Tugas orang tua saat ini dalam mendampingi anak-anaknya yang sedang menuntut ilmu agama, seperti pesantren sekalipun, harus memiliki karakter seperti sosok ibunda Asma bin Zubair.
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seorang anak adalah titipan, amanah, dari Allah kepada orang tuanya. Anak juga dikatakan sebagai perhiasan dan penyejuk hati bagi orang tuanya. Bagaimana seorang anak terbentuk adalah karena didikan orang tuanya, karena ia bisa menjadi fitnah (ujian), juga bisa menjadi penyelamat yang akan selalu menguji setiap orang tua dalam membentuk sosok pribadi seorang anak yang diharapkan.
Bagi umat muslim, menerima amanah dan tanggung jawab besar dalam mendidik anak merupakan perjuangan yang harus dipersiapkan dengan optimal dan memikirkan cara terbaik bagaimana mendidik anak yang diharapkan dan diridai Allah Swt. Salah satunya adalah ketika orang tua mengazamkan anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama terbaik, salah satunya yaitu dengan memasukkan sang anak ke pesantren. https://narasipost.com/syiar/10/2021/hawariyyun-nabi-zubair-bin-awwam/
Bukan hal yang mudah untuk melepaskan seorang anak ketika ingin menuntut ilmuilmu. Membayangkan tidak bisa bertemu dalam waktu yang lama membuat orang tua juga harus menyiapkan mental yang kuat agar mampu menghadapi situasi ini. Namun, itulah konsekuensi yang harus diambil jika orang tua sudah memilih menjadikan anak-anaknya sebagai generasi tangguh, kokoh dan bertakwa, sehingga membutuhkan didikan yang tidak main-main agar generasi yang terbentuk kelak akan kuat bagaikan singa yang mengaum di bukit terjal. https://narasipost.com/book/menyiapkan-anak-tangguh/
Bahwasanya, mendidik generasi tangguh, butuh orang tua tangguh yang mendampinginya. Jangan menjadi orang tua yang lembek dan lemah, tetapi jadilah orang tua yang kuat dan hebat. Karena inilah karakter yang dibutuhkan sehingga mampu melahirkan anak-anak yang hebat. Orang tua akan senantiasa diuji dalam proses pendidkan mereka, sehingga akan lahir anak-anak yang luar biasa kelak. Masyaallah.
Dalam Islam, pendidikan merupakan proses penting berupa bimbingan kepada kaum muslimin yang meliputi jasmani dan rohani berdasarkan syariat Islam, agar terbentuk kepribadian yang utama menurut Islam. Karena tujuan utama pendidikan Islam secara menyeluruh agar terbentuk kepribadian yang tangguh, kuat dan berakhlak mulia.
Rasulullah saw. bersabda:
عن جابر بن سمرة رضي الله عنه قال قال رسولُ الله صلى الله عليه وسلم لأنْ يُؤَدِّبَ الرجلُ وَلَدَه خيرٌ من أن يتصدق بصاع أخرجه الترمذي
“Dari sahabat Jabir bin Samurah ra., Rasulullah saw. bersabda, ‘Pengajaran seseorang pada anaknya lebih baik dari (ibadah/pahala) sedekah satu sha’.” (HR At-Tirmidzi)
Sebagai seorang muslim sebenarnya tidak sulit ketika kita hendak mendidik anak-anak, karena banyak dari para pendahulu kita yang telah berhasil mendidik anak-anaknya menjadi generasi bertakwa, kuat, dan tangguh. Bercermin pada didikan ibunda Asma binti Abu Bakar, sosok ibu yang mampu mendidik anaknya Abdullah bin Zubair dan Urwah bin Zubair menjadi generasi muda yang tidak tergoyahkan keimanannya, karena kuat dan kokohnya fondasi didikan yang diberikan ibunya kepada mereka.
Kepribadian ibunda Asma adalah sosok ibu dan orang tua yang cerdas, kuat, sabar, pemberani, dermawan, zuhud, dan takwa yang akan memengaruhi anak-anaknya hingga menjadi “sosok besar” di masanya. Sosok Abdullah bin Zubair (Khalifah di masa Bani Umayyah), yang luar biasa termasuk Urwah bin Zubair yang dikenal sebagai ahli hadis, tidak bisa dilepaskan dari sosok ibunya, yang juga merupakan ulama hadis, yang meriwayatkan tidak kurang dari 209 hadis.
Kekuatan pribadi orang tua tidak hanya dibutuhkan saat anak-anak tumbuh menjadi manusia dewasa, tetapi ketika sudah menjadi khalifah dan pemimpin umat sekalipun tetap menjadi penting posisi ibu dalam hidupnya. Karena kekuatan pribadi ibunda Asma inilah, maka Abdullah bin Zubair bisa melalui masa-masa sulit dan paling kritis dalam hidupnya dengan selamat hingga di akhirat.
Lihatlah bagaimana dialog antara ibu dan anak, yaitu antara Asma binti Abu Bakar dengan anaknya Abdullah bin Zubair. Hal itu semata-mata karena kecintaan keduanya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya yang kala itu tengah berada dalam kebimbangan saat menghadapi penguasa yang zalim Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqofi di masa Dinasti Umayyah. Mereka menyerang Makkah dan hendak membunuh Khalifah Abdullah bin Zubair saat beribadah haji.
Pertempuran antara kedua pasukan itu membuat Khalifah Abdullah bin Zubair terkepung di dalam masjidil haram. Dibutuhkan waktu tujuh bulan untuk melumpuhkan pasukan khalifah, dan selama pengepungan itu membuat beliau banyak bersimpuh di hadapan ka’bah, memohon perlindungan kepada Allah. Gempuran yang dilakukan Hajjaj bin Yusuf yang bertubi-tubi dengan katapel besar-besar membuat pasukan Abdullah bin Zubair berguguran dan banyak yang lari ketakutan.
Menyadari bahwa kematian khalifah telah mengepungnya, beliau menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar dan berdialog kepadanya.
“Wahai ibu aku ingin bermusyawarah dengan ibu”.
“Apa yang kau lakukan di sini anakku, di saat batu-batu besar dilontarkan Hajjaj kepada pasukanmu hingga menggetarkan kota Makkah?”
“Ibu, pasukanku banyak meninggalkanku. Bisa jadi karena mereka takut terhadap Hajjaj atau mungkin juga karena mereka menginginkan sesuatu darinya. Sementara utusan Bani Umayyah menawarkan kepadaku apa saja yang aku minta berupa kemewahan dunia asal saja aku bersedia meletakkan senjata dan bersumpah setia mengangkat Abdul Malik bin Marwan sebagai khalifah. Bagaimana pendapatmu wahai ibu?”
“Anakku, terserah kepadamu! Engkau sendirilah yang mengetahui tentang dirimu? Jika engkau yakin bahwa engkau mempertahankan yang benar dan mengajak kepada kebenaran, maka teguhkanlah pendirianmu, tetapi, jika engkau menginginkan kemewahan dunia, tentu engkau adalah seorang anak lelakiku yang pengecut!”
Pada akhirnya Abdullah menemukan jawaban akhir yang ia cari dan mengatakan kepada ibunya bahwa ia bukan orang yang penakut, lemah, dan hina. Ia sebagai pembela agama Allah, maka ia mengambil keputusan yang dinasihatkan ibunya untuk selalu berada di jalan Allah, tanpa takut kepada musuh, tanpa takut pada sakitnya fisik dunia, padahal akhirat menunggunya dengan balasan surganya kelak.
Abdullah bin Zubair takut kepada murkanya Allah, selain sebagai seorang pemimpin umat (khalifah) ia juga sebagai seorang anak yang patuh menjalani segala nasihat ibunya. Sehingga ia mengatakan jika ia mati, maka ibunya tidak perlu menangisi dirinya. Dengan lembut dan tegas Asma mengatakan bahwa yang ia takuti adalah ketika anaknya mati di jalan yang sesat. Allah Akbar!
Hingga di pelukan terakhir sang Ibu, Abdullah kembali kepada pasukannya untuk membela kaum muslimin dengan keridaan ibunya, doa Asma sebagai seorang ibu yang kuat dan pemberani kepada anaknya, seorang khalifah yang tetap membutuhkan nasihat dari seorang ibunya. Karena Abdullah bin Zubair ingin keridaan Allah dan rida ibunya yang beriman. Masyaallah tabarakallah.
Itulah cerminan sosok orang tua yang mampu bertahan dan bersabar dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga dari dialog yang terjadi antara ibu dan anak tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sebagai orang tua harus memiliki bekal agama yang kuat agar anak-anaknya pun menjadi anak yang hebat.
Maka, tugas orang tua saat ini dalam mendampingi anak-anaknya yang sedang menuntut ilmu agama, seperti pesantren sekalipun, harus memiliki karakter seperti sosok ibunda Asma bin Zubair, sebagai berikut:
- Orang tua mampu menjadi pendengar yang baik.
- Orang tua tidak boleh kalah dengan anak dalam menuntut ilmu agama.
- Orang tua yakin kepada instansi pendidikan yang dititipkan bagi anaknya, maka yakinlah bahwa anak akan mampu menyelesaikan tugasnya setahap demi setahap.
- Output dari sang anak akan menjadi pribadi yang berbeda (positif).
- Anak akan menjadi aset yang sangat berharga bagi orang tua dan bagi umat.
- Orang tua harus punya karakter yang kokoh seperti Asma, memiliki karakter sabar, kokoh, kuat, bagaikan singa. Juga mampu membangun argumen kepada anaknya.
- Orang tua mampu membangun nalar yang benar dan mengarahkan pada hal tepat.
- Lelah, kesulitan yang dialami hari ini akan menjadi kesuksesan di masa yang akan datang.
- Anak menjadi sukses karena belajar, serius, butuh kesabaran, dan butuh kelelahan pada prosesnya.
- Mampu membolak-balikkan pikiran anak agar tetap fokus dan kembali kepada tujuan untuk menjadi orang hebat.
- Orang tua berhasil mendidik anak harapan umat, dengan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan umat sebagai ulama calon pemimpin dunia akhirat.
Itulah motivasi hebat dalam membentuk generasi tangguh Islam seperti yang dilakukan ibunda Asma binti Abu Bakar kepada anaknya Abdullah bin Zubair. Sehingga, anak-anak generasi muda saat ini mampu menjadi generasi cemerlang penerus kegemilangan peradaban Islam di masa yang akan datang. Sejatinya Islam adalah agama yang sempurna dalam menciptakan pendidikan berkarakter Islam, karena Islam Allah turunkan kepada manusia sebagai agama yang mengatur seluruh kehidupan manusia yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bishawab.[]
Pernah membaca tentang Abdullah bin Zubair, putra Zubair bin Awwam. MasyaAllah, kehidupan seorang sahabat yang mulia, dengan ibunda tak kalah mulia pula.
Barakallah ❤️
Jazaakillah Khair motivasinya
Waiyaki tereh
Pendidikan seorang ibu ternyata sangat berpengaruh dalam membentuk anaknya menjadi pribadi yang tangguh. Di sini Islam telah memberikan petunjuk kepada orang tua untuk mendidik anak agar nantinya mampu menjadi pejuang Islam yang mumpuni.
Barakallah mba@ Desi
Masyaallah, karakter orang tua hebat akan mampu melahirkan generasi yan hebat pula. Sungguh sulit memiliki karakter tersebut tanpa dukungan sistem yang baik seperti saat ini. Barakallah Mbak
Membentuk anak menjadi generasi tangguh memang gak mudah di zaman sekarang. Perlu adanya kerja sama orang tua, sekolah, masyarakat, juga negara.