Banyaknya korban cinta sesaat di kalangan anak usia sekolah membuat orang tua menjadi resah. Mereka berpendapat untuk mengurus dirinya sendiri saja masih butuh bantuan orang tua, apalagi harus menjaga hati orang lain.
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jatuh cinta merupakan perasaan tak biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Perasaan tersebut membuat siapa saja tak berdaya dibuatnya. Kehadirannya bisa membuat sekeping hati yang tadinya ceria, tiba-tiba menjadi galau seketika. Penampakannya juga mampu memorak-porandakan kekuatan ego di dalam dada. Tanpa permisi dia pun menghampiri siapa saja yang dikehendakinya. Tak heran, dari dulu hingga sekarang misteri di balik rasa cinta masih menyisakan tanda tanya.
Jatuh cinta juga tak mengenal batasan umur dari anak bau kencur hingga lansia. Jadi, tak ada istilah muda ataupun tua saat bicara tentang cinta. Maka, jangan heran ketika ada anak yang masih belia sudah bisa bilang sayang dan mahir membuat surat cinta untuk seseorang yang telah mencuri hatinya. Hal itu tentu membuat orang tua pusing tujuh keliling dan berusaha mencari solusinya. Sebab, jika tidak segera diatasi, tentu akan berakibat buruk ke depannya.
Korban Cinta Sesaat
Perasaan cinta yang ada pada diri seorang hamba memang tak bisa dihindari. Hal itu juga bukan sesuatu yang salah saat ada rasa suka dan keinginan untuk saling memiliki. Semua itu adalah anugerah dari Sang Maha Tinggi yang diberikan dalam bentuk naluri. Alhasil, dari naluri inilah kehidupan manusia tetap lestari hingga saat ini. Hanya saja, ada rambu-rambu agama yang harus diperhatikan dan ditaati. Hal itu penting dilakukan agar tidak menimbulkan rasa penyesalan di kemudian hari.
Penyesalan inilah yang kadang luput dari perhatian remaja. Sebab, apa yang ada di depannya hanya sesuatu yang indah tentang cinta. Begitu juga dengan hatinya yang dipenuhi kebahagiaan bila ingat tentang si dia. Semuanya begitu sempurna di matanya padahal hal itu hanya cinta semu yang bisa pergi kapan saja. Tanpa sadar dirinya telah terjebak cinta buta di pandangan pertama.
Pemahaman Salah Kaprah
Banyaknya korban cinta sesaat di kalangan anak usia sekolah membuat orang tua menjadi resah. Mereka berpendapat bahwa untuk mengurus dirinya sendiri saja masih butuh bantuan orang tua, apalagi harus menjaga hati orang lain tentu bukanlah hal yang mudah. Parahnya, ada orang tua yang justru merasa bangga dan menganggap hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah. Bagi mereka, anak juga berhak untuk jatuh cinta dan merasakan sesuatu yang indah.
Pemahaman orang tua yang demikian membuat anak remaja merasa mendapatkan lampu hijau ketika dirinya jatuh cinta. Hal itu menjadi pembenaran untuk melakukan pendekatan yang lebih dengan lawan jenisnya. Pada akhirnya anak menjadi terbiasa dengan status teman tapi mesra yang melegalkannya untuk jalan bersama. Maka tak heran banyak anak remaja justru merasa nyaman dengan hubungan yang melanggar aturan agama.
Peran Orang Tua
Pelanggaran syariat yang dilakukan oleh anak remaja memang tak bisa dilepaskan dari peran orang tuanya. Peran inilah yang nantinya mampu mengarahkan anak untuk berpikir benar dan bertindak sesuai dengan aturan yang datang dari Allah Swt.
Sebab, bagi orang tua, anak merupakan amanah dari Sang Pencipta agar dididik dan diasuh sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh-Nya. Anak pun sejatinya merupakan hamba yang beriman kepada Tuhannya. Namun, perlu diingat bahwa pendidikan akidah dari orang tua menjadi sebuah hal mendasar yang memengaruhi keimanannya.
Hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah saw. yang artinya: “ Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
(HR. Bukhari)
Maka dari itu ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang ibu saat anak remajanya jatuh cinta untuk pertama kalinya, antara lain:
- Pahamkan kepada anak bahwa dirinya hanyalah makhluk lemah yang harus tunduk kepada aturan Sang Pencipta di setiap aspek kehidupan, termasuk urusan cinta. Ketundukan tersebut yang nantinya menjadi kunci keselamatan saat diri kembali kepada-Nya.
- Tanamkan kepada anak bahwa rasa cinta yang ada pada dirinya merupakan hal wajar sebagai seorang manusia. Jelaskan juga kepadanya kalau kehidupan akan baik-baik saja meskipun rasa cinta menghampirinya.
- Arahkan anak untuk mencari kegiatan positif yang tidak melanggar aturan Islam agar rasa gelisah yang diakibatkan oleh rasa cinta bisa teralihkan. Kegiatan tersebut bisa berupa olahraga ringan, menekuni hobi yang dimiliki, liburan bersama keluarga, dan lain sebagainya.
- Penggunaan gadget juga berperan besar dalam memengaruhi pola pikir anak. Mengurangi dan mengawasi interaksinya di media sosial juga penting dilakukan oleh orang tua. Sebab, banyaknya tayangan yang berisi tentang kisah cinta para idola remaja saat ini membuat anak ingin menirunya. Konten tersebut biasanya mudah sekali masuk dalam benaknya.
- Ajaklah anak untuk bicara dari hati ke hati agar dirinya lebih terbuka kepada orang tuanya serta merasa nyaman untuk berbagi cerita. Berperanlah sebagai teman yang mau menjadi pendengar karena anak remaja yang sedang jatuh cinta biasanya butuh teman curhat yang bisa dipercaya.
- Ajaklah anak untuk menuntut ilmu dengan mengikuti kajian Islam mengingat dirinya yang sudah balig. Pahamkan juga kepadanya bahwa belajar agama merupakan sebuah kewajiban karena dirinya sudah terikat hukum syariat dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya kelak di hadapan Allah Swt.
- Sampaikan kepada anak bahwa kelak bila sudah waktunya, dirinya pasti akan mendapatkan pendamping terbaik dari Allah Swt. ketika menjadi hamba yang beriman dan bertakwa.
"Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) …"
(TQS. An-Nur [24]: 26)
Tekankan kepadanya bahwa setiap manusia telah ditetapkan ajal, rezeki, dan jodohnya ketika diciptakan oleh-Nya di dunia. Jangan lupa untuk terus memberinya semangat dalam belajar dan dukunglah cita-citanya selama hal itu tidak melanggar aturan agama.
- Doakan yang terbaik untuk anak karena sesungguhnya hanya Allah Swt. yang memiliki kekuasaan untuk menyentuh hati seluruh manusia termasuk anak kita. Mintalah kepada-Nya agar hati si anak mudah menerima kebenaran agar diri tak salah jalan.
Teladan yang Baik Bagi Anak
Semua yang diusahakan oleh seorang ibu pasti ingin segera terlihat hasilnya. Hanya saja, ada hal yang sering dilupakannya yaitu setiap anak pasti meniru tingkah lakunya. Bukankah anak merupakan cerminan dari orang tua? Maka dari itu ketika kita menginginkan agar anak taat aturan agama, tentu sang ibu harus memberikan contoh nyata. Demikian pula saat diri berharap dan berdoa agar memiliki anak yang saleh dan salihah, kita pun harus menjadi pribadi yang sama.
Berikanlah teladan yang baik kepada anak karena mereka merupakan peniru ulung. Tunjukkan pula kepadanya bahwa apa yang kita lakukan adalah semata-mata karena didasari rasa cinta seorang ibu sebagai bentuk kasih sayang dan kepedulian. Dengan begitu hatinya pasti akan terketuk dan berusaha untuk mendengarkan dan melaksanakan semua kewajiban.
Cinta Sejati Seorang Hamba
Mendampingi anak dengan segala persoalan yang mengiringinya tentu bukan hal yang mudah. Namun sebagai seorang ibu, kita tentu tak boleh menyerah apalagi kalah. Di sinilah pentingnya seorang ibu menuntut ilmu dengan terus belajar dan belajar agar memiliki bekal untuk mendidik anak agar menjadi hamba yang bertakwa. Hal itu sejatinya sebagai bukti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya. Pada akhirnya, anak tersebut nantinya akan tumbuh besar dan dewasa dengan tetap menjadikan aturan agama sebagai satu-satunya pedoman hidupnya.
https://narasipost.com/syiar/01/2024/meraih-cinta-hakiki-menjemput-rida-ilahi/
Hal yang sama juga harus tertanam kuat di benak anak-anak kita. Pahamkan kepadanya bahwa cinta yang ada di hatinya harus diberikan seutuhnya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasa cinta tersebut dibuktikan dengan ketaatan kepada seluruh aturan agama dengan hanya mengharapkan rida-Nya.
Al–Zujaj berkata, ” Cintanya manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah menaati keduanya dan rida terhadap segala perintah dan segala ajaran yang dibawa Rasulullah saw.”
Wallahu a'lam bish-shawwab. []
Orang tua memang harusss menjadi benteng pondasi yang kokoh untuk anak²nya 🙂
Saya pernah berada dalam fase saat anak-anak masih SMA. Ia bilang, ibu teman-temannya pada bangga jika anaknya punya pacar. Merasa anaknya laku. Duh, sedihnya. Menjelaskan kepada anak bahwa perempuan mulia di hadapan Allah adalah yang menjaga kehormatan dirinya dan taat kepada Allah. Pentingnya orangtua mendampingi anak saat gharizah nau mulai muncul apalagi dalam arus liberal saat ini yang mendorong gharizah nau sering bergejolak.
Betul mba. Saya yang sedang menjalaninya. Jadi orang tua zaman sekarang saingan dengan gadget vdan sistem kufur. Benteng akidah menjadi yang terkuat untuk putra-putri kita. Semoga sistem Islam segera tegak agar akidah generasi muda tetap terjaga.
Sangat miris melihat pergaulan saat ini, apalagi sistem (kapitalis) nya sangat mendukung kerusakan tersebut.Hadirnya islam dpt dikatakan sebagai oase di tengah rusaknya pergaulan dan smg Islam dpt bangkit lg menjadi sebuah peradaban dunia. barakallah atas tulisannya mb atien
Sepakat mba. Pergaulan remaja sudah sedemikian memprihatinkan. Dukungan sistem Islam betul-betul dibutuhkan. Tanpa itu, mustahil bagi remaja untuk mengenal agamanya lebih dalam lagi.
Jazakillah Khoir Mom dan Tim NP