Bersatu Membebaskan Palestina

Bersatu Membebaskan Palestina

Oleh karena itu, langkah awal membebaskan Palestina adalah mencampakkan sekat nasionalisme di negeri-negeri muslim, terutama yang berada di dekat Israel dan Palestina. Menyatukan visi dan misi dengan penguasa Palestina, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir agar sejalan dengan Khilafah tanpa intervensi negara penjajah.

Oleh. Muthiah Al Fath
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penjajahan terhadap Palestina merupakan masalah yang paling sulit dalam sejarah konstelasi perpolitikan internasional. Palestina sebagai pemilik tanah, namun paling lama dan paling banyak mengalami penindasan oleh entitas Yahudi Zionis. Israel terus menganeksasi Palestina di tengah kelemahan dan ketidakberdayaan mereka. Saat yang sama, dunia internasional seolah mengamini berdirinya negara Israel di tengah lumuran darah warga Palestina.

Pasukan Israel datang menyerbu dan memicu pertempuran dengan penduduk di Tulkarem, Tepi Barat. Selama penyerbuan tersebut, pasukan Israel menembakkan gas air mata dan menembak beberapa atap rumah warga. Serangan tersebut menewaskan seorang remaja Palestina berusia 19 tahun. Setelah sebelumnya, pasukan Israel menembak remaja bernama Mahmoud Abu Sa’an yang berusia 18 tahun. Menurut saksi mata, tentara Israel menembak kepala remaja tersebut dari jarak dekat saat melakukan penyerbuan di kamp pengungsi Nur Shams, Tulkarem. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, antara Januari hingga Juli 2023, jumlah warga Palestina yang dibunuh tentara Israel lebih dari 200 orang dan 37 dari mereka adalah anak-anak. (Aljazeera.com, 4/8/2023)

Ini membuktikan bahwa warga Palestina masih merasakan kekejaman serta diskriminasi dari pihak Israel. Konflik yang dimulai sejak akhir abad ke-19 tersebut membuat warga Palestina sudah sangat “akrab” dengan penderitaan dan hidup berteman maut. Menurut data dari B’tselem dan Kementerian Luar Negeri Israel, jumlah korban sipil Palestina dalam kurun waktu antara 1987 hingga 2011 sebanyak 7.978 jiwa, sedangkan dari pihak Israel berjumlah 1.503 jiwa. Adapun menurut data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), total penduduk Palestina yang tewas sejak 2008 hingga awal April 2022 sebanyak 6.014 jiwa.https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/palestina-adalah-kita-bersama-kita-wujudkan-asa/

Melihat banyaknya warga sipil yang menjadi korban akibat konflik Israel-Palestina, mengapa tidak ada satu pun kekuatan internasional yang mampu menghentikannya? Apakah Israel sekuat itu hingga dua miliar kaum muslim tidak mampu menghentikan kezaliman entitas Israel? Lantas, bagaimana metode sahih untuk membebaskan Palestina?

Mendapat Dukungan Kapitalis Global

Setelah memenangkan Perang Dunia I, Inggris tampil sebagai negara adidaya dan memberikan wilayah Palestina kepada Yahudi Zionis melalui Deklarasi Balfour (1917). Kemudian, sejak Khilafah Utsmani diruntuhkan oleh Inggris dan antek-anteknya (3/3/1924), tanah Palestina jatuh ke tangan Zionis Yahudi.

Pada 1948, mereka berhasil mendirikan entitas negaranya dengan menduduki 77% tanah Palestina. Mereka mengusir dua pertiga rakyat Palestina, hingga tersisa 156 ribu jiwa yang diperlakukan seperti warga asing di tanah mereka sendiri. Yahudi Zionis menganggap bahwa pembersihan etnis merupakan hal yang teramat penting untuk mendirikan negara Israel.

Setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, konstelasi internasional selalu dipengaruhi dan di bawah kontrol eksklusivitas kapitalis global, yakni Amerika Serikat. Bahkan kekuatan Israel tak lepas dari dominasi kapitalisme global yang menganakemaskan para sekutunya. Buktinya, pada 2020, Amerika menyalurkan bantuan sebesar US$3,8 miliar (Rp55 triliun) yang sebagian besar akan digunakan untuk bantuan militer Israel. Hal ini merupakan kelanjutan kesepakatan kerja sama dari Presiden Obama dan akan berlaku hingga 2028 nanti. Berdasarkan kesepakatan tersebut, dana militer yang akan diterima Israel sebesar US$38 miliar dari Amerika. (Bbc.com, 24/5/2021)

Kesimpulannya, sejak awal, Inggris maupun Amerika memang mendukung Israel dan mustahil saat yang sama juga mendukung Palestina. Bahkan, Amerika dan sekutunya justru berkontribusi menopang kekuatan militer Israel. Inilah potret kemunafikan negara Barat yang berdusta memerangi terorisme demi melanggengkan kolonialismenya. Mereka menjadikan kebohongan dan manipulasi sebagai aturan politik yang wajib dijalankan, terutama menyangkut isu-isu kaum muslim. https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/lorong-panjang-palestina-meraih-asa/

Lihatlah! Bagaimana dunia mengecam invasi Rusia ke Ukraina, namun bungkam terhadap serangan keji Israel terhadap Palestina. Alih-alih berperang melawan terorisme, padahal merekalah penebar teror sejati yang telah mengacaukan harmoni umat Islam.

Lihatlah! Bagaimana ideologi kapitalisme memiliki standar ganda dan sering kali menghalalkan segala cara untuk menciptakan konflik antarnegara dan masyarakat. Instabilitas kondisi dunia saat ini, khususnya Palestina, ternyata tidak lepas dari negara-negara Barat sebagai kampiun kapitalisme global yang amoral dan arogan. 

Pengkhianatan Kaum Muslim

Tampaknya, Amerika begitu paham bahwa kecaman penguasa negeri muslim hanya sekadar formalitas dan retorika yang tidak dapat mengancam eksistensi Israel. Terbukti, bukan memobilisasi pasukan militer, penguasa negeri-negeri Arab malah menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Sepanjang tahun 2020, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko mengikuti jejak Mesir (1979) dan Yordania (1994) untuk sama-sama menjalin  hubungan diplomatik dengan agresor Israel. (CNBC Indonesia, 15/7/2022)

Para penguasa negeri-negeri muslim tersebut berdalih bahwa normalisasi dengan entitas Yahudi semata-mata untuk membantu Palestina memperjuangkan kemerdekaannya. Jelas ini adalah logika yang sesat dan merupakan bentuk pengkhianatan. Sebaliknya, bekerja sama dengan Israel sama dengan mengakuinya sebagai negara dan melegitimasi tindakan keji mereka terhadap rakyat Palestina. Andaikan normalisasi dapat menghentikan agresor Israel, seharusnya Turki lebih dulu membuktikan hal itu. Sebab Turki merupakan negeri muslim pertama yang menjalin hubungan normalisasi dengan Israel, yakni pada 1949.https://narasipost.com/world-news/08/2022/palestina-di-titik-nadir/

Sangat disayangkan, padahal negara-negara tersebut memiliki kemampuan militer yang mampu mengalahkan Israel. Buktinya, Turki mampu mengerahkan pasukannya di sekitar perbatasan Suriah untuk memerangi milisi Kurdi. Bahkan, Turki dan Mesir terlibat langsung dalam gejolak militer di Libya. Pertanyaannya, mengapa negara tersebut tidak mampu memobilisasi pasukannya untuk membebaskan tanah Palestina, namun justru memerangi negeri muslim lainnya?

Tidak jauh berbeda dengan Amerika, pemimpin kaum muslim hanya menjadi kaki tangan Barat untuk memuluskan rencana mereka. Semua ini karena penguasa negeri-negeri muslim tidak pernah menjadikan Islam dan kaum muslim sebagai prioritas. Sikap simpati mereka terhadap Palestina hanyalah sandiwara untuk melanggengkan kekuasaannya.

Solusi Pragmatis, Minim Empati

Menanggapi konflik abadi antara kedua belah pihak, ASEAN mendesak Israel dan Palestina secara aktif untuk mengambil langkah kerja sama demi mewujudkan perdamaian. Menurut ASEAN, solusi yang komprehensif, adil, dan berkelanjutan untuk mendukung penuh kemerdekaan Palestina adalah melalui solusi dua negara (CNN Indonesia, 11/5/2023). Namun, banyak pihak Palestina pesimis mengenai solusi tersebut. Pasalnya, sejak 1967 hingga kini, perbatasan antara Israel dan Palestina masih dipersengketakan. Bahkan dari tahun ke tahun, peta wilayah Palestina terus mengalami penyusutan.

Rentetan usulan perjanjian perdamaian yang diprakarsai oleh beberapa negara adidaya, seperti AS, Uni Eropa, Rusia, dan PBB, seperti Konferensi Madrid (1991) dan Perjanjian Olso (1993) tidak pernah membuahkan hasil. Banyak pihak meragukan niat “tulus” negara-negara Barat tersebut. Faktanya, banyak kebijakan politik dan HAM yang dilanggar Israel, namun tetap mendapat dukungan PBB.

Jadi, apa pun solusinya, membagi wilayah Palestina dengan kaum Yahudi, baik sebagian, terlebih lagi sebagian besar, sejatinya adalah bentuk kemerdekaan semu. Perjanjian seperti ini merupakan bentuk pengkhianatan kepada ribuan syuhada yang telah bertarung nyawa melawan agresor Israel. Solusi ini hanya akan mencederai hati ahli waris para syuhada yang telah meregang nyawa demi tanah Palestina.

Sejatinya, usulan solusi dua negara merupakan akal bulus pemimpin Yahudi Zionis bersama sekutunya, Amerika Serikat. Bagaimana mungkin bangsa yang dijajah, dirampas tanahnya, bahkan ditindas berpuluh-puluh tahun, dipaksa berbagai wilayah dengan pihak penjajah? Bukankah kemerdekaan bermakna kebebasan menentukan pilihan dan bukan atas dasar keterpaksaan?

Padahal, sejak awal, perampasan tanah Palestina oleh Israel yang didukung negeri Barat itulah yang menjadi masalah substansialnya. Artinya, selama negara Israel masih berdiri di atas tanah Palestina, persoalan ini tidak akan pernah berujung. Peta perjalanan perdamaian merupakan upaya mengulur-ulur waktu umat Islam untuk berjihad. Sejatinya, solusi perdamaian dilakukan demi kepentingan politik masing-masing pihak, baik dari Israel, AS, Inggris, bahkan para penguasa negeri-negeri muslim lainnya.

Semua ini membuktikan bahwa jalan damai apa pun yang digagas oleh negara-negara Barat, meskipun melibatkan PBB, bahkan melibatkan pemimpin negeri muslim, semata-mata hanya kepalsuan belaka. Realitasnya, apa pun jenis perjanjiannya, kemerdekaan Palestina hanya sebatas mimpi. Sebab, gagasan perdamaian tersebut tidak pernah menyentuh persoalan substansial dari konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina.

Khilafah dan Jihad

Dalam Islam, kemerdekaan adalah penghambaan total kepada Allah Swt. dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Untuk urusan ini, umat Islam sejak awal dilarang (diharamkan) menyerahkan sejengkal wilayahnya kepada penjajah, terlebih lagi menggadai kehormatan dan tunduk pada mereka. Sesungguhnya, kemerdekaan hanya bisa diraih melalui perlawanan. Mengharapkan solusi dan “belas kasihan” dari negara kafir merupakan bentuk kekalahan “banci” yang hanya menjatuhkan wibawa seluruh umat Islam.

Perangilah oleh kalian di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas.” (TQS. Al-Baqarah: 190)

Satu-satunya solusi tuntas masalah penjajahan adalah memobilisasi pasukan militer kaum muslim di bawah komando seorang khalifah. Adapun jihad adalah metode operasional yang sahih untuk menaklukkan negara penjajah, seperti Israel. Jihad hukumnya fardu kifayah dan hanya bisa terlaksana di bawah negara Islam, yakni Khilafah. Maka mengusahakan terwujudnya Khilafah bukan sekadar menjadi kebutuhan, namun sebuah keharusan.

Jihad dilakukan untuk meninggikan kalimat Allah sehingga seluruh pasukan harus memahami syariat Islam yang berhubungan dengan perang, seperti hukum dan adab-adab dalam berperang. Selain itu, Khilafah akan membentuk Departemen Perang yang akan mengatur dan mengurus semua masalah yang berhubungan dengan angkatan bersenjata, seperti jumlah pasukan, polisi logistik, bahan persenjataan, perbekalan, dan urusan akademi militer.

Tentu saja, untuk memenangkan peperangan, Khilafah harus menjadi negara yang berdaulat, terutama dalam urusan perindustrian alat peperangan. Untuk itu, Khilafah akan membentuk Departemen Perindustrian yang akan mengurusi masalah industri berat maupun ringan, seperti persediaan konstruksi kapal, pesawat, mobil, amunisi, bahan elektronik, persenjataan, dan lain sebagainya. Semua dilakukan agar pasukan kaum muslim memiliki persiapan dan kekuatan baik secara fisik maupun psikis. Kemudian, seorang khalifah akan mengomando pasukan dengan mengerahkan pasukan militer untuk melawan Yahudi Zionis. 

Pembebasan Palestina di bawah naungan Khilafah telah dicontohkan oleh Salahuddin Al-Ayyubi. Di mana langkah awal Khalifah adalah mengonsolidasikan Mesir dan menundukkan Dinasti Fatimiyah yang menantang otoritas Khilafah Abbasiyah. Selanjutnya, menyatukan penguasa Irak di bawah naungan Khilafah Abbasiyah. Semua itu merupakan langkah-langkah riil untuk menyatukan persatuan dan kekuatan kaum muslim agar mampu menghadapi kerajaan Tentara Salibis di Al-Quds. Terbukti, pada Pertempuran Hittin tahun 1187 M, pasukan Salahuddin berhasil membebaskan Al-Quds dan mengalahkan Tentara Salibis.

Sesungguhnya, kisah perjuangan Salahuddin Al-Ayyubi telah membuktikan bahwa penyatuan kembali kaum muslim  di bawah naungan Khilafah merupakan langkah yang sahih untuk membebaskan Palestina. Oleh karena itu, langkah awal membebaskan Palestina adalah mencampakkan sekat nasionalisme di negeri-negeri muslim, terutama yang berada di dekat Israel dan Palestina. Menyatukan visi dan misi dengan penguasa Palestina, Lebanon, Suriah, Yordania, dan Mesir agar sejalan dengan Khilafah tanpa intervensi negara penjajah.

Karena itu, untuk mengalahkan negara penjajah, umat Islam membutuhkan kekuatan negara global yang bisa berhadap-hadapan dengan kekuatan kapitalisme global. Tanpa institusi politik yang menyatukan kaum muslim, maka sampai kapan pun, Islam tidak bisa menunjukkan eksistensinya secara global. Maka jelas sudah bahwa sekat nasionalisme hanya menjadikan kaum muslim lemah dan tak berdaya akibat memudarnya ukhuah Islam di antara kita. 

Bersatu dalam Barisan Dakwah

Tidak ada cara lain, satu-satunya cara untuk mengembalikan kehidupan Islam dalam bingkai negara hanya bisa dilakukan melalui dakwah. Agar berhasil, pergerakan dakwahnya harus sesuai dengan metode dakwah yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabat selama 13 tahun di Makkah, yakni sebelum berdirinya negara Islam di Madinah. Di mana Rasulullah dan para sahabat berupaya mengubah masyarakat jahiliah melalui perang pemikiran dan perjuangan politik. Dengan akidah yang kokoh dan keyakinan yang utuh akan kesempurnaan Islam, mereka terus bergerak membongkar kerusakan pemikiran kufur dan membangun kesadaran umat, hingga akhirnya negara Islam tegak di  Madinah.

Oleh karena itu, umat Islam harus berani menyuarakan kebenaran dan membongkar agenda sistematis musuh-musuh Islam dengan ideologi kapitalismenya. Dengan begitu, umat akan menyadari bahwa sekularisme dan turunannya merupakan penyebab kerusakan multidimensi yang sedang dialami manusia.Dengan begitu umat akan memahami bahwa akidah Islam dan aturan-aturannya adalah solusi terbaik untuk menuntaskan penjajahan di negeri-negeri muslim.

Khatimah 

Langgengnya penjajahan atas kaum muslim disebabkan tidak adanya institusi politik yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan dan syariat-Nya sebagai hukum. Oleh karena itu, pembebasan Palestina harus dimulai dengan menegakkan Khilafah yang mampu menyatukan kita setelah perpecahan, menguatkan kita setelah lemah, serta menghadirkan pemimpin yang mau menyebarkan cahaya Islam setelah dunia diselimuti kegelapan kekufuran.

Untuk itu, dakwah tidak hanya sekadar menyeru pada ibadah mahda, namun harus dibarengi dengan seruan menegakkan Khilafah. Semua wajib dilakukan dengan ikhlas mengharap rida Allah agar perjuangan kita membuahkan hasil, berkah dunia dan di akhirat. Meskipun jalan menuju kemenangan begitu sukar dan berliku, namun bukan berarti mustahil. Allah dan Rasul-Nya tidak mungkin berdusta, apalagi mengingkari janji. Kemenangan dan kejayaan umat Islam hanya menunggu generasi pembebas, sebagaimana Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Muslim, “Kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi dajal lalu Allah menaklukkannya”. 

Wallahu a’lam bishawwab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Muthiah Al Fath Salah satu Penulis Tim Inti NarasiPost.Com. Pemenang Challenge NP dengan reward Laptop 256 GB, penulis solo Meraki Literasi dan puluhan buku antologi NarasiPost.Com
Previous
Ilusi Sejahtera Negara-Negara Dunia Ketiga
Next
Jejak Hijrahku
4.3 7 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

23 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Rini Sulistiawati
Rini Sulistiawati
11 months ago

Sangat membuka cakrawala berpikir orang yang awam terhadap islam .. dan tulisan ini mengupaa tuntas bagaimana solusi islam utk kemerdekaan palestina .. barakallah

Sherly
Sherly
1 year ago

Bersegera menjemput janji Allah dan bisyarah Rasulullah saw. memperjuangkan tegaknya kembali Khilafah. Agar semua permasalahan umat bisa segera tersolusi termasuk masalah Palestina.

Barakallah ❤️

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Kerreeeennnnn .... asli aku setuju banget dengan pernyataan di awal. Masalah Palestina emang paling di luar nurul. Yang punya rumah malah diusir sama pencuri. Si tetangga lebih gila lagi, mengusulkan bagi aja rumahnya. InsyaAllah akan ada masa Palestina kembali merdeka, di tangan Khilafah. Aamiin

Witta
Witta
1 year ago

MasyaAllah tabarakallah ❤️

Ikhty
Ikhty
1 year ago

Masya Allah ... Barokallah...

Ayu Febriani
Ayu Febriani
1 year ago

Keren

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Barakallah mbak......

Dyah Rini
Dyah Rini
1 year ago

Masya Allah keren tulusannya Mbak. Solusi yang sahih masalah Palestina. Seharusnya para pemimpin negeri-negeri muslim paham hal ini.

Triana
Triana
1 year ago

Bahasannya runtut.barakallah mbak mutiah

Ilmi
Ilmi
1 year ago

Maasya Allah barakallah mbk, bener benaget memang hanya bersatunya Umat Islam dalam naungan khilafah yang mampu membebaskan palestina

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 year ago

Masya Allah, baarakallaah mbak

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Barakallah buat penulis dan media NP, hanya khilafah Islam yang mampu mengusir Israel dari tanah Palestina.

Ira
Ira
1 year ago

MasyaAllah mbak, barakallah tulisannya. Iya bener banget, langkah awal untuk membebaskan Palestina adalah dakwah dan penyatuan negeri-negeri muslim di bawah naungan Khilafah

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Benar sekali. Dakwah tidak hanya menyeru kepada ibadah mahda saja. Justru menyeru kepada khilafah merupakan kewajiban yang juga harus dilakukan.

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Firda Umayah
1 year ago

Iya Mba, tidak ada cara lain selain dakwah yang menyeru penegakkan institusi Khilafah.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Astaghfirullah ini lah kenyataan Israel yang selalu bengis terhadap Palestina. Semoga laknat Allah ditimpakan ditimpakan kepada para zionis pembenci kaum Muslimin.
Ya betul sekali solusi tuntas hanya ada pada tegaknya kembali masa kekhilafahan.

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Dewi Kusuma
1 year ago

Iya Mba,, saya baca kisah awal-awal pembersihan etnis yang dilakukan Israel terhadap Palestina. Nauzubillah, kejam sekali mereka..kaum muslim dibantai tanpa ampun, wanita-wanitanya dilecehkan

Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Sadarlah kaum muslim.
Sadarlah para pemimpin muslim.

Jangan tertipu dengan akal bulus pemimpin Yahudi Zionis bersama sekutunya, Amerika Serikat!

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Maya Rohmah
1 year ago

Iya, aneka perjanjian damai tidak mempan menghentikan kekejaman Israel

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul mbak, hanya jihad yang mampu membebaskan Palestina dari penjajahan sekaligus mewujudkan kemerdekaan hakiki. Namun, jihad tampaknya mustahil dilakukan oleh negara-negara di bawah naungan kapitalisme. Umat butuh institusi adidaya untuk mewujudkannya yakni Khilafah. Barakallah mbak Mila ...

Wd Mila
Wd Mila
Reply to  Sartinah
1 year ago

Tidak ada satu pun penguasa muslim yang berani mengambil tindakan nyata untuk memberi efek jera pada agresor Israel.
Mereka hanya berakting mengecam

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram