Akidah Islam membuat seorang muslimah menyadari bahwa dirinya hanya makhluk ciptaan yang penuh kekurangan.
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Betapa kuat dan tangguhnya seorang muslimah. Berbagai peran mampu dilakukannya dalam waktu yang bersamaan yaitu sebagai istri, ibu, dan pengemban dakwah. Kondisi yang demikian pasti bukan hal yang mudah karena setiap peran yang dijalaninya merupakan sebuah tanggung jawab sekaligus amanah. Keyakinan di hatinya membuatnya mantap dalam mengambil jalan dakwah.
Hanya saja, jalan yang dilewatinya pasti akan menemui banyak halangan dan rintangan. Tak cukup sampai di situ, saat diri sudah berjuang sekuat tenaga ternyata ada saja cobaan hidup yang datang dari Allah Swt. untuk mengukur besarnya keimanan. Hal itu juga menjadi ujian bagi siapa saja yang ingin mendapatkan keselamatan kelak di akhirat saat seluruh manusia mempertanggungjawabkan segala amalan.
Di dalam surah Al-Baqarah ayat 214, Allah Swt. telah berfirman yang artinya:
”Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum datang cobaan kepada kalian, sebagaimana halnya orang-orang sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan serta diguncangkan (dengan berbagai cobaan).”
Banyaknya hambatan yang dialami oleh pejuang dakwah merupakan sebuah keniscayaan yang pasti menghampirinya. Hambatan yang datang bisa saja muncul dari dalam diri, anak, suami, dan keluarga besarnya. Parahnya, pandangan masyarakat juga turut andil di dalamnya. Jika tidak ada yang menjadi penguat baginya, hal itu pasti akan membuat para muslimah pengemban dakwah tak mampu bertahan dan mudah menyerah karena lelah yang menderanya.
Merasa Aman di Zona Nyaman, Dakwah Terlalaikan
Rasa lelah yang melanda seorang muslimah tentu ada penyebabnya. Berbagai rutinitas keseharian yang begitu padat menjadi alasan dan pembenaran untuk rehat sejenak dari rasa penat yang menyerang tubuhnya. Kondisi demikian sebenarnya sesuatu yang biasa dan wajar adanya karena semua muslimah pun merasakan hal yang sama. Namun, ketika rasa itu terus-menerus dimaklumi tentu akan membuat dirinya terlena. Hal itu sebenarnya bukanlah masalah yang serius seandainya dia hanya muslimah biasa yang belum memahami arti perjuangan yang sesungguhnya. Permasalahan adalah dirinya merupakan ujung tombak perjuangan yang telah disiapkan untuk memiliki mental baja.
Ketika seorang pengemban dakwah hanya berjuang sekadarnya, hal itu tentu akan berdampak buruk bagi dirinya. Tak terlintas dalam benaknya untuk berbuat lebih dan lebih lagi demi kemuliaan agama. Kesulitan ekonomi, repot mengurus anak, ilmu yang tidak seberapa, kesibukan bekerja, dan lain sebagainya menjadi segudang alasan untuk menghindari amanah dakwah yang dibebankan kepadanya. Padahal, semua itu bisa dicari jalan keluarnya.
Alasan-alasan yang selalu dimaklumi membuatnya merasa aman dengan pola dakwah yang dijalani. Pelan tapi pasti dirinya merasa tidak perlu untuk berdakwah sepenuh hati. Apalagi ketika masih banyak keinginan hati yang bersifat duniawi. Hal itu pasti akan dikejarnya demi sebuah kepuasan diri. Tanpa rasa bersalah, aktivitas dakwah hanya akan dilakukan bila masih tersisa waktu luang. Dakwah juga baru akan disampaikan bila ada amanah yang diberikan. Parahnya, dirinya justru merasa aman dan nyaman saat tidak diberi tanggung jawab lebih karena merasa belum memiliki kemampuan yang maksimal.
Menjadi Sorotan Tajam
Tanggung jawab sebagai seorang pengemban dakwah memang hal yang sangat berat. Apalagi jika melihat dan menimbang rendahnya cara berpikir umat di tengah-tengah masyarakat. Hal itu ternyata sejalan dengan pandangan salah kaprah yang ditujukan kepada penerapan seluruh aturan syariat. Penerapan tersebut bahkan dianggap sesuatu yang tidak bermanfaat dan membawa mudarat. Parahnya, hal itu diamini oleh mereka-mereka yang dijadikan panutan dan rujukan di tengah-tengah umat.
Semua yang terjadi di tengah-tengah umat merupakan mantra jahat yang dirapalkan secara masif oleh musuh-musuh Islam. Sebutan Islam radikal, fundamental, dan pemecah belah persatuan terus-menerus dituduhkan kepada para pengemban dakwah tanpa bukti yang bisa dipertanggungjawabkan. Tak ada ruang dan kesempatan yang diberikan kepada pengemban dakwah untuk bisa menjelaskan kebenaran. Sebaliknya,
mereka yang menuduh justru menampakkan reaksi membabi buta dan respons negatif yang dikedepankan untuk mencari pembenaran. Alhasil, aktivitas dakwah saat ini menjadi sorotan tajam dan selalu menjadi bahan perbincangan hangat di tengah-tengah kehidupan.
Muslimah Pilihan dan Istimewa
Tuduhan-tuduhan tak berdasar yang menimpa para muslimah ternyata tidak begitu memengaruhi aktivitasnya. Sebab, ketika memutuskan untuk menjadi pengemban dakwah, dirinya sadar betul dengan pilihan hidupnya. Dirinya pun tahu pasti akan muncul aksi, reaksi, respons dan risiko yang bermacam-macam dari apa yang telah menjadi keputusannya. Predikat pengemban dakwah membuatnya memiliki visi dan misi yang luar biasa. Di samping itu, yang terpenting baginya adalah ada cita-cita mulia yang ingin diwujudkannya. Hal itulah yang membedakan dirinya dengan muslimah lainnya. Aktivitas dakwah menjadikannya mampu menerima tanggung jawab yang tidak bisa diemban oleh muslimah biasa.
Sebagai pengemban dakwah, istri, dan ibu pencetak generasi membuat dirinya menjelma sebagai sosok wanita yang tangguh. Hal itu membuatnya tak gampang mengeluh. Rasa lelah dalam menjalani tugas-tugas rumah tangga pun tidak menyurutkan dirinya untuk terus melangkah. Ilmu, amal, penerapan, dan pemahaman yang benar telah menempanya untuk tetap bertahan dan istikamah. Itulah sosok seorang muslimah pilihan yang kuat dan tak mudah menyerah.
https://narasipost.com/motivasi/05/2024/karena-kita-istimewa/
Ketika seseorang muslimah telah memilih sebagai pengemban dakwah, hal itu membuatnya istimewa. Sebab, aktivitas yang dilakukannya merupakan amalan yang istimewa di hadapan Allah Swt. Maka tak heran, sesuatu yang istimewa ini hanya diberikan kepada orang-orang yang juga istimewa. Mereka adalah orang-orang pilihan yang mau berkorban apa saja demi membela agama-Nya.
Kekuatan Akidah
Kuatnya seorang muslimah pengemban dakwah tentu bukan sekadar terlihat sehat dari segi jasmani. Lebih dari itu, dirinya juga harus memiliki pegangan sebagai senjata yang ampuh agar tetap teguh dan tangguh di segala kondisi. Senjata tersebut tiada lain adalah akidah Islam yang telah menancap dan mengakar kuat di dalam diri.
Akidah Islam juga membuat seorang muslimah menyadari bahwa dirinya hanya makhluk ciptaan yang penuh kekurangan. Dengan akidah yang kuat, dirinya juga memahami bahwa Allah Swt. sebagai satu-satunya Zat yang layak untuk diagungkan. Maka dari itu kehidupannya di dunia benar-benar didedikasikan untuk jalan perjuangan. Detik demi detik di dalam hidupnya diisi dengan berbagai amalan yang wajib untuk dilaksanakan dan dengan sepenuh hati meninggalkan larangan yang telah ditentukan.
Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt. yang artinya:
”Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
( TQS. Adz-Dzariyat : 56)
Ayat di atas makin menguatkan keyakinan dirinya untuk terus melangkah di jalan kebenaran. Semua hal yang dilakukannya pun selalu mengikuti rambu-rambu agama yang sebagai bukti ketaatan. Lagi-lagi kekuatan akidahlah yang membuatnya tunduk kepada aturan Islam di segala aspek kehidupan.
Menjadi pengemban dakwah tentu bukan sekadar pilihan. Lebih dari itu, aktivitas tersebut merupakan sebuah kewajiban. Dirinya memahami betul bahwa azab yang pedih akan menimpa dan doanya tidak akan pernah diijabah ketika amalan dakwah ditinggalkan.
Dalam hal ini Rasulullah saw. telah memberikan peringatan dengan bersabda yang artinya: ”Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian (memiliki dua pilihan, yaitu) benar-benar melakukan amar makruf nahi mungkar ataukah Allah akan mendatangkan siksa dari sisi-Nya yang akan menimpa kalian, kemudian kalian berdoa, tetapi doa itu tidak akan dikabulkan”.
(HR. AT-Tirmidzi dan Ahmad)
Berjuang di jalan dakwah memang penuh onak dan duri. Namun, janganlah diri merasa ragu karena kita sudah memiliki akidah Islam sebagai penjaga yang hakiki. Yakinlah, dengan akidah yang kokoh keberhasilan perjuangan dakwah akan segera terwujud karena hal itu bukan sebuah ilusi.
Wallahu a'lam bish-shawab. []
Masyaallah betul, mengemban dakwah memang bukan aktivitas yang mudah. Namun, bukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Akidah yang kuat adalah dasar utamanya sehingga setiap muslimah akan kokoh dari goncangan apa pun.
Barakallah mbak
Sepakat mba. Akidah memang pondasi yang sahih untuk menjaga ketakwaan seorang muslimah. Jazakillah Khoir sudah mampir
Masyaallah barakallah amazing sangat mental para pejuang agama Allah itu ya. Dengan berpegang teguh pada akidah Islam semangatnya terus meletup-letup bak meriam yang siap membombardir musuh2 Allah. Keren mb Atin naskahnya. Sukses dunia akhirat.
Semangat juang musilmah menyala dengan akidahnya.
Naskah njenengan juga keren-keren mbakku.
Aamiin
Jazakillah Khoir mom dan Tim NP
Jalan dakwah adalah jalan para nabi. Menyampaikan kebenaran Islam tanpa kenal lelah. Tidak hirau dengan pujian, tidak mundur dengan hinaan. Kecintaan kepada Allah dan Rasulullah yang menjadi dasar sehingga para pengemban dakwah terus bergerak.
Setuju mba. Semoga pilihan kita di jalan dakwah menjadi amalan salih yang mendapatkan pahala jariyah. Jazakillah Khoir sudah mampir