Nasib Gen Z di negeri ini sungguh memprihatinkan. Setelah suara mereka didulang, ternyata nasibnya malah makin malang.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Gen Z merupakan salah satu lumbung suara kemenangan Prabowo-Gibran pada pilpres lalu. Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Demi mendapatkan suara mereka, pasangan Prabowo-Gibran sampai harus adu akting dengan berbagai macam gimik politik. Misalnya jargon "Sorry, ye", "Oke gass", dan "Dijogetin aja." Tampang wibawa seorang calon pemimpin seolah pupus oleh karakter gemoy dan penampilan anak muda yang terkesan cupu, padahal itu semua hanyalah adegan demi meraih suara kalangan milenial dan Gen Z.
Namun, sungguh sangat memprihatinkan nasib Gen Z di negeri ini. Setelah suara mereka didulang, ternyata nasibnya malah makin malang. Indikasinya berupa data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat ada sekira 10 juta Gen Z yang sekarang memasuki usia produktif, kenyataannya masih menganggur. Jika dilihat persentasenya ada sekira 22,25 persen dari total 44,47 juta anak muda usia 15—24 tahun yang belum bekerja. (Detik.com, 26/5/2024)
Akar Masalah Pengangguran di Kalangan Gen Z
Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z menjadi fenomena yang mengkhawatirkan. Mereka sebenarnya usia yang ideal untuk bisa memberikan kontribusi positif bagi masa depan bangsa. Gen Z merupakan generasi harapan yang akan membawa banyak perubahan, baik dari segi pemikiran maupun arah perjalanan bangsa.
Hanya saja sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini telah memotong potensi intelektual mereka dengan harus terjun ke dunia kerja. Sekolah-sekolah yang ada seolah dibangun hanya untuk melahirkan para pekerja, bukan untuk mereka yang mahir di berbagai disiplin ilmu. Tidak mengherankan jika keahlian mereka diamputasi hanya sampai sekolah menengah kejuruan, setelah itu jarang yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi karena mahalnya biaya pendidikan.
https://narasipost.com/opini/11/2023/gen-z-teknologi-dan-pengangguran/
Gen Z yang langsung terjun ke dunia kerja akhirnya harus menghadapi perubahan lanskap pekerjaan. Perubahan teknologi yang cepat telah mengubah lanskap pekerjaan secara drastis. Otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) menggantikan banyak pekerjaan tradisional, sedangkan pekerjaan baru yang muncul sering kali memerlukan keterampilan teknis dan digital yang tinggi. Gen Z yang baru lulus sering kali tidak memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan di pasar kerja saat ini.
Selain itu, sistem pendidikan di negeri ini belum sepenuhnya beradaptasi dengan kebutuhan pasar kerja modern. Kurikulum yang diajarkan sering kali tidak relevan dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja saat ini. Akibatnya, banyak lulusan Gen Z yang tidak siap dengan keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh industri.
Banyak perusahaan lebih memilih calon karyawan yang memiliki pengalaman kerja, sedangkan Gen Z yang baru lulus biasanya hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki pengalaman kerja sama sekali. Program magang atau kerja sambilan yang seharusnya memberikan pengalaman praktis sering kali tidak mencukupi atau tidak tersedia.
Gen Z juga dikenal memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap karier mereka, baik dari segi gaji maupun lingkungan kerja. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang memberikan kepuasan pribadi dan keseimbangan hidup yang sering kali tidak mudah ditemukan di pekerjaan entry-level. Ekspektasi ini kadang membuat mereka memilih untuk tidak bekerja daripada menerima pekerjaan yang tidak sesuai harapan mereka.
Oleh karena itu, sistem pendidikan perlu diperbarui untuk lebih menekankan pada pengembangan keterampilan praktis dan teknis yang relevan dengan kebutuhan industri. Kurikulum harus lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan teknologi. Program pelatihan vokasional dan kursus keterampilan digital harus diperbanyak dan lebih mudah diakses.
Kerjasama antara institusi pendidikan dan industri sangat penting. Program magang yang diperluas dan kerja sama yang erat dengan perusahaan dapat memberikan pengalaman praktis yang berharga bagi siswa. Perusahaan juga dapat memberikan input mengenai keterampilan yang mereka butuhkan sehingga pendidikan dapat lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Selain keterampilan teknis, soft skills seperti komunikasi, kerjasama tim, dan pemecahan masalah juga penting. Program pelatihan yang fokus pada pengembangan keterampilan ini dapat membantu generasi Z lebih siap menghadapi tuntutan kerja.
Bukan Generasi Zonk
Gen Z dalam pandangan Islam memiliki potensi besar untuk menjadi generasi terbaik. Pemimpin umat pada masa depan ditentukan oleh keadaan generasinya pada saat ini. Di dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah dikatakan, salah satu tanda generasi muda yang dirindukan surga adalah hatinya selalu terpaut kepada masjid dan kecintaannya kepada Allah melebihi segalanya.
Hadis tersebut secara tersirat menggambarkan bahwa syariat Islam sangat memperhatikan potensi generasi muda di kalangan kaum muslim.
Berikut adalah beberapa prinsip dalam syariat Islam yang dapat memandu Gen Z agar menjadi generasi yang unggul, bukan generasi zonk:
Pertama, pentingnya pendidikan dan ilmu pengetahuan. Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Nabi Muhammad saw. bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah). Generasi Z yang dikenal sebagai generasi yang cerdas dan adaptif terhadap teknologi, memiliki peluang besar untuk menguasai berbagai bidang ilmu. Pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, baik formal maupun nonformal, dapat membentuk karakter yang kuat dan berakhlak mulia.
Kedua, menanamkan adab sebelum ilmu. Syariat Islam menekankan pentingnya adab atau akhlak yang baik. Gen Z dapat menjadi generasi terbaik dengan mengamalkan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari. Ini termasuk jujur, amanah, adil, dan menghormati orang lain. Akhlak yang baik, termasuk adab dalam berilmu, akan membuat mereka menjadi individu yang dipercaya dan dihormati dalam masyarakat.
Ketiga, bermanfaat bagi umat. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu berkontribusi positif dalam masyarakat. Dalam Al-Qur'an surah Al-Ma'un ayat 1—3, Allah Swt. mencela orang yang tidak peduli terhadap sesama. Gen Z dapat memanfaatkan teknologi dan keterampilan mereka untuk membantu sesama, baik melalui inisiatif sosial, bisnis yang berkelanjutan, atau kegiatan-kegiatan sukarela.
Keempat, memiliki inovasi dan kreativitas. Islam tidak menentang inovasi selama tidak bertentangan dengan syariat. Gen Z yang penuh dengan ide-ide baru dan kreatif dapat membawa perubahan positif jika inovasi mereka sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Namun demikian, teknologi adalah alat yang bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan. Islam mengajarkan untuk menggunakan segala sesuatu dengan bijak. Gen Z yang tumbuh pada era digital memiliki tanggung jawab untuk menggunakan teknologi untuk hal-hal yang bermanfaat dan menghindari konten yang negatif atau merusak.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan pentingnya keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Dalam Al-Qur'an surah Al-Qasas ayat 77, Allah Swt. telah menyuruh manusia untuk mencari kebahagiaan dari apa yang telah Allah anugerahkan di dunia, tetapi jangan sampai melupakan kebahagiaan hidup di akhirat.
Gen Z dapat mencapai kesuksesan dengan tidak hanya fokus pada aspek material, tetapi juga memperhatikan aspek spiritual dan persiapan untuk kehidupan yang kekal di akhirat. Gen Z harusnya menjadi pengemban dakwah yang tangguh di tengah sistem kapitalisme yang materialistik.
Wallahua'lam bishawab. []
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah