Besar harapan saya anak-anak di lingkungan tempat tinggal saya juga menyukai buku. Berkumpul membaca buku di taman baca setelah pulang sekolah.
Oleh. Wiwik Hayaali
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam sebuah komunitas, manusia akan dihadapkan dengan dua pilihan, memberi warna atau diwarnai. Di mana pun kita berada pasti akan dipertemukan dengan orang-orang dan lingkungan yang baru. Siapa pun yang datang dan pergi dalam kehidupan kita, sedikit banyak akan membawa pengaruh ataupun perubahan pada diri kita.
Masuk dalam dunia anak-anak adalah salah satu hal yang saya sukai. Dan ketika harus melepasnya, saya merasa ada sesuatu yang hilang. Kenangan bersama mereka membuat saya merasakan beragam emosi. Saya sangat bersyukur bisa berinteraksi dengan mereka selama sembilan tahun. Melalui mereka saya belajar banyak hal. Bahkan, bisa dikatakan mereka adalah guru kecil saya.
Ketika diri memutuskan menjadi ibu rumah tangga dan tinggal di lingkungan yang baru, saya sadar sepenuhnya, ke depannya akan ada banyak hal yang berubah. Salah satunya adalah rutinitas harian saya. Yang biasanya pagi hingga sore berada di sekolah menjadi full 24 jam di rumah. Saya tidak mau menjadi ibu yang biasa saja. Keputusan saya membersamai anak di rumah harus membawa hal positif bagi anak dan lingkungan sekitar.
Setiap pagi setelah anak mandi dan sarapan, saya mengajaknya bermain di halaman rumah. Alat permainan edukatif dibuat dari bahan alam dan barang-barang bekas. Awalnya, hanya kami berdua yang bermain, beberapa hari setelahnya beberapa anak tetangga ikut bermain bersama. Anak saya tampak bahagia bermain dengan teman-temannya.
Beberapa hari bersama, sedikit banyak membuat saya memahami pola komunikasi dan kebiasaan dari anak-anak di lingkungan yang baru saja saya tempati. Cukup terkejut ketika mereka berbicara menggunakan kata-kata kasar di usia dini. Beberapa anak ketika buang air kecil langsung dikeluarkan di halaman atau di jalan tanpa bersuci. Bahkan ada di antara mereka yang dikeluarkan sambil berdiri. Menarik celana teman pun menjadi hal yang dianggap biasa. Dan masih banyak lagi kejutan-kejutan lain yang saya dapatkan.
Saya sadar sepenuhnya, anak-anak adalah peniru ulung, perekam cepat, dan pembelajar sejati. Ketika melihat sesuatu yang berbeda, anak saya akan bertanya banyak hal.
“Bunda, kenapa Mbak A pipis di jalan? Kok, Mas B pipisnya sambil berdiri? Kenapa habis pipis gak cebok? Bunda, A*U itu apa? Bunda, gobl*k itu apa?” Dan masih banyak pertanyaan lain yang keluar dari bibir mungilnya.
https://narasipost.com/challenge-true-story/08/2023/perfecto-numero-uno/
Kegiatan harian dan interaksi bersama anak-anak di lingkungan baru pun saya ceritakan ke suami. Jujur, saya sempat khawatir lingkungan baru ini akan memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak saya.
“Mau tidak mau kita tetap harus berinteraksi dengan lingkungan sekitar, Bun. Tidak mungkin kita mengisolasi diri. Adek juga butuh teman untuk belajar berinteraksi. Pilihannya ada dua, kita mau diwarnai atau mewarnai” Respons suami saya ketika mendengar keluh kesah istrinya saat itu.
Setelah berdiskusi dengan suami, kami memutuskan untuk membuka kelompok belajar di rumah. Bermain sambil belajar, kami selipkan tentang adab, tentang agama, tentang kebersihan, dan lain-lain. Sayangnya kelompok belajar itu tidak bertahan lama. Setelah hamil anak kedua dan melahirkan, kelompok belajar terpaksa harus ditutup. Sedang suami harus fokus menjemput nafkah, malam hari baru pulang.
Beberapa bulan berselang, saya mulai aktif di dunia literasi. Beberapa kelas menulis saya ikuti hingga sekarang. Saya punya keinginan membuka taman baca agar ada tempat bagi anak-anak melihat dunia dari buku. Saya mulai menabung untuk membeli buku. Saya juga menulis cerita-cerita anak yang dibukukan. Besar harapan saya anak-anak mencintai buku. Anak-anak bertambah wawasan tentang agama dan ilmu pengetahuan melalui buku. Anak-anak mengenal Allah dan Rasulnya melalui buku.
Mulai dari membiasakan membaca buku cerita sebelum tidur, berkisah atau mendongeng ketika mengajarkan anak tentang hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan, bermain di rumah diselipkan membacakan buku cerita bergambar, atas izin Allah anak-anak saya sekarang makin menyukai buku. Besar harapan saya anak-anak di lingkungan tempat tinggal saya juga menyukai buku. Berkumpul membaca buku di taman baca setelah pulang sekolah. Membangun komunitas positif untuk anak-anak. Insyaallah.
Ketika ke musala, setelah salat dan mengaji saya keluarkan buku-buku yang dibawa dari rumah. Ada yang tampak cuek melihat buku. Ada juga yang penasaran dengan buku dan membacanya. Ketika ada anak yang bermain ke rumah, saya sodorkan buku-buku yang ada di rak. Saya bacakan untuk mereka yang belum bisa membaca. Saya pamerkan pada mereka buku tulisan saya. Bukan untuk sombong ya, itu salah satu upaya saya agar mereka menyukai buku dan dunia menulis. Kadang, anak saya pun membawa buku ketika bermain ke rumah temannya. Katanya mau dipinjamkan ke teman bukunya.
Bismillah, pelan-pelan buku-buku anak makin bertambah banyak. Bertahap, banyak anak akan menyukai buku. Lingkungan dan komunitas ramah anak akan terwujud. Taman baca untuk anak-anak bisa terwujud. Insyaallah. Semoga Allah ridai.
Demak, 5 April 2024[]
buuk keren bgt maa syaa Allah
Masyaallah, semoga semua harapan dan niat baiknya terkabul, mbak. Barakallah
Waafiiki barakallah
Aamiin Aamiin Allahuma Aamiin
Suwun Mbak Sartinah
Yassarallah umurokum wa barakallahu fiik. Aaamiin
Aamiin Aamiin Allahuma Aamiin
Suwun Mbak Firda
Amiin ya Rabb aku juga punya cita-cita yang sama kak hanya saja masih terhalang biaya. Kita saling mendoakan ka
Sama, Kak.
Bismillah, pelan2 InsyaAllah bisa.
Peluk jauh Kak Mahyra
Semangat mbak. Semoga dimudahkan. Aamiin
Aamiin Aamiin Allahuma Aamiin
Suwun Mbak Irma
Aamiiin ya Allah. Project akhirat yang menjadi pahala jariyah. InsyaaAllah
Aamiin Aamiin Allahuma Aamiin
Suwun Kak Novi