Menjaga Pola yang Telah Terajut

Menjaga pola yang telah terajut

Selama Ramadan, kita dilatih untuk memintal benang keimanan, merajut ketaatan, dan menjadikannya sebuah penghambaan yang indah untuk dipersembahkan kepada Allah.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ramadan telah berlalu meninggalkan kita, membawa serta keberkahan juga keutamaannya. Di kala Ramadan pergi, berakhirlah pula ganjaran berlipat ganda yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang mengisinya dengan ibadah dalam keikhlasan. Akan tetapi, berakhirnya Ramadan bukan alasan untuk kita berhenti beribadah. Malah sudah seharusnya kita menjadi lebih rajin dalam menjalankan ibadah agar segala amalan yang telah kita lakukan di bulan suci tidak sia-sia.

Rasulullah mengajarkan umatnya untuk senantiasa istikamah setelah Ramadan. Sebagaimana kita bersemangat dalam beramal saleh di bulan Ramadan, seharusnya semangat itu kita jaga untuk terus menyala setelah Ramadan usai. Layaknya ketika kita berusaha sekuat tenaga menjaga diri kita senantiasa on the track kebaikan selama Ramadan, sudah semestinya pula kita berusaha demikian setelah Ramadan. Seperti ketika kita selalu termotivasi menjaga diri kita untuk terus menaati syariat Allah selama bulan suci, seperti itu pula seharusnya kita memotivasi diri kita selama sebelas bulan berikutnya.

Menjaga Akal Sehat

Seperti yang kita ketahui, Ramadan adalah bulan karantina, yang Allah sediakan untuk orang-orang yang beriman. Selama Ramadan, kita dilatih oleh Allah untuk memintal benang keimanan, merajut ketaatan, dan menjadikannya sebuah penghambaan yang indah untuk dipersembahkan kepada Allah. Pola kedisiplinan dalam kesalehan inilah yang harus dijaga dengan bingkai keistikamahan setelah masa pelatihan berakhir hingga Allah menghendaki kita menemuinya lagi di tahun mendatang.

Allah pun telah mengingatkan kita untuk terus istikamah dan menjaga apa yang telah kita lalui dari amalan-amalan kebaikan selama Ramadan. Firman-Nya dalam surah An-Nahl ayat 92, "Dan janganlah kamu seperti perempuan yang menguraikan benang yang telah ia pintal dengan kuat, sehingga menjadi cerai berai kembali."

Dengan ayat di atas, Allah menjadikan permisalan kepada orang-orang yang ketika memasuki Ramadan ia menjalaninya dengan kedisiplinan dalam ketaatan, menghabiskan waktunya mendekatkan diri kepada Allah, namun tatkala Ramadan berlalu, ia kembali menjadi manusia yang lalai, tak menjaga kebaikannya yang telah lalu, bahkan abai dengan syariat Islam. Seperti halnya wanita yang telah dengan susah payahnya memintal benang dan merajutnya menjadi kain yang indah, namun pada akhirnya ia urai kembali benang itu hingga hancur berantakan tak berpola.

Tentu permisalan ini adalah tamparan sekaligus peringatan keras dari Allah. Adakah manusia waras, yang sehat akalnya dengan sadar mengurai dan merusak apa-apa yang telah ia kerjakan dengan penuh perjuangan dan kesabaran? Tentu tidak ada manusia yang akan melakukan itu, kecuali mereka yang memang akalnya perlu diuji kesehatannya.

Syariat Terberat

Menjaga amalan yang telah terajut adalah sebuah perkara yang tidak mudah. Menurut Imam Ibnu Rajab Al-Hambali, dalam kitabnya Jami’ul-‘Ulum wal-Hik menyebutkan, "Istikamah adalah setia menapaki jalan yang lurus, yaitu agama yang sahih, dengan tanpa membelok ke kanan atau ke kiri atau menyimpang dari jalan itu. Istikamah mencakup melaksanakan semua ketaatan lahir maupun batin dan meninggalkan semua perkara yang dilarang oleh Allah. Wasiat ini mencakup seluruh syariat Islam.”

Dengan demikian istikamah adalah melaksanakan ketaatan sebagaimana yang Allah perintahkan dengan tanpa melewati berlebihan, tanpa mengikuti hawa-nafsu. Allah berfirman dalam surah Hud ayat 112,
"Maka teruslah kamu berada pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu juga orang-orang yang telah bertobat bersamamu. Dan janganlah kalian menjadi orang-orang yang melampaui batas. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kalian kerjakan."

Dijelaskan dalam Taisîr Al-Karîm Ar-Rahman hlm. 390, kalimat "Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, yaitu beristikamahlah kamu, seperti yang diperintahkan kepadamu di dalam Al-Qur'an, berakidahlah dengan akidah yang benar, beramal salehlah kamu dan jauhilah kebatilan tanpa melenceng ke kiri dan ke kanan dan teruslah dalam kondisi demikian itu sampai kamu diwafatkan oleh Allah. Juga dengan orang-orang yang telah bertobat bersama kamu, yaitu para sahabat Nabi dan kaum mukmin, supaya kamu memperoleh balasan yang baik kelak di hari Perhitungan."

Ayat di atas juga disebutkan oleh Rasulullah sebagai ayat perintah yang paling berat untuk dilaksanakan. Sebagaimana disampaikan oleh Ibnu Abbas r.a., yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi no. 3297, "Tidaklah ada satu ayat pun yang lebih berat dan lebih susah yang diturunkan kepada Rasulullah daripada ayat ini. Oleh sebab itu, tatkala beliau ditanya, ‘Betapa cepat engkau beruban’, Rasulullah berkata kepadanya, ‘Yang telah membuatku cepat beruban adalah surat Hud dan surat-surat yang semisalnya."

https://narasipost.com/syiar/04/2024/ramadan-momentum-emas-raih-kesuksesan/

Begitulah, ternyata banyak orang gagal bukan saat Ramadan bertandang, melainkan saat Ramadan telah melenggang. Ada banyak orang yang puasa di bulan Ramadan, rajin salat berjemaah, tadarus Al-Qur'an hingga mengkhatamkan berkali-kali, berdakwah, qiamulail, semangat dalam bersedekah, dan ketaatan lainnya, namun setelah Ramadan pergi, mereka pun kehilangan gairah terhadap amalan-amalan tersebut. Begitu sulitnya menjaga pola yang telah kita rajut selama bulan Ramadan lalu, bahkan baru satu bulan berlalu kesyahduan dan kelezatan beribadah yang dibawanya telah hilang entah ke mana.

Tip Istikamah Setelah Ramadan

  1. Berdoa
    Doa adalah senjata orang beriman, maka mintalah kepada Allah dengan doa-doa yang kita panjatkan. Salah satu doa paling utama yang diperintahkan untuk membacanya bahkan sampai 17 kali dalam sehari, adalah disebutkan dalam surah Al-Fatihah ayat 6,

{ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰ⁠طَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ }

"Tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus."

  1. Menuntut Ilmu
    Seperti diketahui ilmu adalah cahaya, dengan ilmu manusia akan mengetahui hakikat penciptaannya, sehingga akan menunjukkan kepadanya jalan mana yang Allah kehendaki dan yang sebaliknya. Islam sendiri mewajibkan umatnya laki-laki maupun perempuan, tua ataupun muda, untuk terus menuntut ilmu, lebih-lebih ilmu agama. Bahkan Allah berfirman mengangkat derajat orang yang beriman dan yang berilmu, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Mujadilah ayat 11.

  2. Berdakwah
    Berdakwah adalah menyeru manusia untuk senantiasa memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, menaati semua aturan-Nya, dan memperjuangkan agama-Nya hingga dapat diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Orang-orang yang menyeru manusia untuk kembali kepada aturan Allah adalah orang-orang yang paling baik, sebagaimana yang telah Allah sebutkan dalam surah Fussilat ayat 33, "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada mereka yang menyeru kepada Allah dan melaksanakan kebaikan seraya berkata, “Sesungguhnya, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?”

  3. Berteman dengan orang saleh
    Seperti yang telah diketahui, bahwa pengaruh teman sangatlah besar. Untuk itu jika kita ingin menjadi orang-orang yang istikamah di dalam kebenaran, berteman dengan orang saleh adalah cara yang tak bisa dihindari. Bagaimana mungkin kita akan istikamah dalam kebaikan, jika teman akrab kita -yang senantiasa kita habiskan waktu bersamanya- adalah orang-orang yang jauh dari jalan ketaatan? Tentu akan sulit, jika pun kita tidak mengikuti keburukan mereka, minimal kita akan menganggapnya biasa, sedang orang yang mendiamkan dan melazimkan kemungkaran termasuk setan bisu. Imam An-Nawawi di dalam Syarah Shohih Muslim menyebutkan bahwa Imam Abu Ali Ad-Daqqooq An- Naisaburi Asy-Syafi’i pernah berkata, “Mereka yang berdiam diri dari menyuarakan kebenaran, maka ia adalah 'syaitan akhras' yaitu setan yang bisu dari golongan manusia. Sedangkan mereka penyeru kebatilan adalah setan yang berbicara”
    Wallahu a'lam bishshawab.
    []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Terbelenggu Cinta
Next
KIP-K dan Mahalnya Pendidikan dalam Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
6 months ago

Betul, istikamah itu sebuah kata yang sederhana tapi berat untuk diaplikasikan. Semoga kita semua istikamah dalam menjalankan ketaatan.

Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Doakan saya ya akak solihah semua agar bisa istikamah di jalan dakwah.

novianti
novianti
6 months ago

Salah satu tanda keberhasilan puasa adalah pasca Ramadan semakin taat. Karena memang itu tujuan berpuasa sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surah Al-Baqoroh. Semoga kita tetap istikomah dengan semua amalan yang sudah kita biasakan selama Ramadan. Aamiiiin ya Allah.

Siti Komariah
Siti Komariah
6 months ago

Semoga kita bisa istikamah merajut ketakwaan kepada Allah sampai kepada Ramadan selanjutnya. Aamiin

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
6 months ago

Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk selalu istikamah di jalan-Nya. Aamiin

Bedoon Essem
Bedoon Essem
6 months ago

Istikamah Setelah Ramadan

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram