Kini, kejayaan Kesultanan Islam Pattani Darussalam memang tinggal bait-bait kenangan dalam catatan sejarah masa lampau.
Oleh. Rosmiati
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam edisi kali ini. Kita akan jalan-jalan ke negeri Thailand bagian selatan. Di sana hidup komunitas muslim sejak dari ratusan tahun silam. Ya, meskipun negeri Gajah Putih ini mayoritas penduduknya adalah beragama Buddha.
Namun, tak berarti tak ada agama lain yang bernaung di sana. Islam, walaupun jumlahnya sedikit. Namun, menjadi yang terbanyak kedua di sana. Dan siapa sangka Islam yang hari ini terpinggirkan di Thailand, dahulu berpuluh tahun silam pernah menjadi sebuah penguasa di semenanjung Melayu.
Lalu bagaimana kehidupan muslim di sana saat ini khususnya pada bulan puasa? Baik. Sebelum membahas kebiasaan penduduk Muslim Thailand Selatan dalam menyambut bulan suci Ramadan.
Ada baiknya kita ulik terlebih dahulu sejarah berkembangnya Islam di negeri Siam ini. Agar dapat menjadi buah informasi bagi kita semua. Terutama bagi generasi hari ini. Yang mulai abai dengan sejarah.
Sejarah Muslim Pattani
Adapun terkait sejarah masuknya Islam di Thailand Selatan sebagaimana yang dilansir dari media Republika.co.id (18/11/2023). Islam masuk ke Thailand dibawa oleh pedagang Arab dan India pada abad ke-10 atau ke-11 M.
Pendapat lain mengatakan bahwa Kerajaan Samudera Pasai juga berkontribusi dalam upaya penyebaran Islam di tanah ini.
Di samping itu, ada pula teori yang mengatakan bahwa jauh sebelum kerajaan Thailand berdiri. Islam sudah masuk, yakni tepatnya pada abad ke-9. Hal ini dikuatkan dengan ditemukannya sebuah lukisan kuno di Ayutthaya yang mana lukisan tersebut menggambarkan keberadaan Muslim Arab.
Wujud kejayaan Islam di Thailand Selatan juga dibuktikan dengan berdirinya Kesultanan Melayu Pattani yang menjadi sebuah kerajaan Islam berdaulat yang kemudian dikenal dengan sebutan Kesultanan Pattani Darusalam. Yang meliputi wilayah Pattani, Yala, Narathiwat, dan Songkhla. Tak hanya itu, wilayah paling utara Malaysia saat ini seperti Kelantan, Kedah, Perlis, dan Terengganu. Dahulu menjadi basis dari wilayah kekuasaan Kesultanan Pattani.
Dahulu, Pattani cukup maju dalam urusan perdagangan. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kota dan pelabuhan kesultanan yang tak pernah sepi dari aktivitas bongkar muat komoditas perdagangan baik dari kapal-kapal Asia maupun Eropa.
Tak hanya itu, Kesultanan Pattani juga sempat menjadi salah satu pusat pengembangan Islam di tanah Melayu. Sampai-sampai Pattani mendapat julukan "Cermin Makkah" saking banyaknya pelajar dan ulama yang dicetaknya.
Sayang, masa kejayaan itu harus berakhir kala tentara Kerajaan Siam Muangtai (Thailand) menyerang Kesultanan Pattani. Peristiwa kelam tersebut telah merenggut banyak korban. Laki-laki, perempuan, tua, muda, bahkan anak-anak disiksa tak pandang bulu. Bahkan pilunya, mereka ini dibaringkan di tanah lapang. Lalu diinjak-injak oleh gajah putih milik tentara Muangtai.
Tak ayal, dari 90 ribu penduduk muslim Pattani 15 ribu akhirnya mengungsi. Dan sebanyak 4 ribu warga yang tak berhasil melarikan diri menjadi tawanan tentara Thailand. Mereka ini dibawa ke Bangkok. Di sana mereka dijadikan pekerja paksa. Membangun apa-apa yang dibutuhkan pemerintah salah satunya menggali terusan sungai.
Tak sampai di situ, kebengisan tentara Muangtai ini juga telah menghilangkan jejak kebesaran Islam di Pattani. Mereka membakar sejumlah masjid yang menjadi bukti kemashuran Islam di tanah ini.
Sejak peristiwa kelam ini, secara perlahan Kesultanan Islam di Thailand Selatan berangsur sirna sampai saat ini. Sebetulnya, selepas peristiwa berdarah itu para pemimpin yang dipilih oleh pemerintah Thailand untuk memerintah Pattani selalu berusaha memberontak dan ingin memisahkan diri. Mereka ingin kembali hidup di bawah pengaruh Islam sebagaimana dahulu kala.
Sayangnya, perjuangan mereka sangat mudah dipatahkan oleh rezim pemerintah Thailand. Hingga saat ini aktivitas muslim di Thailand Selatan masih terus diawasi. Namun, Alhamdulillah masyarakat setempat masih leluasa dalam beribadah puasa.
Tradisi Berbuka Puasa
Kini, kejayaan Kesultanan Islam Pattani Darussalam memang tinggal bait-bait kenangan dalam catatan sejarah masa lampau. Namun, masyarakat muslim masih kita temui di sana.
Di bulan Ramadan seperti saat ini, mereka tak ubahnya muslim di tanah air dan wilayah lainnya yang menjalankan ibadah puasa dan salat malam seperti Tarawih dan Witir. Bahkan sebagaimana yang beredar di media sosial. Suasana Tarawih di salah satu masjid di wilayah Pattani sangat ramai. Bahkan jemaah sampai salat di halaman masjid. Masyaallah Tabarakallah.
Lalu, bagaimana dengan suasana berbuka di sana? Ini juga tak ubahnya dengan kita di tanah air. Warga Muslim di sana juga kerap berburu jajanan berbuka puasa. Di Pattani setiap Ramadan dibuka bazar. Di sini aneka makanan khas berbuka ala muslim Thailand Selatan dijual.
Bahkan uniknya, ada menu buka puasa yang mirip dengan kita di tanah air. Yakni, bubur kacang hijau dan kolak pisang. Yang dalam istilah penduduk setempat adalah siro pisang. Hanya bedanya, siro pisang ini tak menggunakan santan. Sementara bahan lainnya sama.
Selain itu, dalam tradisi berbuka puasa penduduk muslim Pattani juga tak luput dari hidangan Thai tea yakni teh khas Thailand.
Dan terakhir, dalam menanti waktu berbuka tiba. Masjid-masjid diramaikan dengan jemaah yang duduk melingkar mengkaji kitab apa saja sembari menunggu waktu berbuka. Lalu, dilanjutkan dengan buka bersama.
*
Alhamdulillah, penduduk muslim Pattani memiliki nasib yang selangkah lebih beruntung dari saudara mereka muslim Rohingnya. Mereka masih bisa menjalankan ritual ibadah dengan baik. Walau harus diawasi oleh otoritas terkait.
Semoga kaum muslim di negeri minoritas dan di mana pun berada senantiasa mendapat perlindungan dari Allah Swt. sampai pada waktunya tiba, mereka meraih kembali kejayaan sebagaimana dahulu kala. Aamiin Allahumma Aamiin.
Alhamdulillah menambah wawasan nih keren naskahnya