Perubahan Tatanan Global, Solusi untuk Kecemasan Massal

Perubahan Tatanan Global

Persoalan kecemasan tidak bisa selesai dengan solusi lokal dan sektoral. Perlu perubahan pada tatanan global dengan mencampakkan kapitalisme.

Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Banyak manusia saat ini terjangkiti perasaan cemas bahkan sampai berlebihan. Menurut WHO, dari 301 juta penderita gangguan mental, 58 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja sebagai penderita kecemasan berlebihan atau anxiety disorder. Data Kemenkes RI menunjukkan bahwa gangguan kecemasan berada pada peringkat 2 dari 10 penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia pada rentang 1990 sampai 2017.

Apa kecemasan itu? Kecemasan berbeda dengan kesedihan. Kesedihan adalah perasaan karena peristiwa yang sudah terjadi. Biasanya sedih terhadap yang luput dari genggaman atau kehilangan seseorang maupun benda. Bisa juga karena kegagalan memperoleh apa yang diinginkan. Sedang kecemasan adalah kekhawatiran terhadap masa datang. Pikiran dipenuhi asumsi-asumsi atau fakta negatif, lalu berlanjut membayangkan kejadian buruk yang akan terjadi.

Jika kita selisik, begitu banyak sumber kecemasan hari ini. Mulai dari impitan ekonomi, persoalan rumah tangga, berbagai kejahatan yang mengerikan. Jika ditulis satu per satu, daftarnya akan sangat panjang.

Ragam Kecemasan

Menurut Abdullah Ibn Hussain, ada dua jenis kecemasan:

Pertama, timbul dikarenakan ujian ketaatan dalam agama.

Jenis pertama, cemas karena mengingat dosa-dosanya, sering lalai, menyadari belum optimal menunaikan kewajiban. Hati yang tidak tenang menyaksikan kehormatan umat Islam diinjak-injak seperti yang terjadi di Palestina. Hampir dua miliar umat Islam yang tersebar di negara-negara muslim seolah tidak ada artinya. Genosida di Palestina masih terus terjadi.

Kecemasan jenis pertama ini menunjukkan alarm iman yang sehat dan dapat menggugurkan dosa serta menambah pahala. Malah apabila seorang muslim merasa baik-baik saja saat melihat kemaksiatan dan kezaliman yang nyata, menunjukkan ada persoalan dalam keimanannya, bisa jadi hatinya mati. Ia tidak hirau dengan musibah yang menimpa agama dan umat Islam.

Kedua, timbul karena ujian dunia.

Jenis kedua karena ujian dunia dalam bentuk kelaparan, sakit, kerugian harta, dan perkara dunia lainnya. Jika bersabar dalam menghadapi itu semua akan meraih pahala. Hati lapang meski ujian bertubi-tubi datang. Tetapi jika ujian tersebut tidak disikapi dengan kesabaran, kegelisahan akan terus mendera. Bahkan, bisa menuntunnya pada perbuatan yang Allah haramkan.

Kecemasan yang bersumber dari keimanan tidak akan membawa pada sikap putus asa meski sebesar apa pun ujiannya. Sedangkan yang bersumber dari persoalan dunia, jika diiringi dengan istigfar, keikhlasan, bertobat, dan terus berharap pahala dari Allah, hati tetap tenang. Sedangkan tidak sabar terhadap ujian sembari berprasangka buruk kepada Allah, dilarang dalam Islam.

Akar Masalah

Perasaan cemas adalah emosi yang wajar ada pada setiap orang sebagai respons terhadap suatu kondisi tertentu. Bahkan, rasa cemas itu diperlukan agar manusia terdorong melakukan hal yang lebih baik. Misal, cemas dengan kehidupan umat yang jauh dari Islam mendorong semangat dakwah untuk melakukan perubahan.

Tetapi, ada yang juga kecemasan yang berlanjut ke tahap putus asa karena pikiran buntu dan sudah kehilangan harapan. Saat ini memang sulit menghindari kecemasan, sumbernya ada di mana-mana. Kecemasan terjadi pada semua level ekonomi, tingkat pendidikan, dan kedudukan tanpa memandang jenis kelamin. Sudah separah itu tingkat kecemasan saat ini yang jumlahnya terus meningkat sejak 2020. Ini bisa berlanjut ke gangguan kesehatan mental. WHO menyebut hampir 1 miliar orang menderita gangguan kesehatan mental. Situasi yang menggambarkan bahwa kehidupan manusia ada pada fase kritis.

Ibnu Al-Qayyim berkata berpaling dari Allah, terpaut kepada selain-Nya, dan lalai mengingat-Nya merupakan penyebab kecemasan. Tidak ada yang lebih menyengsarakan dan melelahkan selain ketergantungan hati kepada selain Allah. Namun, ini terjadi bukan disebabkan lemahnya iman individu semata. Lingkungan juga menjadi teror yang menyerang kewarasan seseorang tanpa ampun.

Siapa yang tidak cemas ketika harga berbagai kebutuhan terus merangkak naik, biaya pendidikan makin tinggi, tidak ada jaminan bisa berobat, dan kekerasan terjadi di mana-mana. Mau bekerja sekeras apa pun dari pagi hingga malam, banyak yang berpenghasilan ngos-ngosan karena dihajar kenaikan inflasi. Diperparah lagi oleh pusaran gaya hidup liberal yang membangkitkan nafsu konsumtif.

Semua sumber kecemasan tersebut tidak dalam kendali individu melainkan otoritas negara. Negara yang seharusnya bertanggung jawab menjaga kestabilan harga, menjamin pelayanan pendidikan dan kesehatan, dan memberikan perlindungan kepada warganya agar terjaga akal, agama, harta, bahkan nyawa.

Namun, negara powerless untuk menjalankan kewajibannya akibat menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Sistem yang menyusahkan rakyat karena para kapital telah mencaplok semua potensi pemasukan negara untuk melayani rakyatnya. Akhirnya, rakyat tidak lebih sebatas objek yang dimanfaatkan para kapital. Sedang bagi penguasa, hubungannya dengan rakyat bersifat sebatas transaksional.

Agar Hidup Tenang

Kecemasan ibarat kerikil yang bisa menggembosi keimanan. Rasulullah saw. memohon perlindungan dari tujuh keadaan, termasuk di antaranya kecemasan. “Ya Allah, hamba berlindung kepada-Mu dari kecemasan, kesedihan, lemah jiwa, kemalasan, kebodohan, bakhil, banyak utang, dan dari genggaman orang lain.”

Doa ini bermakna bahwa penguasa seharusnya mampu membebaskan rakyatnya dari semua keadaan tersebut. Untuk itulah, Allah memberikan template bernegara yang sudah dicontohkan Rasulullah dan para khalifah sesudahnya yaitu menerapkan sistem Islam secara kaffah.

Ibnu Qayyim berpendapat ada tiga prinsip kebahagiaan yang masing-masing memiliki kebalikan dan saling berlawanan. Barang siapa yang kehilangan satu prinsip, akan mendapat bagian kebalikannya. Ketiga yang berlawanan tersebut adalah tauhid lawannya syirik, sunah lawannya bidah, taat lawannya adalah maksiat.

Prinsip tauhid mengajarkan bahwa keyakinan kepada Allah wajib diikuti dengan keyakinan kepada ajaran-Nya yaitu syariat Islam yang sempurna. Tidak ada hukum yang diterapkan kecuali hukum Allah sebagaimana dalam surah Al-Maidah ayat 50 ,”Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Tatkala negara menerapkan hukum Islam, rakyat betul-betul merasakan kehadiran negara. Hubungan penguasa dengan rakyat bagaikan ayah dengan anak. Penguasa mengerahkan segenap upaya agar rakyat sejahtera, keadilan tercipta, dan kebahagiaan terwujud nyata. Masyarakat tenang karena tidak hanya kebutuhan fisik, tetapi kebutuhan fitrahnya juga terpenuhi. Bukan berarti tidak ada masalah, setiap persoalan dihadapi dengan sikap optimis karena selalu bersandar pada Allah dan pasti ada solusinya dalam Islam.

Persoalan kecemasan tidak bisa selesai dengan solusi lokal dan sektoral. Perlu perubahan pada tatanan global dengan menyampakkan sistem sekuler kapitalisme sebagai biang keladinya.Tidak ada sistem yang sempurna kecuali sistem Islam.

Kondisi saat ini sangat relevan dengan peringatan Allah dalam surah Thaha ayat 124 yang sudah disampaikan lebih dari 1400 tahun yang lalu ,”Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit…". Dengan kata lain, selama bertahan dengan sistem sekuler kapitalisme, kecemasan akan terus membayangi kehidupan manusia.

Wallahu a'lam bishawaab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Novianti Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Luka Tak Berdarah
Next
Perubahan Itu Niscaya
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Dalam sistem sekuler, rasa cemas memang kerap muncul di dalam kehidupan masyarakat.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
7 months ago

Kecemasan akan teratasi hanya bersandar kepada aqidah Islam yang akan mampu menangani masalah kehidupan

Novianti
Novianti
Reply to  Dewi Kusuma
7 months ago

Betul. Saat iman kuat, apa pun ujiannya terasa ringan. Tanggung jawab menguatkn iman itu lah yang saat ini hanya berkutat pada individu. Sememtara justru berada pada arah yang berlawanan. Negara melawan individu, pastilah individu yang lemah.

Mahyra senja
7 months ago

Rasa cemas berlebihan bisa jadi depresi semoga kita tidak terjangkit cemas berlebihan

Novianti
Novianti
Reply to  Mahyra senja
7 months ago

Depresi jadi momok menakutkan saat ini karena sumber potensinya di mana-mana.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram