Ramadan memiliki banyak keistimewaan. Sudah selayaknya saling berlomba meraih keistimewaannya menghidupkan Ramadan dengan memperbanyak sedekah.
Oleh. Mahganipatra
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Speechless adalah kondisi ketika kita tak mampu berkata. Bisa karena terlalu sedih, marah atau terkejut hingga kita tidak tahu harus berkata apa. Faktanya, kita sering dihadapkan pada realitas seperti ini.
Contohnya, ketika seorang sahabat tanpa sengaja mulai bercerita tentang kondisi kehidupan yang sedang dihadapainya. Sakit yang tak kunjung sembuh, suami kena PHK, hingga akhirnya membuatnya harus sering berpuasa karena nyaris tak memiliki bahan makanan untuk dimasak.
Saat itu, aku benar-benar tak mampu berkata-kata. Hatiku sakit, mendengar penderitaannya yang luput dari perhatianku. Aku marah, lebih tepatnya aku marah pada diri sendiri atas keteledoranku.
Siapa yang Salah?
Tidak bisa dimungkiri bahwa hidup dalam cengkeraman sistem kapitalisme sekuler, telah menciptakan kehidupan kita jauh dari kondisi yang ideal. Apa yang menimpa sahabatku, bisa terjadi juga di lingkungan sekitar kita. Entah saudara, teman, dan mungkin saja tetangga di samping kiri dan kanan rumah kita. Karena faktanya, hidup di sistem kapitalisme sekuler telah mendorong dan membentuk setiap individu condong pada gaya hidup individualis. Baik disebabkan oleh mobilitas kesibukan yang tinggi sehingga melahirkan sifat acuh tak acuh terhadap lingkungan. Ataupun karena sungkan bertanya tentang masalah-masalah yang bersifat private.
Namun demikian, tentu saja terasa sangat menyakitkan, terutama saat kita aktif menjadi bagian dari aktivis dakwah maupun aktivis sosial. Bayangkan! di tengah-tengah kesibukan aktivitas sosial yang padat dan kerap menyita waktu. Kita sibuk membantu mereka yang kita anggap sangat membutuhkan uluran tangan kita. Ternyata justru saudara, teman, dan sahabat yang sangat kita cintai, luput dari perhatian kita. Padahal justru merekalah yang sedang dalam kondisi sangat membutuhkan uluran tangan kita.
https://narasipost.com/motivasi/04/2022/agar-ramadan-tak-sia-sia/
Kita sibuk menyiapkan jumat berkah, memberi santunan fakir miskin, menyiapkan makanan bagi para pengemis dan gelandangan dan lain-lain. Sementara itu, orang terdekat di sekitar kita juga terpaksa harus menahan lapar dan berpuasa karena tak memiliki makanan. Miris dan sungguh menyakitkan.
Walaupun mungkin sebenarnya kesulitan hidup yang menimpa mereka, bukan murni kesalahan kita. Hal itu luput dari perhatian kita, sebab terkadang ada beberapa orang yang memang sangat rapi menyimpan kondisi kekurangan mereka. Sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya tidak menyadari kesulitan yang sedang mereka hadapi. Kita menganggap kehidupan mereka baik-baik saja, padahal justru mereka sebenarnya sedang membutuhkan pertolongan kita.
Apakah Kita Salah?
Tentu tidak, jika menilik pada kelaziman manusia. Manusia biasanya akan cepat tanggap dan bergerak untuk membantu, ketika tahu ada orang yang memang meminta bantuan atau terlihat sedang butuh bantuan. Jadi, ketika tidak ada yang meminta bantuan atau tidak tampak tanda-tanda orang yang membutuhkan bantuan di sekitarnya, maka menjadi hal yang wajar jika tidak memberikan bantuan, karena memang tidak tahu. Akan tetapi, tetap saja saat mendengar teman kita sudah lama mengalami kesulitan dan butuh bantuan, sementara kita tidak tahu dan baru menyadari apa yang terjadi. Rasanya tetap saja sangat menyakitkan dan memilukan.
Dari peristiwa ini akhirnya aku memperoleh pelajaran (ibrah) sekaligus lahir sebuah kesadaran. Untuk lebih peduli dan memperhatikan saudara, teman, dan orang-orang terdekatku tanpa harus menunggu jeritan minta tolong. Terutama sebagai aktivis dakwah yang ada di tengah-tengah masyarakat. Seruan amar makruf nahi mungkar harus terus digelorakan, sebab fakta munculnya kondisi orang-orang seperti sahabatku semuanya berangkat dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler di tengah-tengah kehidupan manusia. Sistem ini telah menimbulkan banyak kesulitan hidup. Kesulitan yang mereka alami bukan karena mereka malas, tetapi karena kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara tidak mampu memberikan jaminan kesehatan, keadilan, dan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Sering kali jenis bantuan dari negara berupa BLT (Bantuan Langsung Tunai) pun salah sasaran. Adapun bantuan yang diselenggarakan secara mandiri oleh masyarakat. Kondisinya tak jauh berbeda, hanya fokus kepada mereka yang dianggap membutuhkan. Padahal sejatinya hanya persangkaan saja, karena ternyata masih banyak orang yang berpura-pura susah sebagai kedok dan profesi akibat kemalasan semata (pengemis.red).
Sedangkan mereka yang ada di sekitar kita, yang sesungguhnya benar-bebar membutuhkan bantuan. Mereka yang hanya mampu diam menahan kesedihan dan kesulitan-kesulitannya. Bukan sekadar karena mereka menjaga muruah semata, tetapi karena terkadang mereka juga tidak tahu bagaimana cara mulai bercerita atau meminta bantuan kita.
Maka, tak ada salahnya jika di momen bulan Ramadan ini, kita mulai membangun kepedulian kita terhadap saudara, sahabat, atau teman-teman terdekat kita.
Kita mulai membangun empati pada lingkungan sekitar kita, adakah saudara kita yang membutuhkan hadiah (sedekah) kita?
Siapa tahu, ketika kita sibuk menyiapkan sedekah untuk orang-orang yang sebenarnya tidak terlalu butuh, ternyata di samping kita ada saudara, sahabat, atau teman yang sangat membutuhkannya. Bukankah Rasulullah saw. juga telah mencontohkan kepada kita? Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda;
أَيُّمَا مُؤْمِنٍ أَطْعَمَ مُؤْمِنًا عَلَى جُمْعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَمَنْ سَقَى مُؤْمِنًا عَلَى ظَمَا سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُوْمِ.
"Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi makan saudaranya sesama mukmin yang lapar, niscaya Allah akan memberinya buah-buahan Surga. Siapa saja di antara orang mukmin yang memberi minum saudaranya sesama mukmin yang dahaga, niscaya Allah akan memberinya minuman Rahiqul Makhtum." (HR. at-Tirmidzi dengan sanad hasan)
Ramadan Momentum untuk Bersedekah
Ramadan memiliki banyak keistimewaan dan kekhususan dalam bersedekah.
Ada beberapa bentuk sedekah yang diperintahkan serta dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupan:
Pertama, memberi makan. Para salaf saleh, mereka senantiasa menghidupkan bulan Ramadan dengan berlomba-lomba untuk memberi makan dibandingkan dengan aktivitas ibadah-ibadah yang lainnya. Ibadah ini sangat berdampak pada terciptanya rasa saling mengasihi dan saling menyayangi. Hal ini juga akan berdampak pada apa yang akan menjadi salah satu sebab bagi seseorang untuk masuk surga. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda;
لَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلَنْ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا.
"Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mengasihi di antara kalian."
Kedua, Rasulullah saw. dalam sebuah hadis juga telah menjelaskan keutamaan-keutamaan bagi mereka yang bersedia menyediakan makanan berbuka bagi orang-orang yang akan berbuka puasa. Sabda Rasulullah saw.,
"Barang siapa yang menyediakan makanan berbuka bagi orng-orang yang berpuasa, maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang-orang yang berpuasa sedikit pun. (HR. Ahmad dan an-Nasa'i serta dinyatakan sahih oleh Syekh al- Albani)
Maka, di momen Ramadan yang penuh keberkahan dan magfirah ini, sudah selayaknya kita saling berlomba untuk meraih keistimewaan dan kemuliaannya dengan menghidupkan Ramadan kita dengan memperbanyak sedekah. Semoga dengan melakukan hal ini, Allah Swt. akan mengampuni seluruh kesalahan kita dan akan menjadi penebus kita dari panasnya api neraka. Aamiin Allahumma aamiin.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Memberikan sedekah kepada orang terdekat di sekitar lingkungan hidup kita yang membutuhkan memang diutamakan.
Iya mbak.... sedih rasanya saat org terdekat kita ternyata sangat membutuhkan bantuan kita.