Semoga kelak akan lahir bibit-bibit seperti Mom Andrea yang gigih dan memiliki semangat baja dalam membangun media dakwah yang kredibel.
Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Pedang tidak akan dapat meluaskan kekuasaan kecuali ada dalam genggaman raja yang bertempur melawan musuh. Demikianlah ilmu. Tidak akan berpengaruh luas kecuali ada dalam genggaman ahli ilmu yang berdakwah menentang pemikiran menyimpang.“ (Syekh Taqiyuddin)
Sebagai bagian dari Tim Penulis Inti, jujur aku tidak banyak mengetahui hal-hal privat Mom Andrea sebaik sahabat-sahabat di Tim Redaksi. Karena itu, aku akan mengungkapkan pandanganku mengenai Mom Andrea berdasarkan cara beliau me-ri’ayah media NarasiPost.Com (NP). Selama ini yang aku tahu bahwa beliau sangat profesional, gigih, serius, dan konsisten dalam membangun media dakwah. Aku yakin para sahabat di Konapost juga bisa merasakan hal ini.
Jujur, aku merasa beruntung bisa menjadi bagian dari Tim Penulis Inti. Banyak amunisi ilmu literasi yang kuperoleh dari Tim Redaksi maupun dari pemateri lain yang memang berkompeten. Semua sharing ilmu di NP itu gratis bagi siapa pun yang mau mengisi perbekalan perang. Lah, memangnya kita sedang berperang, ya?
Perang Ini Nyata!
Guys, saat ini eranya perang pemikiran digital antara yang hak dan batil. Ujung-ujungnya bermuara para perang ideologi. Revolusi informasi dan konfirmasi zaman ini telah melahirkan peradaban baru yang memengaruhi aksi dan reaksi publik mengenai isu-isu global. Hal inilah yang menyadarkanku bahwa hampir semua media informasi menyampaikan pesan-pesan yang mendukung ideologinya, bahkan sampai berujung pada propaganda.
Aku pernah menulis naskah opini yang membahas tentang penghapusan utang luar negeri melalui skema debt swap. Aku pun mulai berselancar, mencari banyak referensi dari berbagai media yang terjamin kevalidan beritanya. Aku terkejut karena hampir semua “pesan” media seolah mendukung skema debt swap tersebut. Nyaris tak ada satu pun yang menjelaskan bahaya maupun kekurangan dari debt swap.
Dari judul beritanya saja sudah begini, “Bak Durian Runtuh, Utang Indonesia Dihapus Melalui Debt Swap”. Selain itu, narasi beritanya pun seolah-seolah Indonesia begitu beruntung karena utangnya bakal dihapus oleh beberapa negara kapitalis, seperti Amerika, Italia, Australia, dan Jerman. Narasi beritanya ingin memberitahu publik bahwa keempat negara tersebut telah berbaik hati ingin menghapus utang Indonesia.
Padahal, kalau kita telusuri, debt swap ini akan menguntungkan negara kreditur dan justru merugikan Indonesia sebagai negara debitur. Bayangkan saja, utang Indonesia yang sebesar Rp7.236,6 triliun akan dihapus sebesar Rp4,6 triliun, namun ditukar dengan 175 proyek asing yang bergerak di sektor pelayanan publik. Artinya ‘kan, utang Indonesia sebenarnya tidak dihapus, melainkan ditukar komitmen pembayarannya melalui proyek-proyek yang sebenarnya tidak sepadan dengan jumlah utang yang dihapus. Ujung-ujungnya negeri ini hanya menjadi objek pasar bagi negara kapitalis. Pelayanan publik akan diprivatisasi dan tentu saja harganya tidak prorakyat.
Ini, nih! Model informasi yang sengaja memanipulasi dan membodohi umat agar mendukung keputusan debt swap tersebut. Jika dicermati secara mendalam, maka kita akan menemukan bahwa para komunikator media tersebut tampaknya begitu serius dalam memanipulasi fakta. Mulai dari pemilihan judul hingga pemaparan analisis, sepertinya telah dipikirkan dengan matang agar publik setuju dengan keputusan pemerintah.
Di situlah, penulis ideologis hadir di tengah-tengah umat untuk meluruskan dan membongkar kebobrokan yang terselubung di balik bahaya debt swap dan utang luar negeri yang berbasis riba. Tidak hanya itu, penulis ideologis juga memberikan solusi berdasarkan ideologi Islam. Tentu saja, untuk merangkum semua itu menjadi sebuah naskah yang utuh dan terpadu cukup menguras akal.
Namun, jika kita melihat kegigihan para penulis ideologis kapitalisme yang juga tidak tidur untuk menyesatkan umat, seharusnya kita yang yakin akan kebenaran Islam harus lebih gigih dari mereka. Coba bandingkan, mereka hanya mendapat upah yang bersifat fana, sedangkan penulis ideologis mendapat pahala yang abadi. Kurang lebih begitulah gambaran singkat peperangan di kancah media informasi digital saat ini.
Melihat jangkauan media informasi digital yang begitu luas dan instan, para pengusung kapitalisme betul-betul memanfaatkan potensi ini. Media menjadi sumber kekuatan baru untuk memanipulasi dan melakukan penyesatan demi melanggengkan ideologinya. Lihatlah, bagaimana media sekarang sering menjadikan Islam sebagai kambing hitam atas kegagalan kapitalisme dalam mengurus negara dan rakyat. Makanya jangan heran jika NP sering kedatangan tamu yang tak diundang alias para hacker yang ingin mematahkan pedang kritis para penulis ideologis.
Di Balik Ketegasan Mom Andrea
Siapa pun yang memiliki hati yang tulus dan niat yang lurus akan memahami hakikat di balik ketegasan dan “kegarangan” Pemred NP. Beliau memang menginginkan agar Tim Penulis Inti benar-benar menghasilkan naskah yang berkualitas. Namun, mengapa harus berkualitas?
Mulai dari judul hingga khatimah, semua harus sesuai standar NP, yakni sesuai KBBI, EYD, tidak ada tipo, dan lain sebagainya. Pemilihan judul pun harus unik dan eye catching. Jika pihak musuh saja begitu lihai membuat judul berita, maka seharusnya kita juga tidak boleh kalah dalam membuat judul. Selanjutnya, bagian lead ditulis semenarik mungkin, pokoknya bagaimana caranya agar pembaca penasaran dan tak mau berhenti baca.
Penyajian fakta harus valid, dicantumkan sumbernya, dan yang paling penting masih “hangat”. Kemudian, bagian analisis harus tajam karena ia ibarat pedang yang akan mematahkan argumen dari pihak lawan. Analisis yang tajam butuh amunisi ilmu yang juga mapan. Kemahiran menganalisis akan sejalan dengan kesungguhan kita memahami berita. Terakhir, kasih solusi yang fundamental berdasarkan ideologi Islam. Kualitas penyajian solusi akan sejalan dengan banyaknya tsaqofah Islam kita. Pada intinya, aktivitas menulis akan memaksa kita untuk senantiasa belajar dan membaca. Dengan begitu, naskah kita akan berbobot dan punya daya saing.
Demikianlah, pergerakan perang opini harus terancang matang dan tertata, sehingga mampu menebas dengan keras pemikiran sesat pihak musuh. Penulis ideologis hadir untuk memberi peluru dakwah melalui argumen-argumen yang tajam agar mampu mengubah pemikiran umat. Bayangkan jika naskah penulis ideologis semua asal-asalan? Tentu saja, jangankan untuk mematahkan pemikiran kufur, bahkan pihak Tim Editornya saja sudah malas untuk membacanya. Akhirnya, naskah kita tidak memiliki daya tendang di mata musuh. Yang ada, tulisan-tulisan kita hanya dijadikan bahan lucu-lucuan publik.
Sehingga kami memaklumi mengapa Mom sering menegur Tim Penulis Inti jika naskah kami masih ada kesalahan, walaupun itu sepele bagi sebagian orang. Menurutku, itu wajar saja karena memang sejak awal, Mom mendirikan media ini dengan keseriusan. Karena itu, Mom Andrea menginginkan agar kita pun serius dalam menulis. Iya, saking seriusnya ia lupa kalau kami juga manusia yang kadang tak luput dari salah. Hehe...! Eh, tapi, hanya orang bodoh yang jatuh di lubang yang sama. Begitulah, ketegasan Mom Andrea dalam memperhatikan kualitas naskah dari Tim Penulis Inti. Intinya, beliau menginginkan semua berkualitas dari semua sisi.
Ketegasan dan “kegarangan” beliau dalam mengawasi progres kesempurnaan naskah kami, menyadarkanku bahwa menjadi penulis ideologis tidak hanya mengharuskanku kuat berperang data, tetapi juga harus kuat menahan mental. Mental yang kuat akan membuatmu bertahan, begitu pun sebaliknya. Penulis ideologis harus tahan banting, tak boleh baperan jika dikritik. Setuju?
Selain itu, bagi Mom, kejujuran itu lebih penting walau menyakitkan. Memang pada dasarnya beliau memang tipe orang yang blak-blakan kalau berurusan tentang progres NP. Sebenarnya bagi penulis ideologis ini adalah hal positif untuk mengetahui letak kekurangan dan kesalahan kita dalam menghasilkan naskah. Zaman sekarang memang susah untuk menemukan orang yang mau jujur dalam memuji dan mengkritik. Kebanyakan orang memuji di depan, tapi di belakang menusuk. Ini bukan curhat ya…! Tapi begitulah seharusnya kita menyikapi setiap kritikan dari siapa pun.
Mom Andrea: Loyal dalam Dakwah
Islam akan tegak jika kaum muslim mulai loyal dan bersungguh-sungguh terhadap kebenaran. Pun NP tidak mungkin bertahan tanpa adanya sosok yang memiliki loyalitas dan semangat baja dalam dakwah. Mom hadir menjadi batu pondasi penggerak media dakwah dengan pemikirannya yang cemerlang.
Jika membahas dana mungkin semua sudah tahu betapa Mom tidak pernah hitung-hitungan jika untuk dakwah dan demi progres media NP. Tentu saja, pengorbanan, kesungguhan, dan kekonsistenan Mom membangun media NarasiPost.Com bukan tanpa alasan. Sama halnya dengan penulis-penulis ideologis lainnya, semua didasari rasa pedih atas penderitaan kaum muslim di bawah cengkeraman kapitalisme. Tampaknya beliau juga sudah kenyang dengan berita-berita yang mendera kaum muslim, mulai dari derita Palestina, Uighur, Rohingya, dan masih banyak lagi.
Di sela-sela kesibukannya sebagai dokter, ibu, sekaligus seorang Pemred, apakah ia telah mengharamkan waktunya untuk istirahat? Bahkan, walau sedang sakit beliau menyempatkan diri untuk mem-publish naskah-naskah kami di tengah kerapuhan fisiknya. Kadang, saat pagi hitam masih mencekam, sudah berderet link-link naskah yang tayang di grup Konapost. Padahal tadi malam sepertinya ia tidur agak larut karena ada agenda sharing ilmu di Zoom. Sepertinya beliau tidak pernah sedikit pun korupsi terhadap waktu-waktu yang Allah Swt. berikan, walau hanya sekadar untuk beristirahat.
Padahal, sebagai seorang Pemred, tugasnya begitu banyak, mulai dari publish naskah hasil editor, setting header, setting future image, setting tag, setting yoast SEO, setting meta, setting lead, arsip penulis, dan lain sebagainya. Kita tahu bahwa semua itu pasti menguras waktu dan tenaga beliau. Kadang aku berpikir, apakah Mom telah mengharamkan waktunya untuk rehat? Bagaimana bisa dengan usia senjanya ia bisa lebih produktif dari pada saya yang masih muda? Semua pertanyaan-pertanyaan ini berkali-kali muncul di benakku.
Sifat loyal dan berpegang teguh pada prinsip Islam membuat orang yang baru mengenalnya menjadi segan, dan yang telah dekat dengannya akan mencintainya. Begitulah pancaran wibawa Mom Andrea yang telah menempati ruang tersendiri di hatiku. Aku berharap dengan sedikit menggambarkan cara Mom Andrea me-ri’ayah NP, hingga memiliki progres yang gemilang dapat menjadi inspirasi bagi siapa saja yang rindu akan kehidupan Islam. Semoga kelak akan lahir bibit-bibit seperti Mom Andrea yang gigih dan memiliki semangat baja dalam membangun media dakwah yang mempunyai kredibilitas tinggi di mata umat, bahkan dunia.
Kesimpulan
Nah, jika tulisan diibaratkan sebagai peluru dakwah yang mampu menembus ribuan kepala, maka penulis ideologis pantas disebut sebagai prajurit literasi. Sehingga tidak berlebihan rasanya jika Pemred media NarasiPost.Com, Mom Andrea ibarat "Sang Panglima Literasi". Untuk itu, bergerak, bersuaralah, tajamkan pena analisismu, dan ramaikanlah ruang publik dengan opini Islam ideologis.
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS. An-Nahl: 125)
Wallahu a’lam bishawaab. []
Masyaallah, semoga setiap penulis ideologis menjadi seperti prajurit literasi yang terus diasuh oleh kehebatan sang panglima literasi.
MasyaAllah.... kalimat-kalimatnya benar² menjadi pedang prajurit literasi. Ibarat pedang, maka setiap kata-katanya makin tajam membelah dan menusuk jiwa. Melahirkan rasa kagum dan ingin menjadikannya idola. Baik penulisnya maupun yang jadi bahan tulisan.
Ya Allah.... semoga dari kebaikan ini akan lahir berjuta kebaikan yang terus mengalir...
Bagus syekali naskahnya, mbak.
Masyaallah...
Barakallah mbak muthiah
Masya Allah, terasa sekali semangatnya saat membaca naskah ini.
Semoga kita dimampukan Allah untuk menjadi prajurit literasi yang baik.