Romantika dalam biduk rumah tangga bisa ditingkatkan dengan melakukan ibadah bersama sehingga dapat membangun atmosfer yang indah
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Setiap manusia yang menikah pasti menginginkan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Dan kehidupan rumah tangga akan selalu dihiasi dengan kebahagiaan, apabila pasangan suami istri menjadikan Islam sebagai pedoman dalam kehidupan. Inilah konsep dasar yang harus dipahami oleh setiap pasangan suami istri.
Kebahagiaan dalam dunia pernikahan, tak cukup hanya dengan terpenuhinya kebutuhan fisik dan materiel seperti sandang, pangan, papan semata, yang tak dimungkiri ini memang hal penting. Akan tetapi, ada hal yang juga tak kalah penting yang sering terlupakan dalam rumah tangga, yakni ketenteraman hati, yaitu sebuah kedekatan emosional serta ruhiyah keimanan. Hal inilah yang akan menjadi nutrisi utama dalam rumah tangga untuk menghadirkan romantika terindah yang senantiasa didamba oleh pasangan suami istri.
Romantika merupakan bagian dari kehidupan rumah tangga, dan menjadi aspek penting dalam hubungan suami istri. Akan tetapi, indahnya kehidupan rumah tangga dalam Islam, bukanlah yang sering digambarkan seperti romansa kehidupan ala kafir Barat yang penuh kemaksiatan. Rasulullah sebagai teladan agung telah mencontohkan betapa indahnya kehidupan rumah tangga beliau. Tak jarang beliau melakukan hal-hal yang romantis terhadap istri-istri beliau, yang seharusnya menjadi teladan setiap suami istri yang menginginkan kebahagiaan.
Romantika ala Rumah Tangga Rasulullah
Rasulullah, tak hanya sebagai seorang Rasul utusan Allah, selain sebagai pemimpin negara, beliau juga seorang pemimpin rumah tangga. Dengan segala kesibukan dan tanggung jawab yang beliau emban, nyatanya beliau mampu menjadi sosok suami yang sangat peka terhadap kebutuhan emosional istri-istrinya. Beliau mampu menyelami bahwa setiap wanita pada dasarnya ingin memperoleh rasa aman dan nyaman, diberi perhatian yang lebih saat suaminya sedang berada di dekatnya, seperti sentuhan sayang, ataupun didengarkan ketika ia berbicara.
Rasulullah senantiasa menjalin kedekatan dengan penuh kasih sayang, mesra, dan penuh perhatian terhadap istri-istrinya. Karena dengan begitu, kedekatan akan menguatkan cinta kasih yang terjalin indah antara suami istri, sehingga akan mudah menggapai visi misi pernikahan.
Dalam sebuah hadis riwayat Abu Dawud No. 2135, Al Hakim di Al-Mustadrak no. 2760, kita bisa mengambil pelajaran betapa indahnya pergaulan Rasulullah dengan para istrinya, berikut ini, Aisyah berkata, “Rasulullah tidak pernah mendahulukan sebagian istri di atas sebagian yang lain dari istri-istri beliau dalam hal jatah menginap, beliau selalu mengelilingi kami seluruhnya satu persatu, dan sangat jarang sekali beliau tidak melakukan demikian. Beliau pun mendekat kepada kami, mencium dan mencumbui, setiap istri tanpa menggaulinya kecuali pada istri yang mendapatkan jatah menginapnya, lalu beliau menginap di tempat istrinya tersebut.”
Ada beberapa contoh perlakuan manis Rasulullah terhadap istri-istri beliau, di antaranya,
- Sering Mencium Istri
Banyak hadis yang mengisahkan bahwa Rasulullah sering mencium istrinya, bahkan dilakukan meski beliau sedang berpuasa. Hal ini menggambarkan betapa cinta kepada pasangan itu butuh diekspresikan tak hanya sekadar kata-kata. Dalam hadis riwayat Imam Bukhari No. 1927 dan Imam Muslim No. 1106 dikatakan, "Rasulullah mencium dan mencumbui istrinya meski beliau dalam keadaan puasa. Beliau adalah orang yang paling mampu menahan kebutuhan (syahwat)nya."
- Tidur Satu Selimut
Suami dan istri disunahkan tidur bersama dalam satu selimut. Tindakan ini akan menciptakan kehangatan, kenyamanan, rasa aman, dan tenteram dalam pernikahan. Rasulullah dan Aisyah pun sering tidur dalam satu selimut. Sebagaimana dikisahkan oleh Sayidah Aisyah dalam hadis riwayat Abu Dawud no. 227, Bukhari no. 288, Muslim no. 454, Ahmad no. 24442, dan Ibnu Majah no. 626, berikut, “Dahulu Rasulullah meletakkan kepalanya di pangkuanku, beliau kemudian membaca Al-Qur'an, padahal aku sedang dalam keadaan haid.”
- Mandi Bersama Istri
Mandi bersama sering dilakukan oleh Rasulullah dan istrinya, Aisyah. Tindakan ini sangat efektif untuk membangun kedekatan emosional yang lebih intim bagi suami-istri. Sayidah Aisyah kembali mengisahkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari no. 253 dan Imam Muslim no. 484, Imam Ibnu Hibban no. 1118, “Dahulu aku dan Rasulullah mandi jinabat bersama dengan air dari satu bejana, di situ tangan kami bergantian mengambil air dan bersentuhan.”
- Istri Menyisiri Rambut dan Suami Menyuapi Istri
Tindakan-tindakan kecil seperti ini kadang dapat menciptakan suasana yang intim dan membangkitkan kasih sayang. Hal ini pun dilakukan oleh Rasulullah bersama istrinya. Sayidah Aisyah berkata dalam hadis riwayat Imam Bukhari no. 286 dan Imam Muslim no. 710, “Dahulu aku sering menyisir rambut Rasulullah, sementara aku dalam keadaan haid.”
Rasulullah adalah sebaik-baik teladan, segala yang beliau lakukan dalam kehidupan adalah contoh terbaik untuk umatnya karena berdasarkan kenabian. Begitulah dengan hal-hal romantis yang beliau contohkan kepada kita tentang bagaimana menciptakan keharmonisan, menumbuhkan cinta, serta menciptakan kebahagiaan, bagi kehidupan suami istri dalam Islam. Sebagai seorang muslim, tentunya kita harus meneladani apa yang beliau lakukan termasuk bagaimana menciptakan keluarga yang harmonis nan romantis, serta ideologis.
Berorientasi Jannah
Rasa cinta yang mendalam kepada pasangan seharusnya didasari atas cinta kepada Sang Pemilik Hamba, yaitu Allah Subhanahu Wata'ala. Karena Dialah yang menciptakan rasa cinta di dalam dada setiap hamba. Sudah seharusnya setiap hamba, yang menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan mengarungi bahtera rumah tangga menggantungkan cinta dan harapannya kepada Allah semata. Dengan demikian rumah tangga yang dibangun akan kuat dan kukuh, tak mudah diombang-ambingkan oleh badai ujian yang menerpa, itulah rumah tangga bervisi surga. Karena Allah berfirman dalam surah Maryam ayat 63, "Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang senantiasa bertakwa.”
Memang tak mudah mewujudkan cita-cita agung ini. Butuh kerja sama dan kolaborasi yang apik antara suami dan istri. Mereka harus menyelaraskan rasa dan pemahaman mereka, saling pengertian, paham akan kedudukan, hak dan kewajiban, serta peran masing-masing. Seorang suami yang paham kedudukannya sebagai qawwam atau pemimpin keluarga, ia wajib mencari nafkah yang halal bagi keluarga, melindungi, dan menjaga mereka. Juga seorang istri yang memahami perannya sebagai partner suami, manajer rumah tangga, yang menjaga stabilitas domestik rumah tangganya, ia menjadi ibu dan madrasah bagi anak-anaknya, penyejuk hati suami, pelipur di kala duka.
Keluarga yang bervisi surga, adalah keluarga yang menjadikan segala hal dalam rumah tangga sebagai ibadah. Di sinilah perlunya menghadirkan kesadaran dalam keluarga bahwa pernikahan merupakan wujud manifestasi cinta karena Allah. Dengan kesadaran ini, akan lahir senyuman yang menenteramkan hati, perhatian yang menenangkan, juga kasih sayang yang terjalin indah. Dengan begitu romantika akan muncul.
Sehingga kebahagiaan tak lagi hanya bayangan, baiti jannati dapat dinikmati. Jadikan setiap aktivitas sebagai sarana mengharap rida Allah. Saling mencintai, menyayangi, melayani, menyenangkan, karena Allah. Setiap sentuhan cinta, panggilan sayang, godaan, cumbuan, semua itu niatkan karena mengharap rahmat Allah. Begitu pun dengan setiap kata-kata manis, komunikasi yang timbal balik, nasihat, amar makruf nahi mungkar, mengalir syahdu karena mengharap pahala dari Allah.
Selain itu, perlunya bagi pasangan suami-istri untuk melakukan hal-hal yang dapat me-refresh cinta dan romantika mereka. Jika dikatakan cinta ada jika ada getaran dalam dada, maka hal itu bisa terus diupayakan dengan berusaha senantiasa berpenampilan menarik, bersih, dan rapi, di hadapan pasangan. Godaan, rayuan, pun dapat dilakukan agar gairah rumah tangga tetap berkobar. Begitu pula, melakukan ibadah berjemaah bersama pasangan. Ibadah bersama yang dilakukan oleh suami istri akan meningkatkan romantika dalam biduk rumah tangga. Karena sesungguhnya keimanan seorang suami itu ada pada istrinya, begitu pula keimanan istri tergantung keimanan suami.
Pasangan suami istri sudah seharusnya saling memotivasi dalam hal ketaatan, saling melengkapi dalam hal ketakwaan, dan saling mencegah dari segala kekufuran. Dari sinilah benih-benih cinta penumbuh romantika akan tumbuh dan berkembang. Sungguh Allah telah berfirman dalam surah At-Tahrim ayat 6, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari panasnya api neraka"
Perlukah Diumbar?
Di zaman serba digital seperti sekarang ini, segala macam tingkah polah manusia seakan tanpa hijab alias serba terbuka. Semua di-upload, diunggah hingga viral dan menjadi konsumsi publik, termasuk keromantisan pasangan. Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?
Dalam Islam, meski boleh berlaku mesra antara suami istri di tempat umum, namun harus diingat bahwa ada adab-adab sebagai seorang muslim yang harus dijaga, yaitu menghindari khawarim al-muru’ah atau segala perbuatan yang dapat menjatuhkan martabat dan kehormatan seseorang. Rasulullah pun melarang keras umatnya menjatuhkan kehormatannya dan mengajarkan untuk senantiasa berakhlak mulia.
https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/bersamamu-mengukir-asa-hingga-ke-janah-nya/
Selain itu, bukankah Rasulullah senantiasa mengajarkan umatnya untuk mempunyai rasa malu? Bahkan dalam sebuah hadis Rasulullah menyebutkan bahwa malu adalah sebagian dari iman? Siapa saja yang mengaku mengimani Allah dan Rasulullah, maka hendaknya ia memiliki rasa malu. Dari Abu Hurairah, dalam sebuah hadis riwayat Imam Ahmad, Imam Muslim dan lainnya, Rasulullah bersabda, “Iman itu memiliki tujuh puluh cabang. Adalah rasa malu salah satu dari cabang iman itu".
Begitu pula, tak jarang mempertontonkan kemesraan pada kehidupan umum berupa unggahan foto ataupun video, menjadi penyebab orang lain hasad hingga terjadilah penyakit 'ain, serta mendorong orang lain melakukan maksiat. Untuk itu, bijaklah dalam bermedia sosial, tak semua hal harus diunggah, cukup menjadi rahasia keluargamu, maka itu akan lebih berkah. Lebih-lebih jika kemesraan yang dilakukan hanya untuk konten demi kepentingan komersial, sungguh sesuatu yang tak beradab. Nauzubillah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
meskipun suami istri boleh romantis, namun ada adab-adab yang tetap harus di jaga. barakallah untuk penulis