Perang Sarung Marak, Cermin Remaja Rusak

Perang sarung

Fakta maraknya perang sarung hingga menyebabkan jatuhnya korban mengindikasi bahwa terjadi kemunduran berpikir dan kerusakan moral pada remaja saat ini.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Perang sarung kembali terjadi di beberapa daerah selama bulan Ramadan seperti di daerah Depok, Bekasi, dan daerah lainnya. Perang sarung seakan menjadi tradisi di kalangan kawula muda. Bagaimana tidak, setiap memasuki bulan suci Ramadan, banyak para pemuda yang mulai melakukan aktivitas tersebut. Namun, nahasnya aktivitas ini hingga memakan korban jiwa.

Dilansir dari detik.com, (16/03/2024), sejumlah pelajar telah terlibat perang sarung di jalan Arteri Tol Cibitung, Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Satu orang di antara mereka dinyatakan tewas dalam perang sarung tersebut. Peristiwa ini dibenarkan oleh Kapolsek Cikarang Barat, Kompol Gurnald Patiran, yang menyebutkan bahwa terjadi tawuran "perang sarung" pada pukul 00.30 WIB yang dilakukan antarpelajar dan satu pelajar inisial AA (17) tewas.

Kemudian, di daerah Jakarta dan sekitarnya aktivitas ini juga terjadi. Menurut Kaur Humas Polres Metro Depok, Iptu Made Budi, menjelaskan bahwa perang sarung terjadi di Jalan Mochtar Raya, Sawangan, Depok, sekitar pukul 02.00 WIB. Tawuran ini melibatkan 50 orang dari kedua kelompok yang berbeda dan mereka ada yang membawa kayu, bambu, dan sarung yang diikat dengan benda keras. Kemudian, di daerah lain pun terjadi demikian. (CNNIndonesia.com, 16/03/2024)

Asal Usul Perang Sarung

Perang sarung sejatinya merupakan permainan anak-anak untuk mengisi waktu luang di bulan Ramadan. Permainan ini mulai berkembang sejak tahun 1999 berjalan. Dahulu, di setiap datangnya bulan suci Ramadan, pemerintah menerapkan kebijakan libur satu bulan penuh. Dari sini mulai berkembang berbagai permainan dengan kearifan lokal, salah satunya perang sarung.

Perang sarung ini dilakukan pada saat anak-anak "ngabuburit" sembari menunggu waktu berbuka, kemudian dilanjutkan setelah salat tarawih. Biasanya juga dilakukan setelah salat subuh. Perang sarung murni sebuah permainan yang dilakukan anak-anak, tidak ada unsur emosi ataupun dendam setelah permainan usai. Semua dilakukan dengan penuh kesenangan.

Dahulu, cara bermain perang sarung ini dilakukan dengan membagi 2 kelompok bermain, tentunya dengan jumlah yang sama. Sebelum dimulai permainan tersebut, ada kesepakatan-kesepakatan antara dua kelompok itu, seperti batas-batas tempat yang mengatur permainan tersebut.

Kemudian, sarung hanya diikat biasa saja, tanpa ada isian apa pun. Tidak boleh memukul bagian-bagian sensitif, seperti kepala. Lawan main pun diatur, misalkan anak-anak lawan anak-anak, remaja lawan remaja. Cara memukul pun bergantian hingga salah satu dari kelompok ada yang menyerah yang menandakan permainan usai dan dimenangkan oleh kelompok yang lainnya. Setelah permainan usai diakhiri dengan permintaan maaf kedua belah pihak.

Namun, seiring berkembangnya zaman, perang sarung banyak disalahgunakan oleh remaja saat ini. Perang sarung lebih mengarah pada aktivitas tawuran hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Sebab, perang sarung dilakukan dengan membawa senjata tajam, kemudian buntalan sarung diisi batu dan benda padat lainnya yang dapat membuat luka pada lawan. Aktivitas ini juga sebagai ajang menuntaskan rasa benci dan dendam pada lawan (akurat.com, 24/03/2024).

Cermin Kemunduran Berpikir Kawula Muda

Fakta maraknya perang sarung hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa mengindikasi bahwa terjadi kemunduran berpikir dan kerusakan moral pada remaja saat ini. Waktu luang yang harusnya digunakan untuk meraih pahala yang besar, apalagi bulan puasa adalah bulan yang di dalamnya amalan dilipatgandakan pahalanya justru dijadikan sebagai ajang tawuran atas nama permainan.

https://narasipost.com/surat-pembaca/01/2022/penistaan-berulang-pertanda-negara-gagal-menjaga-agama/

Tidak dimungkiri bahwa kemunduran berpikir kawula muda kian tampak, bukan hanya pada gemarnya melakukan aktivitas tawuran, tetapi juga kemaksiatan-kemaksiatan dan kenakalan yang lainnya seperti seks bebas, narkoba, miras, bahkan hingga melakukan kriminalitas seperti pembunuhan dan pemerkosaan.

Dari sini tampak bahwa sistem kapitalisme telah berhasil mengubah identitas para remaja muslim. Mereka yang harusnya sibuk mempersiapkan diri untuk menjadi agent of change, justru kini disibukkan dengan kesenangan dunia yang fana, seperti adu gengsi, adu kekuatan, adu ketenaran, mengikuti aktivitas nirfaedah, dan lainnya. Bahkan, tak jarang dari kawula muda yang justru mendukung keberadaan dari hegemoni kapitalisme tersebut. Mereka siap menjadi agen-agen Barat yang terdepan menentang keberadaan penerapan Islam kaffah.

Tidak dimungkiri bahwa musuh-musuh Islam yang menancapkan sistem kapitalisme sekuler di negeri-negeri muslim memahami bahwa keberadaan generasi adalah aset utama bagi sebuah peradaban. Oleh karena itu, mereka berupaya untuk mengubah dan mencekoki kawula muda dengan berbagai budaya dan pemikiran yang rusak dari berbagai sisi. Dengan rusaknya kawula muda, maka akan rusak pula sebuah peradaban bangsa dan musuh-musuh Islam akan bertahan lama untuk menjajah negeri-negeri muslim.

Bahaya Pemikiran Kapitalisme bagi Remaja

Kawula muda dan seluruh kaum muslim harus paham bahwa kapitalisme merupakan sebuah sistem yang merusak seluruh tatanan kehidupan, mulai dari sistem ekonomi, sosial, politik, dan lainnya. Sistem ini pula yang telah menyebabkan berbagai penderitaan bagi kaum muslim dan seluruh manusia di dunia. Sistem ini pula yang membuat moral generasi kian diambang kritis.

Sebut saja, asas dari kapitalisme yakni memisahkan agama dari tatanan kehidupan, yang mana agama atau aturan Allah tidak dibolehkan masuk untuk mengatur kehidupan manusia. Padahal kita pahami bahwa tidak ada hukum yang lebih baik selain hukum Allah. Firman Allah,

اَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُوْنَۗ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ ࣖ

Artinya: "Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS. Al-Maidah: 50).

Kemudian, kerusakan sistem ini pun tampak dari penerapan sistem pendidikannya. Para pelajar dicekoki dengan tujuan pembelajaran yang sifatnya meraih materi semata. Hal ini membuat para alumni yang keluar dari sekolah ataupun universitas hanya sibuk mengejar materi dan kesenangan dunia yang fana, tanpa memperhatikan syariat Sang Penciptanya. Tujuan pendidikan karakter pun juga telah gagal mencetak generasi yang memiliki akhlak mulia.

Selain itu, kerusakan yang sangat tampak mencolok adalah dari penerapan sistem politik ekonominya. Negara yang harusnya mengurusi urusan rakyat dan menjamin terpenuhinya kebutuhan per individu rakyat justru menjadi pebisnis kepada rakyat sendiri.

Tidak jarang kebijakan yang dikeluarkan sering kali menzalimi rakyat dan justru memihak pada pengusaha. Mereka seakan rela rakyat menderita, asalkan pengusaha dan para oligarki bahagia dan sejahtera. Sungguh sistem ini begitu bahaya jika dibiarkan terlalu lama. Ancaman kerusakan generasi semakin tampak dan penderitaan rakyat makin menggurita.

Remaja Kembali pada Islam

Sudah saatnya kita kembali pada aturan Sang Pencipta, yakni ideologi Islam. Umat harus memahami bahwa Islam bukan sekadar agama ritual semata sebagaimana yang ditanamkan oleh sistem kapitalisme hari ini. Namun, Islam juga sebagai syariat yang mengatur manusia secara kaffah. Islam juga solusi terhadap problematika yang membelit rakyat, termasuk juga solusi terhadap rusaknya moral generasi.

Islam memandang bahwa generasi adalah agen perubahan. Di tangan mereka sebuah peradaban bangsa akan ditentukan arahnya. Oleh karena itu, Islam akan mencetak generasi-generasi yang memiliki pemikiran cemerlang yang mampu berpikir kritis dan mencari solusi terhadap permasalahan umat. Islam juga akan mencetak manusia yang memiliki kepribadian Islam, yakni pola pikir dan pola sikap disandarkan hanya pada Islam.

Hal ini dilakukan dengan menerapkan Islam dalam sendi kehidupan yang berasas pada akidah Islam, seperti dalam sistem pendidikan. Tujuan dari sistem pendidikan Islam yakni mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam. Hal ini dilakukan dengan cara menanamkan akidah Islam sejak dini.

Ketika masuk ke bangku ibtidaiah hingga bangku aliah, para siswa akan ditanamkan akidah Islam yakni kecintaan terhadap Allah Swt. Dengan kecintaan terhadap Allah, maka mereka akan menyandarkan segala perbuatan mereka pada apa-apa yang disukai oleh Allah, bukan hawa nafsu mereka.

Dari sini juga remaja akan gemar melakukan aktivitas yang bermanfaat saja bagi mereka, yakni aktivitas yang mendatangkan pahala dari Allah. Apalagi di bulan suci Ramadan, mereka akan berburu pahala yang besar dari Allah Swt., mengisi waktu luang dengan zikir, tadarus Al-Qur'an, dan aktivitas kebaikan lainnya. Bukan hanya bersenang-senang, apalagi melakukan kemaksiatan yang merugikan. Wallahu A'lam Bissawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Siti Komariah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Delusi UU Kekerasan pada Anak di Prancis
Next
Undang-Undang Baru India, ‘Singkirkan’ Kaum Muslim di Sana?
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
8 months ago

Di tempat saya juga Ramadan tahun ini ada tawuran dua kelompok remaja. Miris banget bukannya meramaikan masjid dengan ibadah malah tawuran tengah malam

Sartinah
Sartinah
8 months ago

Ngeri ya permainan anak-anak remaja zaman sekarang. Generasi yang lahir dan besar di sistem yang salah pasti melahirkan karakter rusak sebagimana kebanyakan remaja saat ini. Prinsipnya itu, "gak keren kalau gak bikin rusuh". Astagfirullah ...

Sartinah
Sartinah
Reply to  Sartinah
8 months ago

Rusuh maksudnya

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
8 months ago

Astaghfirullah bulan Ramadan bukannya diisi dengan kegiatan yang positif dan mencari keberkahan Allah malah berbuat arogan. Lepasnya tanggungjawab negara dalam melindungi remaja dan pendidikan yang tidak mencerminkan akhlak nur karimah.
Saatnya back to sistem pendidikan dalam Islam

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Dewi Kusuma
8 months ago

Begitulah Bunda anak remaja saat ini. Sarung harusnya jadi alat salah, eh malah buat alat pukul maut.

Desi Nurjanah
Desi Nurjanah
8 months ago

Remaja tenaganya besar sayang selalu di salah gunakan sebab salah dan rusak nya pemikiran..

Siti Komariah
Siti Komariah
Reply to  Desi Nurjanah
8 months ago

Bener banget mbak

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram