tetap saja pemenuhan kebutuhan masyarakat baik itu primer hingga kebutuhan kolektif salah satunya pendidikan.
Ini semua hanya bisa dilakukan secara totalitas jika umat Islam kembali pada Daulah Khilafah Islamiyyah. Sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Bukankah Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin telah mencontohkan penerapannya? Tinggal diri kita yang seharusnya bersegera meneladani dan mengembalikan peradaban itu agar kembali ada. Wallahu a'lam bis shawab[]
Photo : Pinterest