Nabi Muhammad saw. lahir setelah kota Makkah diserang oleh pasukan gajah, tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiulawal.
Oleh. Rosmiati, S.Si.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Setelah mendengar saran dari orang-orang Quraisy, Kakek Nabi Muhammad saw., Abdul Muthalib tidak tinggal diam. Mengingat Abdullah adalah anak yang amat disayanginya maka segeralah ia mengambil keputusan untuk ke Hijaz.
Peramal yang dicari itu berdiam di Khaibar. Dengan berusaha keras, akhirnya Abdul Muthalib bertemu dengan peramal yang dimaksud. Ia pun tidak membuang waktu, Iangsung menyampaikan semua persoalan yang tengah mengimpit hidupnya. Peramal itu menyarankan agar kakek Nabi Muhammad saw. itu membayar diat (tebusan) saja. Abdul Muthalib pun menyanggupi sebanyak sepuluh ekor unta maka peramal itu pun menyuruh Abdul Muthalib kembali ke Makkah untuk menunaikan hal yang diperintahkannya.
Peramal itu berpesan, ketika nanti yang keluar masih anak kesayangannya maka ia wajib menambah diat sepuluh ekor lagi sampai anak panah yang keluar milik unta. Jika itu telah terjadi, selamatlah Abdullah (ayah Nabi Muhammad saw.) dan unta-unta itulah yang disembelih sebagai ganti nazarnya kepada Allah. Dari yang semula hendak menyembelih putranya berubah dengan menyembelih puluhan unta.
Setelah sampai di Makkah, Abdul Muthalib langsung menunaikan perintah sang peramal. Abdullah pun berdiri bersama sepuluh ekor unta.Abdul Muthalib pun berdoa kepada Allah sebelum memukul kumpulan anak panah. Namun, yang keluar masih tetap nama Abdullah. Sesuai dengan arahan peramal di Hijaz, ia harus menambah sepuluh ekor unta lagi maka berbarislah dua puluh ekor unta di sana.
Akan tetapi, nama Abdullah masih tetap keluar. Begitu seterusnya sampai jumlah unta mencapai seratus ekor. Abdul Muthalib yang nyaris putus asa kembali berdoa kepada Allah. Lalu, dipukulnya kembali anak panah dan keluarlah anak panah milik unta. Orang-orang Quraisy yang menunggu dengan cemas pun sontak memerintahkan Abdul Muthalib untuk berhenti dan mencukupkan aktivitas itu.
Namun, Ayah Abdullah itu menolak. Ia akan tetap memukulnya sampai tiga kali. Dan terang saja, sampai tiga kali ia memukul anak panah yang keluar berturut-turut ialah anak panah untuk unta maka lega dan puaslah Abdul Muthalib. Disembelihlah unta-unta tadi tepat di samping Ka’bah.
Dari peristiwa ini tampak betapa ayah Nabi Muhammad sangat dicintai bukan hanya oleh sang kakek melainkan masyarakat suku Quraisy pada umumnya. Walaupun pada saat beliau menjadi Nabi ada yang tidak suka padanya, mereka sudah melindunginya sejak sebelum beliau dilahirkan. Hanya saja, mereka tidak merenungi makna di balik peristiwa tersebut. Seandainya Muhammad saw. bukan nabi dan orang penting dalam agama ini, tidak mungkin Allah azza wa jalla melindunginya sejak masa kecil ayahnya. Masyaallah!
Abdullah Menikahi Aminah
Selamat dari penyembelihan, Abdullah pun tumbuh sehat bak anak-anak lainnya hingga sampai pada usia remaja. Sebagaimana normalnya kehidupan remaja, Abdullah yang berparas tampan dan menawan menjadi tumpuan harapan banyak gadis. Bukan hal yang tabu pada masa itu, gadis-gadis yang berhasrat pada seorang lelaki akan datang menawarkan dirinya untuk diperistri. Begitu pula dengan gadis-gadis yang terpesona pada ketampanan Abdullah. Sayangnya, Abdullah tidak menerima satu pun dari mereka.
Sampai tiba suatu masa, sang ayah sendiri yang melamarkan seorang wanita mulia dari Bani Zuhra kepadanya. Dialah Aminah binti Wahhab bin Abdi Manaf bin Zuhrah. Pernikahan keduanya pun berlangsung saat usia Abdullah baru menginjak 18 tahun.
Saat dalam Kandungan sang Ibu
Normalnya ibu yang tengah mengandung akan mengalami kesakitan yang perlahan datang. Beban berat pun akan mulai terasa dari hari ke hari. Rasa ingin makan ini dan itu pun tidak terbendung. Namun, tidak dengan Aminah. Wanita mulia yang tengah mengandung nabi bagi umat manusia itu tidak merasakannya. Langka, bukan?
Aminah justru mengalami peristiwa yang langka, yaitu ia melihat sebuah cahaya berhamburan keluar dari dirinya. Siapa sangka, dari cahaya itu dirinya dapat melihat Istana Bushra yang berada di Syam.
Tidak hanya itu, Aminah juga didatangi oleh seseorang dan lantas mengatakan bahwa sesungguhnya ia tengah mengandung janin yang kelak ketika dewasa akan tampil sebagai pemimpin umat ini. Sosok tersebut juga berpesan agar Aminah memberinya nama Muhammad seraya berdoa agar senantiasa berlindung kepada Allah.
Wafatnya Ayah Nabi Muhammad Saw.
Ketika usia kandungan Aminah menginjak dua bulan, Abdullah melakukan perjalanan ke Syam. Abdullah melakoni pekerjaan sebagai pedagang. Ia pun ke Syam bersama rombongan para pedagang Quraisy.
Sayangnya, saat rombongan dagang itu hendak kembali ke Makkah, Abdullah jatuh sakit saat tiba di Madinah. Suami Aminah itu pun dimakamkan di Kota Madinah maka yatimlah Nabi saw. sejak beliau masih dua bulan dalam rahim ibunya.
Kelahiran Nabi Muhammad Saw.
Rasulullah saw. lahir setelah kota Makkah diserang oleh pasukan gajah, tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiulawal. Setelah Nabi Muhammad saw. lahir, Aminah segera memberi tahu ayah mertuanya. Ia lantas menceritakan apa yang dialaminya selama mengandung sang cucu. Aminah pun menyampaikan tentang nama Muhammad yang harus diberikan untuk menamai sang bayi.
Bersamaan dengan lahirnya sang Nabi, lahir pula bayi lainnya yang juga diberi nama Muhammad. Hal ini dikarenakan saat itu telah santer tersebar bahwa akan lahir seorang nabi sebagai penutup dari para nabi yang dalam kitab-kitab orang Nasrani bernama Muhammad. Sebagai orang tua tentu semua menginginkan agar bayi yang kelak lahir dari rahim mereka dapat menjadi pembawa risalah yang dimaksud.
Sayangnya, dari keenam bayi yang lahir. Putra yang dikandung Aminahlah yang ditakdirkan Allah azza wa jalla sebagai nabi terakhir bagi umat ini. Terkait nama, saat itu nama Muhammad jauh dari ketenaran. Tidak banyak orang yang menggunakannya. Dikatakan dalam buku sirah karya Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qol’ahji bahwa hal ini sebagai bentuk penjagaan Allah agar tidak ada yang mengaku sebagai nabi.
https://narasipost.com/family/01/2021/mencontoh-nabi-menasihati-anak-anak-dan-remaja/
Selain itu, karena nama Muhammad ini masih jarang digunakan maka menjadi daya tarik dan tumpuan perhatian khalayak ramai. Dengan demikian, mereka akan memperhatikan anak tersebut sejak dini.
Muhammad saat dewasa akan menjadi sosok penting bagi umat dan agama ini maka upaya branding atas dirinya sudah Allah mulai sejak ia masih bayi. Bahkan jika kita tarik ke belakang, branding itu sudah terjadi kala tragedi penyembelihan ayahnya.
Sungguh, begitu teratur rencana Allah Swt. jika kita memikirkannya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
“Wahai ahli kitab, mengapa kamu membantah tentang hal Ibrahim padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Ali ‘Imran: 65).
Wallahua'lam bishawab.[]
Sumber: M. Rawwas Qol’ahji, 2014, Sirah Nabawiyah Sisi Politis Perjuangan Nabi, Al-Azhar Press.
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah