Manusia optimis selalu memandang segala kesempatan dalam kesempitan. Sementara manusia pesimis selalu menutup kesempatan dengan kesempitannya. Saatnya optimis dalam tahun baru ini.
Oleh : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)
NarasiPost.Com-Nggak terasa, ya, tahun 2020 telah terlewati, seakan kedipan mata. Padahal, dua belas purnama lamanya. Namun, waktu bak kecepatan roket yang terbang mengangkasa, super kilat tanpa jeda.
Terlebih tahun 2020 terjadi pandemi global yang menghantam hampir semua negara di dunia, berimbas pada liburnya aktivitas belajar mengajar tatap muka digantikan dengan belajar secara daring, mengingat ganasnya virus Covid-19. Selain itu, juga ada larangan berkumpul dalam kerumunan. Otomatis, sebagian besar aktivitas dilakukan di dalam rumah. Bosan nggak?
Bicara bosan, ya, tentu saja bosan. Tapi mau bagaimana lagi? Kondisi pandemi memaksa para remaja yang biasanya aktif ke sana ke mari menjadi kaum rebahan dan mager alias malas gerak. Gegoleran di kasur sambil menatap benda pipih. Sesekali jika jadwal belajar daring tiba, kening berkerut dan pelipis dipijat.
Jika tidak benar-benar mengatur jadwal, maka akan banyak waktu yang terbuang sia-sia. Apalagi pesona benda pipih begitu menyilaukan mata. Klik sana-sini, tanpa terasa sudah berjam-jam terlewatkan hanya dengan memegang benda pipih.
Tidur, bangun, makan, handphone, tidur, bangun, handphone lagi terus saja berulang seperti itu tanpa ada sesuatu yang berarti. Ayo, wake up guys! Jangan sia-siakan kesempatan usia dan kesehatan yang diberikan Allah! Manfaatkan waktu yang ada untuk mendulang karya berarti!
Masih mending menjadi kaum rebahan, daripada kongkow nggak jelas di kafe atau tempat sejenis dengan aktivitas yang tidak jelas. Bahkan banyak yang tak gentar melakukan kemaksiatan sekalipun sudah ada teguran pandemi dari Allah.
Sejatinya, berada di rumah dalam waktu lama merupakan kesempatan emas untuk berkarya. Berkarya tidak harus dengan beraktivitas di luar. Cukup di kasur sambil memegang benda pipih sekalipun, bisa terwujud karya yang berarti, asalkan dilakukan dengan kesungguhan.
Pun berkarya tak harus dengan adanya wujud sebuah karya. Bisa jadi, momen instropeksi diri dan berlanjut pada peningkatan ketakwaan pada Pemilik Kehidupan itu juga merupakan karya. Karya sebagai wujud dedikasi kita sebagai hamba Allah. Karya yang bisa menjadi bekal di akhirat kelak.
Ini yang kerap dilupakan para remaja. Mereka menganggap, mumpung masih muda, dimanfaatkan sebaik mungkin untuk bersenang-senang. Padahal, ajal tak memandang usia. Banyak yang terjebak kepalsuan gemerlap indahnya duniawi.
Dalam kondisi pandemi saat ini, banyak sekali kajian Islam online yang bisa diikuti untuk menambah tsaqofah. Pun juga kelas online untuk pengisi waktu luang bertebaran di sosial media. Tinggal pilih yang sesuai dengan passion.
Atau bisa juga remaja menjadi pionir membuat konten video Islam untuk para milenial, sehingga banyak para milenial yang tergerak untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik, insyaallah menjadi ladang jariyah.
Jadikan tahun baru 2021 ini menjadi pribadi baru dengan semangat baru dan tentu menghasilkan karya baru, sebab kesempatan berarti ini belum tentu akan terulang kembali. Jangan sampai kita menjadi manusia yang merugi!
Wallahu a'lamu bish-showab[]