Generasi Z Malas Belajar, Bagaimana Peran Guru dan Orang Tua?

Generasi Z malas belajar

Generasi Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi. Oleh karena itu, guru dan orang tua dapat memanfaatkan alat-alat teknologi dalam proses pembelajaran.

Oleh. Firman Fadilah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pandemi COVID-19 telah menghadirkan tantangan besar bagi pendidikan. Meskipun pagebluk mengerikan itu telah berakhir, tapi dampaknya masih bisa dirasakan sampai sekarang, terutama di dunia pendidikan. Salah satu dampak yang dirasakan adalah penurunan motivasi belajar dan generasi Z-lah kelompok yang terpengaruh secara signifikan.

Dunia pendidikan saat ini hampir seluruhnya diisi oleh generasi Z, di mana peserta didik dan pendidiknya kelahiran tahun 1995-an hingga pertengahan 2010-an. Para ahli sering mendefinisikan Gen Z sebagai kelompok yang tumbuh dalam era digital dan teknologi yang cepat. Mereka cenderung lebih terhubung secara digital, memiliki pola konsumsi media yang berbeda dari generasi sebelumnya, memiliki sikap yang unik terhadap pekerjaan, pendidikan, dan lingkungan sosial.

Selama COVID-19 melanda, seluruh kegiatan belajar mengajar dirombak dengan sistem belajar jarak jauh. Wahana yang digunakan pun berubah. Yang semula papan tulis dan proyektor, diganti dengan gawai atau gadget. Para siswa belajar dari rumah masing-masing. Begitu juga dengan guru yang mengajar dari rumah.

Tantangan dan rintangan pun kemudian muncul, terutama masalah jaringan dan kuota internet. Pun tidak semua peserta didik mampu membeli gadget mengingat kondisi ekonomi orang tua yang terbatas. Akan tetapi, pemerintah Indonesia dengan sigap memberikan subsidi dan bantuan kuota untuk para peserta didik supaya tercipta pendidikan yang komprehensif dan berkeadilan.

Para murid tak harus mandi untuk menghadiri meeting. Bahkan, mereka tak wajib pakai seragam. Tenggat waktu pengerjaan tugas pun cukup lama. Alhasil, para murid seolah-olah memiliki banyak waktu untuk mengerjakan tugas, sehingga mereka cenderung menggunakan waktu luang untuk bermain media sosial dan game. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru. Orang tua sibuk dengan urusan pekerjaan, sementara guru hanya bisa mengawasi dari jauh. Hal ini tentu akan menimbulkan sikap liberal dalam belajar. Para murid yang semula tidak diperkenankan menggunakan gawai saat belajar di sekolah, kini sepenuhnya memakai gawai.

Fenomena ini tentu saja menimbulkan dampak. Salah satu dampak utamanya adalah perubahan dalam minat dan motivasi belajar siswa. Beberapa siswa mungkin mengalami penurunan motivasi karena kurangnya interaksi sosial langsung dan tantangan dalam mempertahankan disiplin belajar di lingkungan yang lebih santai dan bebas seperti rumah. Ini dapat menyebabkan penurunan minat dalam pembelajaran karena kurangnya dorongan, pengawasan, dan dukungan dari lingkungan pembelajaran.

Namun, di sisi lain, ada juga siswa yang menemukan keuntungan dalam pembelajaran jarak jauh. Mereka mungkin menemukan bahwa fleksibilitas dalam jadwal belajar mereka memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dengan lebih dalam. Selain itu, akses mudah terhadap berbagai sumber daya online dapat meningkatkan minat mereka dalam topik tertentu yang mungkin tidak tersedia secara langsung di lingkungan sekolah mereka sebelumnya.

Setelah COVID-19 usai, kegiatan belajar mengajar kembali normal, yaitu tatap muka. Penyakit yang dulu ditakuti, kini sudah musnah. Akan tetapi, berbagai masalah pun muncul lagi, salah satunya perubahan sikap siswa dalam menghadapi pembelajaran tatap muka. Situasi di mana siswa menjadi malas belajar di sekolah setelah terbiasa dengan pembelajaran daring tidak jarang terjadi. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah perasaan tidak nyaman dengan kembali ke lingkungan belajar yang konvensional setelah terbiasa dengan fleksibilitas pembelajaran daring, kurangnya motivasi karena perbedaan pendekatan pembelajaran antara dua konteks tersebut, serta kebiasaan belajar yang mungkin telah terbentuk selama pembelajaran daring yang tidak mudah diubah.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan pendekatan yang holistik dan inklusif. Sekolah harus menciptakan lingkungan belajar yang menarik dan interaktif, memfasilitasi kolaborasi antarsiswa dan interaksi sosial yang sehat, serta memperkenalkan elemen-elemen pembelajaran yang menarik dan bervariasi untuk mempertahankan minat siswa. Selain itu, pendekatan komunikatif yang terbuka antara guru, siswa, dan orang tua juga penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan yang dialami siswa dalam proses adaptasi kembali ke pembelajaran di sekolah.

Peran Guru dan Orang Tua

Guru dan orang tua adalah dua elemen penting dalam membentuk semangat belajar murid. Perlunya revitalisasi motivasi agar murid kembali semangat belajar. Guru bertanggung jawab atas penyampaian materi pelajaran secara efektif dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung. Sementara itu, orang tua memiliki peran penting dalam memberikan dukungan secara emosional kepada anak-anak mereka di luar lingkungan sekolah. Orang tua dapat membantu membentuk kebiasaan belajar yang baik dengan membantu mengatur jadwal, memberikan dorongan positif, dan mengenalkan anak-anak pada berbagai kesempatan belajar di lingkungan sekitar.

https://narasipost.com/opini/02/2021/islam-lindungi-generasi-z-dari-liberalisme/

Dengan kerja sama antara guru dan orang tua, murid dapat merasa didukung dan termotivasi untuk kembali meraih potensi belajar mereka sepenuhnya.

Berikut adalah adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam meningkatkan minat dan belajar siswa generasi Z:

  1. Kenali Minat dan Kebutuhan Individu. Setiap peserta didik itu unik. Mereka memiliki minat dan bakatnya sendiri. Seorang anak yang tidak pandai dalam pelajaran matematika, bukan berarti langsung timbul justifikasi bahwa anak itu bodoh. Tidak menutup kemungkinan kalau minat dan bakatnya ada pada pelajaran lain. Misalnya olah raga atau seni. Guru dan orang tua perlu mengenal siswa secara individu untuk memahami minat, bakat, dan kebutuhan belajar mereka. Ini sangat krusial untuk penyusunan strategi pembelajaran yang lebih sesuai dan menarik bagi setiap siswa. Apabila siswa didorong untuk mendalami minatnya, bisa dipastikan semangat belajarnya akan tumbuh.

  2. Gunakan Teknologi Secara Kreatif. Generasi Z adalah generasi yang tumbuh dengan teknologi. Oleh karena itu, guru dan orang tua dapat memanfaatkan alat-alat teknologi dalam proses pembelajaran. Menggunakan aplikasi, permainan edukatif, dan platform daring yang interaktif dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi siswa. Akan tetapi, perlu juga jadwal yang membatasi kapan mereka harus bermain teknologi dan kapan waku berinteraksi dengan rekan dan lingkungan sosial.
  3. Kolaborasi dan Interaksi. Komunikasi adalah unsur penting untuk membangun kolaborasi antarsiswa dan interaksi sosial yang positif. Aktivitas kelompok, proyek bersama, dan diskusi dapat membantu siswa merasa lebih terlibat dalam pembelajaran dan membangun keterampilan sosial yang penting. Dalam hal ini, siswa memiliki kesempatan untuk menyuarakan pilihannya dalam cara mereka belajar dan mengeksplorasi minat dan bakat. Memiliki beragam opsi dalam pembelajaran dapat meningkatkan rasa memiliki, tanggung jawa, dan motivasi belajar siswa. Guru dan orang tua perlu menjaga saluran komunikasi yang terbuka dengan siswa untuk mendengarkan dan merespons kebutuhan serta keprihatinan mereka terkait pembelajaran. Hal ini memungkinkan identifikasi hambatan dan solusi yang tepat untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
  4. Berikan Dukungan dan Dorongan. Guru dan orang tua itu layaknya sebuah jembatan yang menghubungkan anak didik mencapai cita-citanya. Untuk itu, perlu memberikan dukungan penuh dan dorongan kepada siswa untuk mengatasi tantangan dan men-support potensi mereka. Pujian dan pengakuan atas prestasi siswa juga layak diberikan untuk sekecil apa pun kemajuan yang mereka raih.

Khatimah

Kunci majunya sebuah negara ada pada generasi penerusnya dan di setiap generasi pasti ada tantangannya masing-masing. Dengan kiat membangun kembali minat belajar generasi Z, menciptakan Indonesia emas tidaklah mustahil karena pendidikan adalah salah satu kunci untuk memastikan kemajuan Indonesia ke depannya. Dengan memberikan perhatian pada motivasi dan dukungan bagi generasi Z dalam hal pendidikan, bangsa ini dapat menciptakan fondasi yang kuat bagi masa depan yang lebih cerah.

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim: 2699)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Firman Fadilah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pentingnya Adab Sebelum Ilmu
Next
The Real of Hunger Games
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Senengnya belajar membaca status medsos. He he

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram