“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR.Bukhar)
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku dan Aktivis Dakwah)
NarasiPost.Com-Kamis pagi ini seperti biasa aku sibuk beres-beres rumah, masak, dan mencuci pakaian. Pukul sepuluh lebih lima belas menit, si bungsu yang baru berusia 1,5 bulan terbangun dari tidurnya. "Oeek…oeek…Oekk…!!" dia menangis minta menyusu. Aku pun langsung menyusuinya. Sesaat kemudian kuambil HP dan kuperiksa pesan-pesan masuk di whatsapp. Lalu membuka facebook. Dan ternyata berandaku sudah ramai oleh kabar meninggalnya seorang ulama besar asal Madinah, Syeikh Ali Jaber. Beliau wafat saat masih menjalani perawatan di RS Yarsi, Cempaka Putih, Jakarta, akibat terinfeksi Covid-19.
Innalillahi wa innailahi raaji'uun…..Ada duka yang langsung menggelayuti hatiku. Satu lagi sosok ulama berpulang kepada penciptanya. Kehilangan sudah pasti, karena beliau adalah sosok ulama yang lurus di tengah-tengah umat. Akan tetapi kuyakin, kepergiannya adalah pertemuan indahnya dengan Sang Pemilik Jiwa. Ajal telah menjemputnya dan memisahkannya dengan dunia. Menutup lembaran hidup di alam fana, dan memasuki gerbang kehidupan baru yang abadi.
Dan dari kepergiannya aku semakin tersadar bahwasanya kematian amat dekat. Tak bisa ditawar ketika tiba saatnya. Dan yang terpenting, tak ada yang tahu kapan kematian itu akan datang. Yang jelas, kedatangannya adalah pasti.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." [Ali Imran:185].
Sudahkah Cukup Bekal Kita untuk Berpulang?
Manusia diciptakan oleh Allah Swt untuk beribadah kepadaNya. Maka, dunia hanyalah tempat persinggahan, tempat kita mengumpulkan bekal untuk pulang ke kampung akhirat kelak.
Hanya amal salih yang kelak akan menjadi penolong kita di akhirat. Bukan harta, jabatan, apalagi popularitas. Kelak semua itu akan hilang, terkubur bersama jasad kita yang telah kehilangan nyawa.
Lantas, masihkah kita bersantai ria menimkati hidup yang sebentar ini? Padahal ajal senantiasa mengintai di setiap hela nafas kita.
Allah Swt berfirman:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاَقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al Jumu’ah:8]
Dari Syeikh Ali Jaber kita patut berkaca. Sosoknya amat luar biasa di hadapan Rabbnya. Betapa tidak, beliau habiskan hidupnya untuk berdakwah di jalan Allah. Bahkan karena dakwahnya, pernah ada yang ingin mencoba membunuhnya dengan menusukkan sebilah pisau kepadanya saat sedang berceramah di atas panggung beberapa waktu lalu. Meski akhirnya kasusnya menguap saat sang pelaku diklaim sakit jiwa dan Syeikh Ali Jaber pun memaafkannya.
Kedekatannya dengan Allah pun membuat hatinya teramat lembut. Aku ingat, ketika Syeikh Ali Jaber menjadi juri dalam kontes anak-anak penghafal Al-Quran, beliau tak segan mencium tangan anak-anak itu dan mengusap kepalanya. Sungguh, baginya derajat seseorang yang dekat dengan Al-Qur'an adalah lebih tinggi dan mulia di hadapan Allah meski masih anak kecil.
Masyallah betapa agung sosoknya. Kini ulama hanif itu telah wafat, dan sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Saw bahwa ketika ada ulama yang wafat, maka ilmu terangkat. Betapa tidak, ulama adalah pewaris para Nabi. Dari lisannya lah mengalir kalimat-kalimat hikmah dan seruan-seruan taat.
Maka sangat patut kita bersedih atas wafatnya seorang ulama. Berarti telah berkurang satu sosok yang menyeru pada kebenaran dan ketaatan.
Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.“ (HR.Bukhar)
Oleh karena itu, kita layak terinspirasi dari sosoknya. Yakni menjadi hamba Allah yang berkontribusi untuk Islam, tak hanya mensalihkan diri sendiri. Tetapi juga ikut berjuang membumikan ajaran Islam ke tengah-tengah umat. Semoga maksimalisasi amalan yang kita lakukan selama di dunia akan mampu menjadikan kita layak menjadi penghuni surga-Nya. Aamiin…
Rasulullah SAW bersabda, “Kematian ulama adalah musibah yang tak tergantikan, sebuah kebocoran yang tidak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagiku daripada meninggalnya satu orang ulama.”(HR. Al-Baihaqi)[]