Saya menyimpulkan hal ini berdasarkan standar beliau dalam urusan NarasiPost.Com. Semua harus perfect, perfecto, perfetto, mumtaz. Pokoknya, sempurna! Kesempurnaan ini beliau tuntut dalam segala hal, mulai dari TOR mingguan hingga image untuk naskah yang dipublikasi.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Perfecto número uno! Ini bukan iklan minuman ya. Ini tentang seseorang yang saya kenal beberapa tahun terakhir. Beliau ini selalu berusaha untuk menghasilkan yang sempurna dan menjadi nomor satu. Jadi, pas kalau digambarkan dengan ungkapan di atas. Dialah Pemred NarasiPost.Com, Bu Andrealica Nhordeeniz yang sering disapa warga Konapost dengan Mom Andrea.
Dahulu, saya menyapa beliau dengan mbak. Kemudian, ada teman yang bilang bahwa beliau biasa dipanggil Mom. Saya pun ikut-ikutan, meskipun saya merasa kurang pas. Pasalnya, saya yakin kalau saya lebih tua dari beliau. Sekarang, saya menyapa beliau dengan Bu, sebagai bentuk penghormatan kepada beliau. Entahlah, mana sapaan yang beliau sukai. Yang saya tahu, beliau tidak suka dipanggil Cikgu karena katanya beliau bukan orang Malaysia.
Saya mulai bergabung sebagai kontributor NarasiPost.Com sejak bulan September 2021. Praktis, saya sudah berinteraksi dengan pemrednya selama dua tahun 11 bulan atau hampir tiga tahun. Itu bukan waktu yang sedikit. Namun, saya merasa belum banyak mengenal beliau. Meskipun demikian, ada beberapa karakter yang tampak menonjol dalam diri beliau. Inilah yang akan saya ceritakan melalui tulisan sederhana ini.
Pekerja Keras
Beliau adalah seorang pekerja keras. Hal ini saya simpulkan dari cerita beliau. Salah satunya adalah jam tidur yang sedikit. Misalnya, saat ada acara melalui Zoom yang dilaksanakan pada malam hari. Biasanya, kami mulai beracara bakda Magrib, sekitar pukul 18.30 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Kita yang di Indonesia bagian barat, tentu masih menganggap pukul 21.00 itu belum terlalu malam. Namun, bagaimana dengan beliau yang berada di wilayah yang berbeda zona waktunya dengan kita? Waktu di Australia empat jam lebih awal dari Indonesia. Jadi, kalau di Indonesia pukul 21.00, di Australia sudah pukul 01.00 dini hari. Berarti, beliau melewatkan jam Putri Cinderella tanpa tidur.
Terkadang, saya bertanya-tanya, bagaimana beliau mengatur jam tidurnya ya? Bagaimana beliau bisa tetap bekerja di pagi harinya tanpa merasa lemas karena melek-melekan di malam hari? Apakah beliau minum suplemen yang membuat sehat dan tidak mudah sakit? Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena tubuh saya biasanya terasa lemas jika kurang tidur di malam hari.
Saya kemudian menyimpulkan bahwa beliau kuat melek karena minum kopi. Beliau memang sering minum kopi. Tidak hanya satu atau dua cangkir, tetapi bisa lebih dari lima cangkir sehari. Kalau ini yang menjadi rahasianya, berarti saya tidak bisa menirunya. Saya hanya suka mencium aroma kopi, tetapi tidak suka meminumnya. Saya memang melek setelah minum kopi, tetapi kepala saya menjadi pusing setelahnya.
Saya juga menyimpulkan bahwa beliau bisa kuat melek karena tidak makan nasi. Meskipun lahir sebagai orang Indonesia, beliau lebih banyak tinggal di luar negeri. Makanya, beliau sudah terbiasa dengan menu-menu orang bule. Biasanya, mereka lebih banyak mengonsumsi protein dibandingkan karbohidrat. Misalnya, makan steak daging atau ayam goreng ditambah beberapa potong kentang.
Menu seperti ini sudah mengenyangkan mereka. Sedangkan saya belum kenyang kalau belum makan nasi, meskipun sudah makan getuk, roti, atau makanan berkarbohidrat lainnya. Yang penting nasi, meskipun sedikit. Hidup nasi! He ... he ... he …. Mungkin ini yang membuat saya gampang mengantuk dan lemas.
Hal lain yang membuat saya menilai beliau seorang pekerja keras adalah, semangat beliau untuk terus melakukan yang terbaik. Padahal, beliau sering sakit. Namun, sakit yang beliau rasakan itu tidak membuatnya berhenti, tetapi semakin mendorongnya untuk berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi sehingga kita bisa melihat NarasiPost.Com seperti saat ini. Semoga, segala upaya beliau untuk menyebarkan ide-ide Islam melalui website NarasiPost.Com ini dibalas oleh Allah Swt. dengan kenikmatan yang tidak pernah terdengar oleh telinga dan dilihat oleh mata berupa surga.
Mengupayakan yang Terbaik
Selain pekerja keras, sepertinya beliau orang yang perfeksionis. Bukan perfeksionis dalam konteks yang buruk, ya. Sebab, saya pernah membaca di sebuah artikel yang menjelaskan bahwa perfeksionis itu ada dua macam, perfeksionis adaptif dan maladaptif. Perfeksionis adaptif itu orang yang memiliki keinginan untuk menghasilkan sesuatu yang sempurna, tetapi masih bisa menerima kegagalan. Sedangkan perfeksionis maladaptif tidak dapat menerima kegagalan. Ia akan kecewa berat sehingga mengalami stress.
Saya menyimpulkan hal ini berdasarkan standar beliau dalam urusan NarasiPost.Com. Semua harus perfect, perfecto, perfetto, mumtaz. Pokoknya, sempurna! Kesempurnaan ini beliau tuntut dalam segala hal, mulai dari TOR mingguan hingga image untuk naskah yang dipublikasi.
Tema-tema dalam TOR yang diangkat harus up to date. Tidak boleh basi. Di samping itu juga tidak mengulang-ulang tema yang sama. Tema yang diangkat juga tidak hanya masalah dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Terkadang, tema luar negeri ini yang membuat pusing tujuh keliling. Kalau yang diangkat adalah negara-negara yang sudah kondang, tentu lebih mudah menemukan referensi karena banyak tulisan tentang negara tersebut. Nah, kalau negara yang dibahas itu tidak terkenal, biasanya sulit mencari referensinya. Meskipun ada beberapa media yang memberitakan, tetapi sering kali isinya sama.
Kalau bertemu tema yang seperti ini, butuh beberapa hari untuk mencari referensi. Hal ini juga memaksa para penulis untuk banyak membaca. Namun, itu juga menjadi satu keuntungan tersendiri karena dengan banyak membaca, pengetahuan pun bertambah. Jika akhirnya tulisan itu bisa selesai, rasanya lega sekali.
Saya teringat ucapan salah satu juri di acara Master Chef Indonesia, Chef Juna. "Jadilah pemenang di setiap tantangan," katanya saat memotivasi para peserta Master Chef.
Motivasi itu diberikannya agar setiap peserta berupaya menghasilkan masakan yang terbaik. Masakan yang lezat, bergizi, dan menggugah selera.
Ini pula yang diinginkan oleh Bu Andrea dari para penulis yang mengirimkan naskahnya ke NarasiPost.Com. Naskah yang dikirim harus bagus, sesuai dengan kaidah bahasa, dan enak dibaca. Ibaratnya, naskah itu harus sempurna.
Kesempurnaan naskah itu pun dituntut dari anggota Tim Penulis Inti NP. Tidak jarang beliau menegur kami karena ada kesalahan dalam penulisan, meskipun hanya satu kata. Namun, begitulah, meskipun sudah berupaya untuk melakukan self editing dan meminta tolong ke sesama teman-teman Tim Penulis Inti NP untuk mengoreksi, tetap saja masih ada yang terlewat. Mungkin karena kami sama-sama mengantuk, sehingga kesalahan itu tidak tampak. Bisa juga karena kami tergesa-gesa karena sudah mendekati jam kritis.
Tidak hanya masalah EYD dan KBBI, konten naskah juga diperhatikan. Saya pernah beberapa kali ditegur karena tulisan saya dalam rubrik Syiar kurang memenuhi kriteria beliau. Waktu itu, saya menulis tentang seorang tokoh muslim. Saya pun berusaha untuk menulis tema lain. Ternyata, saya ditegur lagi karena sering menulis tentang nafsiah. Beliau menginginkan tema yang lain. Alasannya, tema untuk rubrik Syiar itu sangat luas. Bukan hanya nafsiah atau kisah tokoh-tokoh muslim.
Memang, alasan beliau itu masuk akal. Sebab, ajaran Islam itu luas sekali. Ada yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, dan sebagainya. Mungkin beliau ingin masyarakat lebih paham tentang ajaran-ajaran Islam, tidak sebatas masalah akhlak atau sirah Nabi saw., para sahabat, serta tokoh-tokoh Islam. Namun, mereka memahami lebih banyak lagi tentang hukum-hukum Islam yang luas.
Saya pun berpikir lebih keras dalam mencari tema untuk rubrik Syiar. Saya berusaha untuk menulis tema-tema lain untuk dikemas dalam rubrik Syiar. Hal ini membuat saya harus belajar lebih banyak lagi. Membaca kembali catatan-catatan kajian, serta mencari referensi lainnya.
Beliau ingin kami mengeluarkan kemampuan kami semaksimal mungkin. Bukan kemampuan yang minimalis atau ala kadarnya. Mungkin, beliau melihat bahwa kami mampu menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Hal itu karena beliau menginginkan tulisan kami menjadi rujukan bagi penulis lainnya. Jadi wajar, jika beliau menuntut lebih dari kami.
Karena itulah, beliau sering memotivasi kami untuk terus meng-upgrade diri, agar lebih baik lagi, lagi, dan lagi. Hal ini memang sesuai dengan perintah Allah Swt. dalam surah Ar-Ra'd [13]: 11.
إِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka sendiri yang mengubahnya."
Kembali ke sifat perfeksionis beliau. Selain naskah harus bagus, sesuai EYD, KBBI, dan tidak salah ejaan, image yang ditampilkan juga harus bagus. Image itu harus benar-benar menggambarkan isi dari naskah. Karena urusan image inilah, kadang-kadang publikasi naskah jadi agak telat. Namun, itu tidak menjadi masalah bagi kami, para penulis. Toh hal itu membuat para pengunjung web makin bersemangat untuk membacanya.
Número Uno
Sukses tanpa pengorbanan? Nonsens! Tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan. Sekecil apapun kesuksesan itu, pasti butuh pengorbanan. Salah satunya adalah pengorbanan harta. Pepatah Jawa mengatakan, "Jer basuki mawa beya." Maknanya, untuk meraih cita-cita dibutuhkan biaya dan pengorbanan. https://narasipost.com/challenge-true-story/08/2023/antara-aku-mom-andrea-dan-jejak-literasiku/
Hal ini bisa kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. Bagaimana orang yang mampu, dapat memilihkan sekolah atau pondok pesantren yang bagus untuk anak-anaknya. Biasanya, sekolah atau pondok yang seperti ini membutuhkan dana yang besar. Tentu saja, fasilitas yang disediakan sangat bagus, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Kamar yang bagus, tempat tidur yang nyaman, plus makanan yang lezat dan bergizi. Kurikulum yang disiapkan juga bagus. Guru-gurunya juga lulusan perguruan tinggi terkenal. Itu sebabnya, biayanya mahal.
Inilah yang beliau lakukan untuk NP. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membesarkan media ini. Karena itu, beliau tidak mencukupkan diri dengan membuat blog, tetapi beliau menggunakan web. Ibarat tempat tinggal, web itu memiliki rumah yang disebut hosting dan jalan yang disebut domain. Rumah ini juga butuh pagar agar makin aman. Pagarnya berupa Secure Socket Layer (SSL), Yoast, Jetpack VaultPress Backup, Cloudflare dan lain-lain yang tidak begitu saya pahami. Hal ini untuk menjaga NP agar tetap aman dari orang-orang yang tidak menyukai penyebaran ide-ide Islam. Berbeda dengan blog yang riskan untuk di-hack atau dibajak. https://narasipost.com/challenge-true-story/03/2023/dakwah-literasi-bersama-narasipost-com/
Nah, untuk ini, tidak sedikit dana yang harus beliau keluarkan. Dana itu beliau rogoh dari kantong pribadi. Semua beliau lakukan agar ide-ide Islam semakin luas tersebar.
Beliau juga merelakan web NP tanpa iklan. Padahal, dengan adanya iklan akan ada pemasukan bagi NP. Namun, karena keberadaan iklan itu sangat mengganggu kenyamanan para pembaca, iklan itu pun ditiadakan. Masya Allah, semoga Allah Swt. memberikan rezeki kepada beliau dari jalan lain yang lebih banyak dan berkah.
Demikianlah, dengan pengorbanan yang beliau lakukan, baik tenaga, pikiran, waktu, serta harta, membuat NarasiPost.Comcepat berkembang meskipun baru berumur 2 tahun 10 bulan. Kami, para penulis berharap agar NP makin berkembang dan makin banyak pembacanya. Bukan hanya kaum muslimin yang ada di negeri ini, tetapi juga mereka yang berada di mancanegara.
Kami juga berharap dan memohon pertolongan kepada Allah Swt. agar selalu meluruskan niat kami dalam menulis. Agar kami diberi kekuatan oleh Allah Swt. untuk ikhlas menyebarkan ajaran Islam. Bukan karena mengharap pujian dari manusia atau mendapatkan reward dan hadiah.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.
Saya penyuka kopi, bukan penikmat kopi. Aroma bubuk kopi itu yang bisa saya nikmati. Hayo... ngerti kagak. Hehe.
Btw, emang sih, si Mom nih maunya perfecto dalam segala hal. Kalau gak perfect beliau selalu tepuk jidat.
Iye, ane ngerti mbak. He ... he ...
Masyaallah tulisannya keren. Jadi lebih tau bagaimana sosok Mom. Beliau benar-benar perfecto dalam segala hal.
Perfect yang membawa kebaikan ya mbak.
MasyaAllah wa tabarakallah untuk penulis. Tulisannya keren banget
Aamiin ....
Semoga saya benar-benar berhasil menghasilkan tulisan yang keren, mbak. Aamiin ....
Tulisan yang bagus. Barakallahu fiik untuk penulis
Masyaallah, judulnya ngiklan banget, bu. Wah, tambah lagi wawasan tentang Mom dari penulis inti nih. Barakallah bu Qib ...
Biar mbak Sartinah dan teman-teman tertarik untuk membaca. Aamiin ....
MasyaAllah, barokallah tulisannya berbobot 🙂
Aamiin ....
Masih harus banyak belajar, mbak
Barakallah Mbak. Btw, Saya juga gak suka kopi... Tapi suka nyium bau kopi aromaterapi heehee
Aamiin ....
Enak ya mbak, aromanya. He .. he ...