Manusia hanyalah hamba Allah yang tugasnya hanya menjalankan hidup ini sesuai dengan rambu-rambu-Nya. Bila tak sesuai dengan rambu-rambu-Nya, yang terjadi hanyalah kerusakan-kerusakan
Oleh: Tini Ummu Faris
NarasiPostCom-Tadi pagi si sulung Fatih membeli sesisir pisang di warung. Entahlah, awalnya ingin membuat apa. Pisang diblendernya, dicampur dengan coklat bubuk. Saya pikir, dia mau membuat minuman pisang coklat. Ternyata dia mencoba menggoreng adonan. Tapi ketika digoreng, adonan itu buyar. Akhirnya dia bertanya, "Ada terigu ga, Bu?"
"Ada," jawab saya.
"Ada pengembang kue, Bu?" tanya dia lagi.
"Ada, di rak piring bagian atas."
Adonan dia aduk kembali, kemudian digoreng. Hasilnya, dia cicipi dan ditawarkan ke saya dan adik-adiknya. Tapi, dia hanya menggoreng sebagian saja. Walhasil, sisa adonan masih banyak.
Saya bingung, adonan sebanyak itu mau diapakan? Khawatir terbuang, akhirnya selesai kajian bulanan, adonan saya eksekusi. Saya campurkan minyak, gula, dan krim kental manis. Semua saya masukan tanpa takaran, dikira-kira saja. Adonan saya kukus sekitar tiga puluh menit.
Hasilnya, dua loyang kecil bolu kukus rasa pisang coklat. Soal rasa bagaimana? Alhamdulillah, rasa bolu pisang, hehe. Tapi, berhubung Fatih asal cemplung saja, pisang masuk blender dengan biji-bijinya.
Bolu pisang coklat ala Fatih dan ibu akhirnya bisa dicicipi bersama. Saya sampaikan ke Fatih, ini hasilnya. Kalau rasanya lain dari bolu yang lain, wajar, karena semua tanpa takaran. Kalau kata Fatih, dibuat tanpa prosedural yang benar.
Kemudian Fatih bercerita, bahwa dulu ia pernah diberi tugas untuk membuat sesuatu lengkap dengan prosedurnya. Kelompoknya menulis prosedur menanak nasi dengan rice cooker atau magic com.
Masukkan beras, tambahkan air, tekan tombol cook/ masak!
Ternyata prosedur tersebut salah. Mengapa salah? Karena tanpa takaran, berapa liter atau kilogram beras serta air yang dituangkan.
Jadi, beras tadi bisa saja menjadi nasi, tapi karena tanpa takaran yang benar, tidak jelas apakah bisa berhasil menjadi nasi yang enak atau sebaliknya. Terbayang kan, kalau kelebihan air pasti akan menjadi nasi lembek. Atau saat kekurangan air, nasinya pasti keras. Begitulah kalau prosedurnya tidak tepat.
Membuat kue dan menanak nasi saja harus tepat aturan, apalagi menjalani kehidupan di dunia, maka harus benar aturan yang dipakai. Ketidakteraturan bisa terjadi saat tidak mengikuti aturan yang ada.
Manusia hanyalah hamba Allah yang tugasnya hanya menjalankan hidup ini sesuai dengan rambu-rambu-Nya. Bila tak sesuai dengan rambu-rambu-Nya, yang terjadi hanyalah kerusakan-kerusakan. Seperti yang terjadi saat ini. Telah nampak berbagai permasalahan, mulai dari masalah individu, maupun masyarakat secara umum.
Perekonomian semakin semrawut, utang ribawi negara semakin menumpuk, korupsi meraja lela, pergaulan remaja semakin menyedihkan, tingkat perceraian semakin tinggi dan masih banyak masalah lain yang membutuhkan penyelesaian.
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(TQS. Ar-Rum: 41)
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun ini. Pandemi inilah yang kadang dikambinghitamkan menjadi penyebab semua masalah yang ada. Kalau saja pandemi ini seorang manusia, dia akan marah saat dijadikan penyebab munculnya setumpuk permasalahan.
Apakah tingginya korupsi akibat pandemi? Apakah tingginya utang ribawi negara akibat pandemi? Apakah tingginya tingkat perceraian dan KDRT adalah akibat pandemi? Semua akan melihat bahwa sebelum pandemi pun, masalah-masalah tersebut sudah ada di tengah-tengah kita.
Jadi, akar semua masalah bukan karena pandemi. Lalu, semua ini terjadi karena apa? Penyebabnya hanya satu, yaitu tidak diterapkannya aturan yang manusiawi. Semua karena diterapkannya sistem demokrasi kapitalisme, yang tak punya hati dan tak manusiawi.
Sejatinya manusia diatur oleh aturan dari penciptanya, yaitu Allah. Hanya aturan dari Allah-lah yang akan mampu menyelesaikan semua permasalahan yang ada saat ini. Hanya sistem Islam dalam bingkai negara Khilafah yang akan mampu menaungi seluruh manusia. Semoga nashrullah tegaknya khilafah ini segera datang.
Mari kita menyambut dan memperjuangkannya.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.
Cianjur, 3 Januari 2020[]