Mengembalikan Zuhud yang Tercerabut

Mengembalikan zuhud yang tercerabut

Zuhud itu bukanlah berarti mengharamkan yang halal, menyia-nyiakan harta, tetapi lebih meyakini apa yang ada di tangan Allah, bukan manusia.

Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Istilah crazy rich saat ini tidak menjadi hal yang asing. Fenomena gaya hidup crazy rich yang sering pamer harta, menambah makin gemerlapnya hidup orang kaya di mata manusia. Mereka menganggap pencapaian harta atau materi adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan dan jika perlu dipamerkan. Namun, dalam alam kapitalis hal ini dianggap wajar, karena memang standar keberhasilan diukur dari banyaknya pundi-pundi harta. Mereka akan merasa puas dan bangga ketika bisa pamer harta. Padahal, menumpuk-numpuk harta dalam Islam tidak dibenarkan. Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Humazah ayat 1-3 yang artinya:

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia (manusia) mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya.”

Mengenal Zuhud

Oleh karena itu, dalam Islam ada Istilah zuhud. Sebuah istilah yang menurut bahasa adalah berpaling dari sesuatu, karena menganggapnya remeh dan tidak bernilai. Jadi zuhud terhadap dunia adalah berpalingnya hati dari kecintaan yang berlebihan kepada dunia, karena mengerti hakikat dunia yang tidak bernilai, dan juga tidak memberi kemuliaan yang abadi. Zuhud terletak pada cara seseorang memandang dunia, yang mana Allah telah memperingatkan dalam QS. An-Nisa ayat 77 yang artinya:

“Katakanlah kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya meskipun sedikit.”

Oleh karena itu, kita harus memahami bahwa bersikap zuhud pada dunia adalah sebuah keharusan karena Allah yang memerintahkan, agar kita tidak berpaling dari akhirat yang lebih kekal hanya untuk dunia yang sementara. Jangan menjadikan dunia seolah-olah adalah segala-galanya, sehingga waktu dan pikiran habis untuknya. Sehingga suka dan duka kita bergantung pada pencapaian materi dunia.

Bahkan Rasulullah juga telah memperingatkan kepada umatnya untuk bersikap zuhud. Sebagaimana hadis dari Abul Abbas Sahl bin Saad ia berkata: “Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku satu amalan jika aku mengamalkannya maka aku akan dicintai Allah dan dicintai manusia. Rasulullah bersabda: “Zuhudlah terhadap dunia niscaya engkau dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya engkau akan dicintai manusia.” (HR. Ibnu Majah).

Maka pilihan paling indah dan selamat dalam hidup adalah bersifat zuhud pada dunia yang membuat kita akan hidup bersahaja, lebih dekat dengan kehidupan Rasulullah, para sahabat, dan para wali Allah di sepanjang masa. Kita memilih berzuhud bukan karena keterpaksaan bukan karena putus asa terhadap mimpi-mimpi kesuksesan, bukan karena minder menghadapi kompetisi dunia, bukan pula terpaksa. Bukan itu. Karena jika seperti itu, maka kelak kalau Allah bukakan pintu kekayaan, maka akan lupa dengan zuhudnya. Sering terjadi orang kaya baru atau crazy rich gayanya sering berlebihan daripada mereka yang sudah menjadi orang kaya terlebih dulu. Hal ini terjadi karena jauhnya sikap zuhud dalam dirinya dan diperparah oleh gaya hidup yang terjadi dalam sistem rusak kapitalisme saat ini.

Prinsip Hidup

Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam menjadikan zuhud sebagai prinsip hidup. Karena kita tahu betapa hakikat dunia sangat kecil dan tidak berguna dibanding akhirat. Sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya: “Demi Allah tidaklah dunia dibandingkan akhirat, kecuali seperti salah seorang di antara kalian mencelupkan jarinya ke dalam sungai maka lihatlah apa yang ia bawa dengan jarinya itu, itulah dunia.” (HR. Muslim).

Maka zuhud bukan untuk siapa-siapa, tetapi untuk kita. Zuhud tidak lebih dari sekadar tipe hemat, tidak pamer, tidak sombong, karena zuhud bukan keputusan akibat kemiskinan, sementara hati masih berangan-angan terhadap kekayaan. Kita butuh zuhud agar hati makin lapang, agar Allah melihat kita dengan penuh kecintaan, agar kita tidak terhina di hadapan manusia lantaran wajah kita yang tampak keduniaan.

Di antara pengertian zuhud ada satu pemahaman mendalam tentang zuhud yang bisa kita jadikan prinsip hidup. Zuhud yang dijelaskan oleh Al Hasan bin Ali atau dalam literatur lain disampaikan oleh Abu Muslim Al-Khaulani, bahwa zuhud itu bukanlah berarti mengharamkan yang halal, dan menyia-nyiakan harta, tetapi zuhud adalah ketika lebih meyakini apa yang di tangan Allah, daripada apa yang ditangan manusia. Apabila musibah menimpa, maka pahala atas musibah itu lebih disukai daripada musibah itu diangkat.

Sementara itu Ibnu Qayyim mengatakan bahwa pengertian zuhud ada tiga kaidah yakni:

Pertama, tidak mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dengan menyia-nyiakan harta, artinya apabila sumber-sumber rezeki itu Allah alirkan kepadanya ia menerimanya dengan sikap terbaik. Mengambil yang memang haknya, mengeluarkan yang bukan haknya, sembari ia terus mengawasi diri agar tidak berlebihan dalam menikmati yang mubah.

Kedua, meyakini bahwa ketetapan dan kehendak Allah lebih pasti berlaku pada setiap manusia. Dunia bisa diambil oleh Allah dalam sekejap. Meyakini bahwa dunia itu bisa kapan saja dicabut sebagaimana rumput yang tumbuh di atas pasir.

Ketiga, jika mendapat musibah atau ujian ia lebih menyukai pahala yang dijanjikan atas ujian tersebut daripada musibah itu cepat-cepat diangkat agar bisa meraih pahala kesabaran atas ujian tersebut. Sehingga berharap pahala ujian itu mengalir untuknya terus-menerus selama ujian itu belum diangkat oleh Allah. Demikian juga sebaliknya, ketika ia mendapatkan nikmat dia tidak akan mudah pamer dan jemawa.

Oleh karena itu, orang yang bersikap zuhud pada dunia akan merasakan manisnya iman yang ada di dalam hatinya. Sehingga tidak heran mereka akan tampil menjadi sosok-sosok bersahaja yang berharap dicintai Allah, dicintai malaikat-malaikat penghuni langit, dan disukai manusia-manusia di dunia. Oleh karenanya sikap zuhud butuh ilmu tingkat tinggi untuk mengelola hati. Sudah saatnya kita berusaha mengembalikan zuhud yang tercerabut, dengan mendakwahkan Islam secara masif ke tengah-tengah umat.

Wallahu’alam bi shawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
isty Daiyah Kontributor NarasiPost.Com & Penulis Jejak Karya Impian
Previous
Ilusi Kesejahteraan Buruh dalam Sistem Kapitalisme
Next
Ancaman Kematian dari Perubahan Iklim
2 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
6 months ago

Masyaallah, itulah luar biasanya Islam. Meski banyak harta, Islam tak menganjurkan bermegah-megahan dan pamer harta. Karena tujuan hidup adalah akhirat, bukan dunia.

Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Baarakallahu fiik mb isty. Mengingatkan kita semua agar tak bermegah2 dengan kehidupan dunia. Meski kalo kita mah apa yang mau di buat bermegah2? He he he

Zulfikar
Zulfikar
6 months ago

Zuhud ilmu tingkat tinggi pengelolah keinginan

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
6 months ago

Masyaallah barakallah naskah mb Isty selalu bergizi. Semoga selalu zuhud urusan dunia namun memperbesar amal urusan dunia. Aamiin

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
Reply to  Mimy muthmainnah
6 months ago

RALAT : Namun memperbesar urusan AKHIRAT. Aamiin

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
6 months ago

Indahnya Islam mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa mendapatkan rida Allah

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
6 months ago

Alhamdulillah, terimakasih tim NP yang menjadikan naskahnya makin sip.

Novianti
Novianti
6 months ago

Zuhud bukan karena miskin tapi sebuah prinsip agar tidak menjadikan suka duka pada dunia. MasyaaAllah, tulisan.pengingat diri.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
Reply to  Novianti
6 months ago

Betul mbak...juga pengingat bagi penulisnya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram