Teman Toksik, Enggak Asyik

teman toksis

Teman itu ada dua golongan. Positif dan negatif. Bernilai positif jika si teman ini membuat kita makin baik. Sebaliknya, jika membuat kita jadi buruk, berarti dia teman yang negatif. Sebutan kekiniannya teman toksik. 

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Enggak bisa dimungkiri, mau enggak mau manusia masuk ke dalam golongan makhluk sosial. Seegois apa pun dirinya, tetap saja enggak bisa hidup sendiri. Iya, enggak?

Tarzan? Itu hanya film. Kalaupun memang ada manusia yang hidup sendiri di hutan, tetap saja dia butuh teman. Buktinya si Tarzan ini punya teman hewan-hewan hutan. Itu artinya ia enggak bisa melepaskan dirinya dari status sebagai makhluk sosial. Sepakat? 

Kalau ada nih misalnya orang yang hidup sendiri. Nyatanya semua fasilitas yang ia gunakan adalah hasil karya orang lain. Enggak mungkin dong saat ia ingin makan nasi harus menanam padi dulu, merawatnya, hingga memanen dan memasaknya jadi nasi. Mana sempat, keburu lapar. Betul atau benar? 

Nah, gegara dinobatkan sebagai makhluk sosial, enggak heran dong kalau manusia butuh teman. Butuh seseorang yang mengerti dia. Butuh seseorang yang ada di dekatnya saat ia butuh. Pun butuh orang yang mau berbagi suka dan duka bersamanya. 

Ini berarti teman adalah seseorang yang memiliki arti penting dalam hidup kita. Ibarat sayur tanpa garam akan terasa hambar, begitu pula hidup ini tanpa teman, bakal hambar dan enggak enak banget buat dijalani. 

Usut punya usut teman itu ada dua golongan. Positif dan negatif. Bernilai positif jika si teman ini membuat kita makin baik. Sebaliknya, jika membuat kita jadi buruk, berarti dia teman yang negatif. Sebutan kekiniannya teman toksik. 

Dari hasil googling, teman toksik ini memiliki ciri-ciri yang enggak banget buat dijadikan teman. Contoh, dia maunya menang sendiri alias egois. Enggak pernah pikirkan perasaan teman atau siapa pun. Yang ada hanyalah dia, dia, dan dia. Hayo, kamu punya enggak teman semacam ini? 

Ada pula cirinya yang enggak pernah mau memberikan kritik yang membangun. Sukanya mem-bully plus menyalahkan, tetapi minim solusi. Apa-apa yang salah kita. Menyebalkan enggak sih punya teman setoksik ini. 

Ada pula yang hobinya menggosip. Apa pun dibicarakan. Mulai dari teman-temannya hingga para artis yang enggak pernah mau mengenalnya. Hem, kalau kamu dapat teman hobi menggosip macam ini gimana? Yakin, masih mau lanjut berteman? 

Yang juga menyebalkan adalah teman tosik ini enggak bisa dipercaya. Hal-hal yang harusnya dirahasiakan, eh malah jadi bahan gosip dan diumbar ke mana-mana. Weh, ngeri ya? 

Nah, lo, kalau punya teman semacam ini bagaimana? Layak enggak sih dapat status sebagai teman kita? Rasanya enggak deh ya!

Emang ya punya teman toksik itu enggak asyik. Buat jadi teman dalam taat mereka ogah. Kalau mengajak maksiat, ayo aja. Ih, enggak banget deh! 

Ini berarti kita enggak boleh salah dalam memilih teman. Kita wajib pilih-pilih teman. Bukan teman toksik, tetapi teman yang bisa mengajak kita makin taat pada Allah. Dia enggak egois, enggak suka mem-bully, enggak bikin kita insecure, tetapi selalu memotivasi kita dalam kebaikan. Keren banget enggak sih? 

Allah dalam surah Sad ayat 28 telah mengingatkan:

اَمْ نَجْعَلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَالْمُفْسِدِيْنَ فِى الْاَرْضِۖ اَمْ نَجْعَلُ الْمُتَّقِيْنَ كَالْفُجَّارِ

"Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat?"

Renungi pertanyaan retorik Allah dalam ayat ini! Tentu kita bakal menjawab bahwa orang yang berbuat kebajikan tidak sama dengan mereka yang suka berbuat kerusakan. Kita pun akan menjawab bahwa orang yang bertakwa berbanding terbalik dengan orang-orang yang jahat. Iya 'kan? 

Ayat ini bisa kita pakai sebagai landasan dalam memilih teman. Allah membuat perbandingan kebaikan dan keburukan. Pertanyaannya, kita mau memihak siapa? Orang-orang yang memiliki jalan kebaikan atau sebaliknya? 

Sebagai seorang muslim rasanya enggak banget jika kita memilih teman yang berada di jalan keburukan. Semestinya kita memilih teman yang bisa saling mengingatkan dan bersama-sama dalam kebaikan. Teman yang bakal mengajak kita ke surga bukan neraka.

Sayang seribu sayang, mencari teman taat saat ini bukan hal mudah. Kalau mencari teman toksik mudah. Kok bisa? Bisalah wong saat ini Islam enggak jadi landasan kehidupan. Efeknya, ketaatan pada Allah bukan prioritas. Efeknya bermunculan teman-teman toksik yang malah mengajak maksiat. 

Lalu, gimana, dong? Apakah kita cukup diam saja di rumah enggak perlu bersosialisasi jika memang mencari teman positif itu susah? Ya, enggak begitu juga sih! 

Kalau memang mencari teman yang baik itu susah, jangan mencari, tetapi sibuklah menjadi. Artinya apa, kita mesti sibuk menjadi teman yang baik untuk teman kita. Nah, dari situ kita bakal memberi warna kebaikan padanya. Keren 'kan? 

Rasulullah saw. bersabda :

المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل

“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari hadis ini kita mendapatkan pelajaran berharga bahwa agama teman kita bisa jadi aple to aple dengan agama kita. So, jika memang kita enggak bisa menemukan teman yang oke, jadilah teman yang oke dulu. Dengan begitu bakal memiliki teman yang oke, teman yang sefrekuensi dengan kita dalam kebaikan dan ketaatan. Bukan teman dalam keburukan dan kemaksiatan. Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Anak Emas
Next
Perjalanan yang Mengesankan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
firda umayah
firda umayah
1 year ago

Perlu banget nih nyadarin remaja biar gak asal ambil teman. Coz sebagian mereka kadang enggak mau ambil pusing. Asalkan punya teman bagi mereka itu udah worth it banget. Padahal, teman toksik itu bakalan nyusahin dan bikin sakit hati bahkan bisa mengantarkan ke perkara yang dilarang Islam. Astagfirullah.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Suka dengan gaya tulisannya, mantul buat remaja. Yuk ah cari teman yang baik kalau susah ya jadi orang baik dulu nanti mewarnai teman yang toksik.

Muthiah Mila
Muthiah Mila
1 year ago

Sama ya, kalau mau lihat karakter asli pemimpin, lihat saja siapa teman-teman dekatnya. Hehe..

sartinah828
1 year ago

Wah, ngeri juga kalau punya teman toksik ya. Kayaknya mendingan jauh-jauh deh dari si dia alias nyari teman yang bikin adem, hehe ...

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

anak sering bilang, bun ada temen toksik, orangnya egois.. dia cerita dengan wajah yang tak ceria tentunya 😀

diadwi arista
diadwi arista
1 year ago

Pernah sih punya teman toksik kek begini, aku mending dijauhi. Susah dinasehati, karena ego sentrisnya warbiyasah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram