Real Food dan Bahaya UPF

Real food

Real food bukanlah suatu hal yang delusional, bahkan ini menjadi salah satu alternatif untuk mengubah gaya hidup agar menjadi lebih sehat.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Apakah Sobat pernah mendengar kata real food? Jika ada real food, lalu apakah ada fake food? Barangkali tak sedikit di antara kita yang merasa asing dengan istilah real food. Apalagi di tengah kondisi dominasi makanan-makanan instan dan ekstra olahan seperti hari ini, keberadaan real food kian tersisihkan, padahal real food memiliki banyak gizi dan manfaat yang sangat dibutuhkan tubuh manusia.

Real food kaya akan serat, vitamin, mineral, zat besi, magnesium, dan lain sebagainya. Minimnya konsumsi terhadap real food dalam jangka panjang, akan memicu terjadinya malanutrisi dalam tubuh yang berujung pada timbulnya penyakit-penyakit kronis. Oleh karena itu, slogan-slogan kembali pada real food sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam menjalani pola hidup sehat.

Real food diartikan sebagai makanan yang hanya memiliki satu komposisi, tidak melalui proses pengolahan panjang, tidak mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi kesehatan, dan wujudnya hampir menyerupai bentuk aslinya. Semakin minim proses pengolahan suatu makanan, maka nilai gizinya akan semakin baik. Prinsipnya adalah kesederhanaan dalam pengolahan makanan. Real food terdiri dari buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, rempah, rimpang, ikan, ayam, daging, dan lain sebagainya.

Ultra Processed Food

Makanan prosesan atau Ultra Processed Food (UPF) adalah makanan-makanan yang telah diproses serta ditambah dengan zat aditif seperti pewarna buatan, pengawet, pemanis buatan, gula, garam, perisa buatan, lemak, dan lain sebagainya. (Jawapost.com  21/8/2023)

UPF telah melewati serangkaian proses panjang yang menjadikan makanan ini sangat jauh dari bentuk aslinya. Biasanya UPF juga ditambahkan dengan bahan pangan lain seperti tepung-tepungan. Contoh UPF seperti sosis, nugget, mie instan, jajanan kemasan, biskuit, dan lain sebagainya. Sosis sebagai makanan yang sering dianggap sehat, kenyataannya adalah salah satu bagian dari UPF yang banyak digemari anak-anak.

Berikut ini adalah komposisi dari salah satu brand sosis yang terkenal mahal: daging sapi, air, isolat protein kedelai, minyak olein kelapa sawit, hidrolisat protein kedelai, air es, pati tapioka termodifikasi, bumbu frankfurter (mengandung antioksidan asam askorbat), selongsong sosis, ekstrak ragi, dan pengawet natrium nitrit. Faktanya, sosis juga tidak lepas dengan berbagai zat-zat tambahan yang berbahaya bagi tubuh.

Bahaya UPF

UPF memang menjadi pilihan yang sangat memudahkan. Namun, tahukah kita? Di balik kemudahan yang ditawarkan, terdapat berbagai risiko yang mengancam kesehatan.

Harvard Health Publishing merilis artikel kesehatan berjudul “Eating More Ultra Processed Food May Shorten Life Span”, dituliskan dalam artikel tersebut:  the researchers found a direct statistical connection between higher intake of ultra processed food and a higher risk of early death from all causes, especially cancers and cardiovascular disease. (www.health.harvard.edu)

Dalam jurnal kesehatan National Library of Medicine yang berjudul “Ultra Processed Foods Are Not Real Food, but Really Affect Your Health juga dituliskan: Poor eating habits, such as the increasing consumption of highly processed products, have deleterious effects on health status and represent a serious challenge for public health system. (www.ncbi.nlm.nih.gov)

Studi lain juga mengatakan hal yang senada, jurnal yang diterbitkan oleh American Journal  of Preventive Medicine menyatakan bahwa mengonsumsi UPF memberikan kontribusi sebesar 10% kematian di rentang usia 30 hingga 69 tahun. Jurnal yang diterbitkan oleh Neurology mengatakan bahwa mengonsumsi UPF akan meningkatkan risiko terkena demensia.

Hasil dari berbagai jurnal di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa UPF dapat berakibat fatal pada kesehatan dalam jangka panjang.

Back to Real Food

Back to real food bukanlah suatu hal yang delusional, bahkan ini menjadi salah satu alternatif untuk mengubah gaya hidup agar menjadi lebih sehat. Tidak perlu ada hal yang ditakutkan dan dikhawatirkan ketika kita mencoba fokus kepada real food. Kita tidak harus bingung mau makan apa, karena alam ini telah diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, Allah berfirman dalam surah As-Sajadah ayat 27:

اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَسُوْقُ الْمَاۤءَ اِلَى الْاَرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهٖ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ اَنْعَامُهُمْ وَاَنْفُسُهُمْۗ اَفَلَا يُبْصِرُوْنَ               

Artinya : “Dan tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami mengarahkan (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan (dengan air hujan itu) tanam-tanaman sehingga hewan-hewan ternak mereka dan mereka sendiri dapat makan darinya. Maka mengapa mereka tidak memperhatikan?”

Allah telah menciptakan berbagai tumbuhan dan hewan di dunia ini untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan manusia.

Perhatikanlah bagaimana kehebatan Allah dalam menciptakan berbagai kandungan real food pada contoh di bawah ini:

1. Alpukat mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin K. Vitamin B, vitamin E, dan serat.
2. Bayam mengandung kalsium, potasium, magnesium, vitamin C, vitamin B, dan iron.
3. Ikan kembung mengandung omega 3, lemak, protein, dan zat besi. Bahkan leear beberapa penelitian, ikan kembung memiliki gizi yang hampir sama dengan ikan salmon yang jauh lebih mahal.
4. Kacang kedelai mengandung protein, lemak, serat, kalsium, dan zat besi.
5. Kunyit mengandung fosfor, kalium, magnesium, kalsium, vitamin C, dan zat besi.

Ini hanya sebagian contoh dari banyaknya real food yang diciptakan Allah. Mengonsumsi real food dengan pengolahan yang sederhana, jauh lebih bergizi daripada UPF. Sup ayam jauh lebih sehat daripada sosis ayam, pepes ikan kembung jauh lebih sehat daripada nugget sapi, makan stroberi langsung juga jauh lebih sehat daripada biskuit rasa stroberi, makan tempe juga jauh lebih sehat daripada makanan-makanan UPF yang ada di rak-rak supermarket. Prinsip kesederhanaan pengolahan adalah kunci untuk mempertahankan gizi makanan. Semakin panjang proses pengolahan, maka gizi makanan akan hilang, inilah yang terjadi pada UPF.

Real Food Butuh Peran Negara

Negara berkontribusi besar dalam mengedukasi warganya agar mengerti tentang kebutuhan real food dan gizi harian. Selain itu, negara juga memiliki peran besar untuk mengatur peredaran UPF, menjaga kestabilan ekonomi agar seluruh warga memiliki kemampuan untuk mendapatkan real food dan pangan bergizi, dan negara wajib melarang peredaran makanan-makanan yang membahayakan kesehatan warganya karena kesehatan adalah tanggung jawab negara.

Sedihnya, dalam kehidupan kapitalisme hari ini, negara benar-benar lepas tangan terhadap kesehatan rakyat. Tidak ada program terstruktur untuk membuat masyarakat paham tentang gizi. Rakyat dibiarkan sendiri untuk mencari informasi kesehatan. Ini masih dari satu sisi. Di sisi lain, negara ini kaya akan sumber daya alam yang melimpah, baik hasil kekayaan darat maupun laut, tapi warga negaranya sulit untuk menjangkau kekayaan alamnya sendiri. Kesulitan ekonomi masih menjadi momok yang harus dienyahkan pemerintah.

Masyarakat lebih memilih UPF seperti mie instan yang bisa dimakan untuk satu keluarga daripada bingung harus mencari uang agar bisa makan ikan. Tak ayal, permasalahan gizi seperti stunting juga tak kunjung selesai di negeri ini. Perkara real food pun, butuh solusi yang datang dari Islam. Sebab Islam akan memperbaiki sistem negara yang menjamin kesejahteraan warganya. Jika warga sudah sejahtera maka menjadi hal yang sangat mudah untuk mendapatkan bahan pangan bergizi. Kemudian, negara Islam juga akan memberikan edukasi kesehatan secara terstruktur yang dapat diakses seluruh rakyat.

Khatimah

Real food adalah makanan yang langsung diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi harian manusia. Sedangkan UPF adalah makanan olahan pabrikan yang minim bahkan hampir tidak ada gizi dan memberikan efek bahaya untuk tubuh manusia.

Oleh karena itu, negara wajib mengatur peredaran UPF seperti memberikan standar kelayakan pangan, memantau makanan yang beredar di tengah masyarakat, memberikan sanksi bagi oknum-oknum yang memberikan zat berbahaya pada makanan.

https://narasipost.com/opini/03/2021/food-estate-di-bawah-dominasi-korporasi/

Negara juga harus mendistrisbusikan real food agar mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat, kemudian negara juga wajib memberikan edukasi yang benar tentang kesehatan pangan dan pemenuhan gizi harian. Dengan demikian, wujud masyarakat sehat yang jarang sakit adalah perkara yang sangat niscaya jika diatur dengan pengaturan hulu dan hilir yang tepat. Pengaturan hulu berkaitan dengan sistem negara dan pengaturan hilir berkaitan dengan distribusi dan edukasi warga negara.

Wallahu a'lam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kematian, Rahasia Ilahi
Next
Mengetuk Pintu Ar-Rayyan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Nana ummi zahra
Nana ummi zahra
5 months ago

Masyarakat sekarang berlomba lomba mencari penghasilan tambahan yang menyita waktu, akhirnya tidak lagi memperhatikan kualitas makanan yang dimasak, cari yg instan yang akhirnya beresiko. Bukan malah menambah income keluarga justru memperburuk ekonomi keluarga karena keseringan sakit.
Tulisannya bagus banget mbak.

Wiji
5 months ago

Sayangnya banyak masyarakat tergiring dgn yg instan-instan yg tak sehat

Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Benar sekali. Kebutuhan real food dan gizi pangan sangat membutuhkan peran negara.

angesti widadi
8 months ago

Sayangnya mbakk, harga makanan realfood mahaaaaall banget di era kapitalismeee seperti sekarang , sedihhhhhh

Arum indah
Arum indah
Reply to  angesti widadi
8 months ago

Yaa mbak. Seperti yg saya sampaikan di atas. Butuh peran negara utk perkara makan ini

Siti Komariah
Siti Komariah
8 months ago

Masyaallah, memang sesuatu yang instan-instan kudu haris hati2.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram