“Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, pemuda tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)” (Imam asy-Syafii)
Oleh: Jihan Salsabila
NarasiPost.com - Berbicara mengenai pemuda, pemuda sekarang dijuluki sebagai generasi milenial. Apakah generasi milenial itu? Secara umum, yang termasuk generasi milenial adalah yang kira-kira lahir pada tahun 1981–1995. Pada era ini, komputer masih baru mulai booming, seiring dengan naik daunnya video, games, gadget, smartphones, dan internet. Maka tidak dapat dipungkiri karakter dari generasi millenial ini tidak pernah gaptek, karena dapat cepat beradaptasi dengan teknologi baru yang ada. Namun, karakter lainnya adalah sikap individualis yang sangat besar tumbuh di era digital yang semakin berkembang.
Dapat kita lihat pula bahwa pada faktanya saat ini, pemuda tidak dapat terlepas dari yang namanya media sosial. Jenis media sosial yang digunakan seperti Facebook, Twitter, dan Instagram sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Mereka menggunakan media sosial untuk menjunjung tinggi kebebasan berekspresi Serta untuk menunjukkan eksistensi diri. Dan karena itu semua pemuda sekarang lebih loyal terhadap dunia maya dibanding dengan dunia nyata. Dampak dari munculnya berbagai media sosial tersebut, banyak remaja yang tidak dapat terlepas dari gadget walau hanya sehari.
Bahkan fenomena umum yang sering terjadi pada saat berkumpul, kebayakan hanya terfokus pada gadget-nya masing-masing tanpa memperhatikan apa yang terjadi dan yang sedang dibicarakan oleh orang-orang di sekelilingnya. Ini sungguh miris bukan? Hal ini pulalah yang sering terjadi di sekitar kita. tanpa kita sadari sedikit demi sedikit medsos telah mampu menumbuhkan dampak negatif dan berkembang sangat cepat. Hingga muncul ungkapan bahwa media sosial mendekatkan yang jauh , tetapi menjauhkan yang dekat dan itu benar adanya.
Jika diteliti lebih dalam, apa sih yang membuat pemuda sekarang lebih candu terhadap media sosial? Itu dikarenakan setelah mengenal dunia maya, tahap kepuasan setiap orangpun berubah, saat ini mereka lebih mengutamakan kepopuleran di dunia maya, dibanding mengunggulkan prestasi diri pada dunia nyata. Mereka atau para pemuda merasa puas saat dapat mengekspresikan diri di dunia maya. Misalnya dengan mengejar banyaknya followers dan jumlah like. Untuk itu pemuda sekarang berlomba-lomba membuat konten agar bisa viral dan mendapat banyak perhatian dari para pengguna jejaring sosial. Berbagai challange pun tak jarang mereka ikuti hingga mereka kehilangan jati dirinya sebagai seorang pemuda Muslim.
Seharusnya para pemuda menyadari potensi yang ada pada diri mereka. Karena seorang pemuda adalah penggerak perubahan. Dan usia muda adalah usia di mana tenaga dan pikiran masih sangat kuat. Ditambah dengan karakter pemuda millenial yang tidak kesusahan dalam mendapat informasi apapun. Dengan adanya kemajuan teknologi seperti saat ini, Seharusnya itu digunakan untuk lebih banyak belajar. Baik belajar untuk meraih ilmu dunia maupun ilmu agama. Misal untuk mendapat ilmu agama, bisa mengakses kajian online yang ada sehingga potensi yang ada pada diri itu terarah dan bukan malah yang tidak berfaedah.
Tapi sayangnya kehidupan liberalisme(bebas) anak dari kapitalisme ini telah menghilangkan potensi pemuda Islam dan malah diarahkan pada hal-hal yang tidak berfaedah. Inilah kehidupan yang serba bebas, bebas berperilaku, bebas berpendapat sampai mencampakkan agama. Miris melihat generasi muda sekarang yang tidak paham dengan agama.
Salah satu tokoh kafir yaitu William Ewart Gladstone (1809-1898) mantan PM Inggris mengatakan: “Percuma kita memerangi umat Islam dan tidak akan mampu menguasainya selama di dalam dada pemuda-pemuda Islam bertengger Al-Qur’an. Tugas kita sekarang adalah mencabut Al-Qur’an dari hati mereka baru kita menang dan menguasai mereka. sekarang Minuman keras dan musik lebih menghancurkan umat Muhammad daripada seribu meriam. Oleh karena itu tanamkanlah ke dalam hati mereka rasa cinta terhadap materi dan seks”. Pernyataan Gladstone sudah berlalu lebih dari 200 tahun tetapi para phobia Islam melestarikannya sebagai metode efektif dan implementatif untuk menyimpangkan para pemuda dari jalan Allah bahkan menjadi penentang Syariat Islam. Inilah kenyataan pahit itu. Musuh-musuh Islam sejak zaman dahulu bahu-membahu dan secara terus menerus ingin memadamkan cahaya Islam, ingin merusak para pemuda yang menjadi agent of change.
Orang-orang kafir sadar betul terhadap potensi para pemuda, sehingga segala cara mereka lakukan untuk menghancurkan umat Islam. Untuk itu maka hendaknya para pemuda harus menyadari bahwa mereka adalah harapan umat. Mereka adalah penentu masa depan peradaban Islam, jika baik pemudanya maka baik pula peradabannya, namun jika rusak para pemudanya maka rusaklah peradabannya.
“Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, pemuda tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)” (Imam asy-Syafii)
Ilmu dan takwa adalah kunci sukses bagi generasi. Sejarah telah membuktikan hal tersebut, bagaimana generasi dahulu yang memiliki ketinggian ilmu dan ketakwaan yang baik. Sebut saja Muhammad Al Fatih, di usianya yang ke dua puluh satu tahun telah berhasil menaklukkan Konstantinopel. Sebelumnya tidak ada satu orangpun yang mampu menaklukkannya. Dia menguasai 7 bahasa, memiliki strategi perang yang baik dimasanya. Bahkan sepanjang hidupnya tidak pernah meninggalkan shalat Tahajud.
Hal ini tentu saja generasi-generasi tersebut tidak terlepas dari peran negara adidaya yaitu Khilafah Islamiyah. Yang telah bertanggung jawab dan mengayomi rakyatnya dengan baik. Bahwa negara sadar, usia muda adalah usia yang sangat produktif, yang memiliki segudang potensi. Untuk itu potensi yang dimiliki oleh pemuda hanya bisa terjaga dalam negara Khilafah, yang memiliki sistem pendidikan yang mumpuni. Dengannya akan terlahir generasi cerdas yang berkarakter Islam, yang memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Sistem pergaulan dalam Islam juga akan menjaga kesucian dari pemuda itu sendiri, agar jauh dari pergaulan bebas. Dan Sistem Ekonomi Islam akan menjamin kesejahteraan untuk seluruh pemuda, dalam rangka mengembangkan potensinya. Jadi jangan sampai perkembangan teknologi yang sangat pesat ini malah melalaikan para pemuda dari perannya yang mulia. Namun sudah selayaknya dijadikan media untuk kebangkitan Islam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]