Mendidik Anak Tanpa Amarah

Mendidik Anak tanpa Amarah

Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang tua yang berhasil mendidik anak tanpa meninggalkan luka pengasuhan.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Mendidik anak tanpa amarah, tampaknya mustahil, tapi bukan berarti tak mungkin. Pernahkah merasa kesal kepada anak? Saat apa yang  kita katakan, mereka abaikan. Saat segala nasihat yang disampaikan, tak mereka dengarkan. Atau saat kita sudah lelah dengan segunung aktivitas harian, lalu anak datang menghampiri dengan segala kerewelannya. Tanpa sadar, kadang kekesalan, kegusaran, dan kelelahan itu memantik amarah yang siap  diledakkan di hadapan anak. Terkadang tanpa sengaja, gertakan, makian, atau bahkan pukulan sering mendarat di tubuh anak. Luka secara fisik mungkin tak seberapa, tapi batin anak diam memendam luka.

Aktivitas mendidik anak memang bukan perkara yang sepele, ini adalah aktivitas yang penuh dengan tantangan dan tanggung jawab. Bagaimana perlakuan kita kepada anak, kelak saat mereka bergelar orang tua, mereka akan meniru cara didikan kita. Saat nanti di hari penghisaban, Allah juga akan meminta pertanggungjawaban tentang bagaimana kita mendidik anak.

Aktivitas mendidik anak, bukan pula perkara yang mudah, tapi juga bukan perkara yang sangat sulit. Semuanya bisa dicukupi dengan ilmu. Ilmu akan membuat kita paham bagaimana memperlakukan anak dengan tepat yang sesuai usia dan perkembangannya.

Selain butuh ilmu, orang tua juga harus membekali dirinya dengan sabar dan istikamah. Mengapa sabar dan istikamah? Ya, tingkah polah anak yang sering di luar ekspektasi dan di luar kendali, membuat kita harus memiliki dua ilmu itu. Sabar menghadapi sikap dan berbagai polah anak serta istikamah untuk terus bersabar menjalani semuanya.

Dunia anak dan dunia kita jauh berbeda. Dunia orang tua penuh dengan serentetan aktivitas yang menunggu untuk segera diselesaikan, sedangkan dunia anak hanyalah bermain, bermain, dan bermain. Orang tua dituntut untuk bisa kreatif memberikan ilmu dan pengetahuan kepada anak lewat belajar sambil bermain.

Stok sabar yang harus kita miliki, bukan main-main. Jika tempat yang paling luas di dunia ini adalah samudra, maka kesabaran kita juga harus seluas samudra. Jika jalan paling panjang adalah usia kita, maka kita harus istikamah sepanjang usia itu.

Orang Tua Wajib Mendidik Anak

Mendidik adalah aktivitas memelihara dan memberikan latihan (ajaran, tuntutan dan pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir. Secara harfiah, mendidik berarti menolong, membuka jalan, dan memudahkan terjadinya perubahan-perubahan dalam tingkah laku anak agar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Seorang bayi yang baru terlahir ke dunia, hanya memiliki sejumlah cara untuk merespons perlakuan orang. Seiring bertambahnya usia, mereka butuh banyak didikan agar mengerti tentang tujuan hidup. Di sinilah peran besar orang tua sangat dibutuhkan. Rasulullah saw. bersabda:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang membuatnya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis di atas mengindikasikan adanya tuntutan yang besar terhadap kedua orang tua dalam mendidik anak. Orang tua adalah institusi pendidikan pertama yang akan memberikan warna dalam hidup anak, apakah putih, hitam, atau warna-warni. Anak ibarat secarik kertas kosong yang siap dilukis apa pun oleh orang tuanya.

Anak akan banyak menyerap informasi, baik dalam bentuk perkataan, sikap, dan perbuatan. Anak yang masih lugu akan banyak meniru bagaimana orang tuanya bertutur kata dan berbuat. Mereka adalah peniru ulung, tepatlah jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Oleh karenanya, orang tua harus berhati-hati dalam bertindak dan bersikap.

Allah Swt. telah menegaskan kewajiban orang tua dalam mendidik anaknya dalam surah At-Tahrim ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا

Artinya: “Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Penjagaan terhadap api neraka adalah dengan mengerjakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian, orang tua wajib mendidik anak mereka dengan Islam. Mereka wajib mengajari anak-anaknya untuk mengenal Allah dan beribadah kepada-Nya.

Saat Amarah Menguasai

Amarah lahir dari ghorizatun baqa’ (naluri mempertahankan diri) yang ada dalam diri manusia. Meski demikian, amarah lebih baik dihindari dan dijauhi. Rasulullah bersabda:

Dari Abu Darda’, ia berkata : Ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepada saya atas suatu amal yang bisa memasukkan saya ke surga,” Rasul menjawab, ”Jangan marah, maka bagimu surga,” (HR. Thabrani)

Begitu luar biasanya amarah, hingga saat kita berhasil menahannya, maka dijanjikan surga. Ada kalanya saat orang tua mendidik anak, ada rasa kesal dan lelah yang berujung pada amarah. Saat ini terjadi, segeralah redam amarah dengan cara duduk, berbaring, atau berwudu.

Pada hakikatnya mendidik anak harus dengan kasih sayang dan kesabaran. Jika kita mendidik mereka dengan amarah, tujuan pendidikan yang diperintahkan Allah tidak akan tercapai karena metode yang salah. Secara fitrah, anak-anak sangat tidak suka jika dimarahi.

Amarah yang sering diluapkan ke anak, juga akan membuat anak tidak nyaman dan merasa terasing berada di tengah-tengah keluarganya. Jika ini terjadi, maka anak bisa memendam luka pengasuhan yang akan berefek negatif pada hidupnya nanti atau anak akan mencari tempat dan pergaulan lain di luar rumah yang membuatnya bisa lebih nyaman. Padahal kita tahu, pergaulan di luaran, sangat bebas dan mengerikan.

Anak adalah Kunci Kebahagiaan

Kehadiran anak dalam sebuah keluarga memberikan kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan makin lengkap saat tangisan pertama mereka hadir di tengah keluarga. Demi anak, orang tua rela melakukan apa saja, walau harus menguras harta dan tenaga. Anak adalah harta paling berharga yang dimiliki orang tua, mereka adalah penerus keturunan, pelanjut cita-cita, penghibur jiwa, pengusir sepi, tempat bergantung di masa tua, alasan untuk bertahan, dan berbagai alasan lain yang menjadikan pentingnya kehadiran anak.

Namun, kebahagiaan ini bisa sirna tatkala orang tua memiliki pola asuh yang salah. Anak yang dididik dengan mengutamakan kehidupan dunia dan materi adalah awal mula segala permasalahan akan terjadi, banyak sekali kita temui hari ini, seorang anak yang lebih mementingkan harta duniawi daripada orang tua.

Jika anak  dididik dengan landasan keimanan kepada Allah, Insyaallah mereka akan tumbuh di jalan yang benar dan iman yang kuat, kelak mereka akan menjadi perhiasan indah yang menyejukkan mata dan hati kedua orang tuanya.

Apalagi saat kita istikamah mendidik anak dengan nilai-nilai Islam dan penuh kesabaran, tentu hasilnya akan jauh lebih maksimal. Anak-anak pun akan merasa senang saat belajar memahami hukum-hukum Allah.

Tip Mendidik Anak Tanpa Amarah

Beberapa tip yang bisa dilakukan agar bisa mendidik anak tanpa amarah, di antaranya:

  1. Sering memberi pujian pada anak. Pujian memiliki kekuatan untuk memberikan kesan kasih sayang terhadap anak. Apa pun yang dilakukan anak. Jika itu benar, maka pujilah atas sikap mereka. Jika itu salah, tetap pujilah mereka karena telah berusaha, dan beri tahu bagaimana yang benar dengan penuh kelembutan. Rasulullah sendiri telah mengajarkan bahwa memuji itu penting. Dengan pujian, motivasi dan semangat anak akan meningkat dan tentu berpengaruh baik bagi psikologisnya.

  2. Menyadari bahwa anak adalah amanah. Anak adalah titipan dari Allah yang kelak akan ditanya bagaimana kita memperlakukan mereka. Apakah kita telah memperlakukan mereka dengan penuh kebaikan atau justru malah menyia-nyiakan mereka.

  3. Pahami bahwa mendidik anak adalah ibadah. Yakinlah bahwa setiap usaha kita untuk mendidik anak, akan dicatat oleh Allah sebagai pahala yang akan menghantarkan kita ke surga.

  4. Senantiasa menambah ilmu. Carilah ilmu parenting tentang bagaimana mendidik anak atau menghadapi anak dalam segala situasi. Dengan ilmu, segalanya akan jauh lebih mudah. Jika kurang dalam berilmu, biasanya emosi yang lebih mendominasi. Rasulullah senantiasa menganjurkan umatnya untuk terus belajar. Sebagai orang tua yang memiliki peran dan tanggung jawab besar terhadap perilaku anak, maka sudah sepatutnya terus belajar.

Mendidik anak tanpa amarah adalah hal yang mungkin dilakukan. Semoga kita bisa menjadi bagian dari orang tua yang berhasil mendidik anak tanpa meninggalkan luka pengasuhan.

Wallahu’alam bi showaab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Wahai Diri, Bermuhasabahlah!
Next
Agar Rumah Tangga Tidak Menjadi Rumah Duka
4 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Semoga kami bisa bersabar menghadapi anak2 ya Allah. Hu hu hu

Arum indah
Arum indah
Reply to  Netty al Kayyisa
6 months ago

Aamiin.. ilmu sabar ini memang luar biasa realiasinya.

Maftucha
Maftucha
6 months ago

Ya Allah mbak kata-katanya makjleb banget, istikamah sepanjang usia hiks jadi pingin nangis

Arum indah
Arum indah
Reply to  Maftucha
6 months ago

Ehehehe.iyaa mbak..

Raras
Raras
6 months ago

Kunci mendidik anak adalah sabar.

Arum indah
Arum indah
Reply to  Raras
6 months ago

Benerr mbaak

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram